29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:33 AM WIB

Dipasarkan Hingga ke Hotel-hotel, Pandemi, Penjualan Turun 50 Persen

Kecamatan Nusa Penida tidak hanya terkenal akan pertanian rumput laut namun juga tape singkongnya.

Memiliki tekstur legit dan rasa manis yang khas pasalnya tape singkong Nusa Penida banyak diminati. Bahkan, pemasannya pun sampai ke hotel-hotel yang ada di wilayah Denpasar.

 

 

DEWA AYU PITRI ARISANTI, Nusa Penida

KETUA Kelompok Wanita Tani (KWT) Puspa Sari, Made Miniati saat ditemui di kebun singkongnya, di Dusun Sental, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, Senin (29/3) mengungkapkan,

tape singkong Nusa Penida merupakan olahan makanan berbahan singkong yang sudah ada sejak dulu di Nusa Penida.

Agar tetap lestari, KWT Puspa Sari pun dibentuk tahun 2008 lalu dengan tape singkong sebagai produk olahannya.

“Singkongnya kami tanam sendiri di kebun yang anggota kelompok kami miliki. Bila tidak mencukupi, kami membeli singkong dari warga lain,” terangnya.

Memiliki rasa manis dan legit yang khas menurutnya peminat tape singkong Nusa Penida tidak hanya datang dari warga Nusa Penida sendiri namun hingga luar Nusa Penida.

Bahkan, pemasaran tape singkong Nusa Penida ini tidak saja di pasar-pasar tradisional dan perorangan namun juga hotel di wilayah Denpasar.

Tidak heran bila 600 bungkus tape seharga Rp 5 ribu – Rp 15 ribu per bungkusnya laku terjual setiap harinya.

“Rasa manisnya bukan dari pemanis buatan. Memang dari singkong itu sendiri. Kami belum bisa memasarkan hingga

keluar Bali karena daya tahannya singkat. Kalau ditaruh di pendingin, hanya tahan sampai 9 hari sejak produksi,” ujarnya.

Hanya saja sejak adanya wabah virus korona, penjualan produk KWT-nya itu mengalami penurunan yang signifikan.

Kini ia mengaku hanya bisa menjual 250-300 bungkus tape singkong Nusa Penida per harinya. Itu karena sejak adanya pandemi Covid-19, ada pembatasan-pembatasan mobilitas sehingga ia tidak lagi memasarkan tapenya ke Denpasar.

“Jadi hanya di sekitar Nusa Penida dan pesanan online saja,” ungkapnya. Untungnya 6 bulan lalu KWT Puspa Sari mendapat pelatihan dari Pemkab Klungkung.

Sehingga singkong yang ditanam anggota KWT itu tidak hanya dapat diolah menjadi tape namun juga produk olahan pangan lainnya seperti tepung, keripik, stik tape dan masih banyak lagi.

“Karena produk baru, pemasarannya baru di sekitar Nusa Penida,” tandasnya. (*)

Kecamatan Nusa Penida tidak hanya terkenal akan pertanian rumput laut namun juga tape singkongnya.

Memiliki tekstur legit dan rasa manis yang khas pasalnya tape singkong Nusa Penida banyak diminati. Bahkan, pemasannya pun sampai ke hotel-hotel yang ada di wilayah Denpasar.

 

 

DEWA AYU PITRI ARISANTI, Nusa Penida

KETUA Kelompok Wanita Tani (KWT) Puspa Sari, Made Miniati saat ditemui di kebun singkongnya, di Dusun Sental, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, Senin (29/3) mengungkapkan,

tape singkong Nusa Penida merupakan olahan makanan berbahan singkong yang sudah ada sejak dulu di Nusa Penida.

Agar tetap lestari, KWT Puspa Sari pun dibentuk tahun 2008 lalu dengan tape singkong sebagai produk olahannya.

“Singkongnya kami tanam sendiri di kebun yang anggota kelompok kami miliki. Bila tidak mencukupi, kami membeli singkong dari warga lain,” terangnya.

Memiliki rasa manis dan legit yang khas menurutnya peminat tape singkong Nusa Penida tidak hanya datang dari warga Nusa Penida sendiri namun hingga luar Nusa Penida.

Bahkan, pemasaran tape singkong Nusa Penida ini tidak saja di pasar-pasar tradisional dan perorangan namun juga hotel di wilayah Denpasar.

Tidak heran bila 600 bungkus tape seharga Rp 5 ribu – Rp 15 ribu per bungkusnya laku terjual setiap harinya.

“Rasa manisnya bukan dari pemanis buatan. Memang dari singkong itu sendiri. Kami belum bisa memasarkan hingga

keluar Bali karena daya tahannya singkat. Kalau ditaruh di pendingin, hanya tahan sampai 9 hari sejak produksi,” ujarnya.

Hanya saja sejak adanya wabah virus korona, penjualan produk KWT-nya itu mengalami penurunan yang signifikan.

Kini ia mengaku hanya bisa menjual 250-300 bungkus tape singkong Nusa Penida per harinya. Itu karena sejak adanya pandemi Covid-19, ada pembatasan-pembatasan mobilitas sehingga ia tidak lagi memasarkan tapenya ke Denpasar.

“Jadi hanya di sekitar Nusa Penida dan pesanan online saja,” ungkapnya. Untungnya 6 bulan lalu KWT Puspa Sari mendapat pelatihan dari Pemkab Klungkung.

Sehingga singkong yang ditanam anggota KWT itu tidak hanya dapat diolah menjadi tape namun juga produk olahan pangan lainnya seperti tepung, keripik, stik tape dan masih banyak lagi.

“Karena produk baru, pemasarannya baru di sekitar Nusa Penida,” tandasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/