Profesi sebagai pawang hujan kini sedang menjadi perbincangan publik. Padahal, kearifan lokal ini sudah ada ada sejak zaman dulu.
I WAYAN WIDYANTARA, Denpasar
Nama Raden Rara Istiasti Wulandari tentu tak asing lagi. Rara begitu dia panggil, menjadi ramai diperbincangkan publik setelah aksinya menggeser awan di hajatan balap motor dunia atau motoGP di Mandalika, Lombok, NTB.
Lalu siapa Rara ini? radarbali.id pun mencoba menggali informasi dari sejumlah sumber terkait perempuan yang berusia 38 tahun ini. Termasuk wawancaranya sebelum ia viral seperti sekarang ini.
Rara yang melewati masa kecilnya di Jogjakarta ini menceritakan dirinya menjadi pawang hujan merupakan turunan dari kakeknya. Dulu, kakeknya merupakan Lawang hujan di Keraton Jogja.
Awal mula Rara disebut pawang hujan itu diumur 9 tahun. Kala itu, di acara ada sebuah acara hajatan di salah satu daerah di Jogjakarta. Hujan deras pun mengguyur acara itu.
“Saat itu yang punya acara sudah memanggil pawang hujan tapi tidak datang. Saya minta ijin untuk membantu. Saya minta rokok terus di taruh di pohon gede, kemudian saya lihat awan dan ternyata awalnya bergeser dan hujannya berhasil reda,” kata Rara dalam sebuah wawancara di channel YouTube Transvision Official setahun lalu.
Dari keberhasilan itu, ia mulai dikenal warga sekitar dan disetiap acara, baik itu acara pewayangan, nikahan, bahkan membantu tim SAR dan lainnya, Rara sering diminta bantuan dan mendapatkan uang.
Hingga kini profesi itu terus dijalani oleh Rara yang berdomisili di Bali dan bahkan kemampuannya berkembang hingga meramalkan sesuatu dan juga membaca tarot. (Bersambung)