27.3 C
Jakarta
21 November 2024, 22:08 PM WIB

Mystical Tour, Paket Khusus Penikmat Wisata Horor di Bali (5)

Pura Gede Gamang, Pasukannya dapat Dipinjam untuk Pengamanan Pemilu

Banyak yang salah tafsir soal gamang yang selalu dikaitkan dengan tempat horor. Apalagi, wisatawan dengan minat khusus horor. Ada baiknya mereka dipandu oleh pemandu khusus atau pemangku setempat.

 

Eka Prasetya/Candra Gupta

 

DI Bali, ada tempat suci yang menyimpan keunikan secara niskala yakni Pura Mekele Gede Gamang. Ini bukan tempat horor, tapi suci. Konon pura ini dihuni oleh para penjaga Pulau Bali secara niskala. Uniknya lagi pasukan niskala itu dapat “dipinjam” untuk mendukung keamanan krama Bali.

 

Pura itu merupakan bagian dari pesanakan Pura Pulaki di Kecamatan Gerokgak. Lokasinya tepat di sebelah timur Pura Agung Pulaki. Di pura tersebut ber-stana Ida Mekele Gede Gamang bersama dengan ribuan pasukannya.

 

Kelian Pengempon Pura Pulaki Jro Nyoman Bagiarta menuturkan, keberadaan pura tersebut erat kaitannya dengan Babad Pulaki. Pada abad ke-15 atau sekitar tahun 1489 masehi seorang sakti mandraguna, Dang Hyang Nirartha datang ke kawasan tersebut.

 

Dalam babad dikisahkan, di kawasan Pura Agung Pulaki terdapat sekitar 8.000 orang gamang. Mereka kemudian di-pralina oleh Dang Hyang Nirartha menjadi wong samar yang menghuni kawasan Pulaki hingga kini.

 

Wong Samar tersebut dikenal sebagai bala tentara niskala Dang Hyang Nirartha. Mereka diberi tugas menjaga keamanan dan ketentraman Pulau Bali dari bahaya-bahaya yang mengancam. Keberadaan mereka kemudian dipusatkan di Pura Mekele Gede Gamang.

 

“Beliau diberi mandat sebagai pengabih (pengiring, Red) di parahyangan Ida Bhatara dan ditugaskan sebagai penjaga dan pelindung kawasan ini. Perannya bukan hanya membantu masyarakat dalam hal pengamanan, juga membantu dalam hal kesakitan,” jelas Bagiarta.

 

Menurutnya banyak masyarakat yang melakukan persembahyangan ke pura tersebut. Bahkan hingga mekemit. “Kebanyakan minta kesehatan dan minta diberi kesehatan. Kadang juga ada yang memohon jabatan,” kata pria yang sempat memangku jabatan sebagai Perbekel Kalisada itu.

 

Lebih lanjut Bagiarta menuturkan, pasukan gamang di pura tersebut juga dapat diminta memberi bantuan pada momen-momen tertentu. Konon pihak kepolisian sempat meminta bantuan pengamanan secara niskala saat momen Pemilu 2019 silam.

 

Menurutnya ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi untuk meminjam pasukan tersebut. Diantaranya sesaji berupa nisa tlekos, pala bungkah, laklak, tape, kelepon, segehan, nasi wong-wongan, serta satu tandan pisang.

 

Biasanya bila permintaan itu bertujuan baik, maka Ida Bhatara akan memberikan restu dan meminjamkan pasukannya. “Memang pasukan Beliau ini tidak kelihatan. Tapi hasilnya dirasakan. Buktinya Pemilu terakhir kita tidak ada keributan sedikit pun. Selama tujuannya baik, Beliau pasti membantu,” ujar Bagiarta. (Habis)

Banyak yang salah tafsir soal gamang yang selalu dikaitkan dengan tempat horor. Apalagi, wisatawan dengan minat khusus horor. Ada baiknya mereka dipandu oleh pemandu khusus atau pemangku setempat.

 

Eka Prasetya/Candra Gupta

 

DI Bali, ada tempat suci yang menyimpan keunikan secara niskala yakni Pura Mekele Gede Gamang. Ini bukan tempat horor, tapi suci. Konon pura ini dihuni oleh para penjaga Pulau Bali secara niskala. Uniknya lagi pasukan niskala itu dapat “dipinjam” untuk mendukung keamanan krama Bali.

 

Pura itu merupakan bagian dari pesanakan Pura Pulaki di Kecamatan Gerokgak. Lokasinya tepat di sebelah timur Pura Agung Pulaki. Di pura tersebut ber-stana Ida Mekele Gede Gamang bersama dengan ribuan pasukannya.

 

Kelian Pengempon Pura Pulaki Jro Nyoman Bagiarta menuturkan, keberadaan pura tersebut erat kaitannya dengan Babad Pulaki. Pada abad ke-15 atau sekitar tahun 1489 masehi seorang sakti mandraguna, Dang Hyang Nirartha datang ke kawasan tersebut.

 

Dalam babad dikisahkan, di kawasan Pura Agung Pulaki terdapat sekitar 8.000 orang gamang. Mereka kemudian di-pralina oleh Dang Hyang Nirartha menjadi wong samar yang menghuni kawasan Pulaki hingga kini.

 

Wong Samar tersebut dikenal sebagai bala tentara niskala Dang Hyang Nirartha. Mereka diberi tugas menjaga keamanan dan ketentraman Pulau Bali dari bahaya-bahaya yang mengancam. Keberadaan mereka kemudian dipusatkan di Pura Mekele Gede Gamang.

 

“Beliau diberi mandat sebagai pengabih (pengiring, Red) di parahyangan Ida Bhatara dan ditugaskan sebagai penjaga dan pelindung kawasan ini. Perannya bukan hanya membantu masyarakat dalam hal pengamanan, juga membantu dalam hal kesakitan,” jelas Bagiarta.

 

Menurutnya banyak masyarakat yang melakukan persembahyangan ke pura tersebut. Bahkan hingga mekemit. “Kebanyakan minta kesehatan dan minta diberi kesehatan. Kadang juga ada yang memohon jabatan,” kata pria yang sempat memangku jabatan sebagai Perbekel Kalisada itu.

 

Lebih lanjut Bagiarta menuturkan, pasukan gamang di pura tersebut juga dapat diminta memberi bantuan pada momen-momen tertentu. Konon pihak kepolisian sempat meminta bantuan pengamanan secara niskala saat momen Pemilu 2019 silam.

 

Menurutnya ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi untuk meminjam pasukan tersebut. Diantaranya sesaji berupa nisa tlekos, pala bungkah, laklak, tape, kelepon, segehan, nasi wong-wongan, serta satu tandan pisang.

 

Biasanya bila permintaan itu bertujuan baik, maka Ida Bhatara akan memberikan restu dan meminjamkan pasukannya. “Memang pasukan Beliau ini tidak kelihatan. Tapi hasilnya dirasakan. Buktinya Pemilu terakhir kita tidak ada keributan sedikit pun. Selama tujuannya baik, Beliau pasti membantu,” ujar Bagiarta. (Habis)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/