26.9 C
Jakarta
26 April 2024, 1:09 AM WIB

Cerita Raden Rara Istiasti Wulandari, Pawang Hujan Di Mandalika (2)

Profesi sebagai pawang hujan kini sedang menjadi perbincangan publik. Padahal, kearifan lokal ini sudah ada ada sejak zaman dulu.

 

I WAYAN WIDYANTARA, Denpasar

Rara, begitu Ia dipanggil melewati masa kecilnya di Jogjakarta. Kini perempuan berprofesi sebagai pawang hujan ini mulai dikenal banyak orang setelah aksinya di acara MotoGP di Mandalika, Lombok, NTB.

 

Melewati masa kecil di Jogja dan lebih sering beraktivitas di Ibu Kota, Rara ternyata masih berdomisili di Bali. Cerita tentang pengalaman di Bali sebagai pawang hujan pun ia ceritakan disebuah Chanel YouTube Transvision Official setahun lalu.

 

Ia bercerita, awal mulanya ke Bali diminta untuk mengawal sebuah acara disuatu daerah. Ia pun melakukan persiapan sebagaimana mestinya yang dilakukannya.

 

“Saya sudah prepare. Tiba-tiba hujan. Saya geser hujannya. Sudah berhasil, tiba-tiba hujan lagi. Lalu ada orang yang nemui saya dan bilang, mbak kamu bukan orang Bali, kamu jangan ikut-ikutan. Ini wilayah kami,” cerita Rara.

 

Pengalaman itu membuat dia belajar banyak. Rara pun banyak belajar tentang pawang hujan di berbagai daerah. Untuk Bali, ia belajar mengenal siapa “penguasa Bali”.

 

“Pawang hujan di Bali itu kan biasanya disebut dengan tukang terang. Kalau di Bali, yang diajak ngobrol itu sosok Tuhannya ada Dewa Indra sebagai penguasa langit dan juga ada Dewa Surya,” ungkapnya.

 

Kalau di Jawa, itu juga ada Pawang Kejawen dan kalau Kejawen, kata Rada, leluhurnya itu seperti Semar, Kanjeng Ibu dan lainnya. Jadi, dimana berada, Rara sudah tahu siapa penguasa daerahnya.

 

Untuk sesajennya ada berbagai macam. Kalau di Bali, yang biasa digunakan Rara adalah Dupa dan canang. Media lain yang digunakan para pawang hujan itu juga ada cabai dan bawang.

 

Sedangkan yang sering digunakan Rara, adalah kayu gaharu, uang arwah tradisi Tionghoa dan singging ball untuk getarkan suara. Khusus untuk singging ball, ia gunakan untuk menenangkan diri sendiri.

 

Ketika hendak akan berkomunikasi dengan alam lain, Rara juga biasa melepas sandalnya dan kemudian menggunakan resonansi suara atau teriak ke langit. (Bersambung)

Profesi sebagai pawang hujan kini sedang menjadi perbincangan publik. Padahal, kearifan lokal ini sudah ada ada sejak zaman dulu.

 

I WAYAN WIDYANTARA, Denpasar

Rara, begitu Ia dipanggil melewati masa kecilnya di Jogjakarta. Kini perempuan berprofesi sebagai pawang hujan ini mulai dikenal banyak orang setelah aksinya di acara MotoGP di Mandalika, Lombok, NTB.

 

Melewati masa kecil di Jogja dan lebih sering beraktivitas di Ibu Kota, Rara ternyata masih berdomisili di Bali. Cerita tentang pengalaman di Bali sebagai pawang hujan pun ia ceritakan disebuah Chanel YouTube Transvision Official setahun lalu.

 

Ia bercerita, awal mulanya ke Bali diminta untuk mengawal sebuah acara disuatu daerah. Ia pun melakukan persiapan sebagaimana mestinya yang dilakukannya.

 

“Saya sudah prepare. Tiba-tiba hujan. Saya geser hujannya. Sudah berhasil, tiba-tiba hujan lagi. Lalu ada orang yang nemui saya dan bilang, mbak kamu bukan orang Bali, kamu jangan ikut-ikutan. Ini wilayah kami,” cerita Rara.

 

Pengalaman itu membuat dia belajar banyak. Rara pun banyak belajar tentang pawang hujan di berbagai daerah. Untuk Bali, ia belajar mengenal siapa “penguasa Bali”.

 

“Pawang hujan di Bali itu kan biasanya disebut dengan tukang terang. Kalau di Bali, yang diajak ngobrol itu sosok Tuhannya ada Dewa Indra sebagai penguasa langit dan juga ada Dewa Surya,” ungkapnya.

 

Kalau di Jawa, itu juga ada Pawang Kejawen dan kalau Kejawen, kata Rada, leluhurnya itu seperti Semar, Kanjeng Ibu dan lainnya. Jadi, dimana berada, Rara sudah tahu siapa penguasa daerahnya.

 

Untuk sesajennya ada berbagai macam. Kalau di Bali, yang biasa digunakan Rara adalah Dupa dan canang. Media lain yang digunakan para pawang hujan itu juga ada cabai dan bawang.

 

Sedangkan yang sering digunakan Rara, adalah kayu gaharu, uang arwah tradisi Tionghoa dan singging ball untuk getarkan suara. Khusus untuk singging ball, ia gunakan untuk menenangkan diri sendiri.

 

Ketika hendak akan berkomunikasi dengan alam lain, Rara juga biasa melepas sandalnya dan kemudian menggunakan resonansi suara atau teriak ke langit. (Bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/