25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:51 AM WIB

Sepi Tamu Gara-Gara Koleksi Minim, Sepekan Tak Lebih 50 Pengunjung

Sejak Maret 2018 lalu, Pemerintah Kabupaten Buleleng membuka museum baru. Namanya Museum Soenda Ketjil.

Tiga tahun berlalu, museum ini masih sepi pengunjung. Koleksi yang minim diduga menjadi pemicu sepinya angka kunjungan.

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

TAK sulit menuju Museum Soenda Ketjil. Museum ini terletak di kawasan Eks Pelabuhan Buleleng. hanya beberapa langkah dari Tugu Yudha Mandala yang terletak di kawasan pelabuhan.

Saban hari, suasana sepi terlihat. Tak ada aktivitas mencolok di bangunan utama tersebut. Hanya ada dua orang staf yang menjaga bagian depan museum.

Sejak diresmikan pada Maret 2018 lalu, kondisi museum memang sepi. Jumlah pengunjung tak pernah lebih dari 50 orang dalam sepekan. Lebih lagi pada masa pandemi ini.

Ketika awal diresmikan, koleksi museum ini memang terbilang minim. Seperti namanya, Museum Soenda Ketjil mulanya diproyeksikan bagi kisah sejarah di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dulunya, ketiga provinsi ini dikenal sebagai provinsi Soenda Ketjil. Akhirnya museum ini lebih mengarah pada sosok Gubernur Soenda Ketjil MR. I Gusti Ketut Pudja, yang menjadi gubernur pertama dan terakhir.

Sebab setelah MR. Pudja turun dari jabatan gubernur, Soenda Ketjil pecah menjadi tiga provinsi seperti yang ada sekarang.

Selama tiga tahun terakhir, tak ada penambahan koleksi di museum tersebut. Sehingga cerita yang dibangun di museum, terasa monoton.

Sejatinya tiga tahun silam, Disbud Buleleng pernah memasang anggaran sebesar Rp 1,5 miliar untuk menambah koleksi museum. Namun, rencana itu tak pernah terealisasi.

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara tak menampik bila kondisi Museum Soenda Ketjil kini megap-megap.

Pihaknya mengaku telah menyusun rencana aksi untuk memaksimalkan keberadaan museum. Mulai dari memperpanjang jam operasional, menambah koleksi, hingga mengejar akreditasi.

Jam operasional sengaja diperpanjang, sebab museum berada di kawasan wisata. Kawasan ini baru ramai pada sore hingga malam hari.

Sementara jam operasional museum buka dari pagi hingga sore. Dampaknya tingkat kunjungan pun tak maksimal.

Selain itu Disbud juga berencana menambah koleksi yang ada di museum. “Kami akui selama ini koleksi museum masih terfokus pada barang peninggalan MR. Pudja.

Padahal cakupan museum ini adalah Soenda Ketjil. Cikal bakal berdirinya Provinsi Bali, NTB, dan NTT. Makanya kami akan perluas jenis koleksinya,” kata pria yang sempat memangku jabatan Camat Buleleng itu.

Disbud juga berencana mengajukan akreditasi terhadap museum. Akreditasi dianggap penting. Karena museum yang terakreditasi akan mendapat dukungan anggaran dari pemerintah pusat.

Sama halnya dengan Museum Lontar Gedong Kirtya, yang kini telah mendapat bantuan operasional non fisik.

“Kala ada bantuan operasional dari pusat, tentu pengembangan bisa dilakukan dengan lebih baik. Program-program di museum masih bisa jalan, meski anggarannya minim. Dokumen akreditasinya sedang kami lengkapi,” tukas Dody. (*)

Sejak Maret 2018 lalu, Pemerintah Kabupaten Buleleng membuka museum baru. Namanya Museum Soenda Ketjil.

Tiga tahun berlalu, museum ini masih sepi pengunjung. Koleksi yang minim diduga menjadi pemicu sepinya angka kunjungan.

 

EKA PRASETYA, Singaraja 

TAK sulit menuju Museum Soenda Ketjil. Museum ini terletak di kawasan Eks Pelabuhan Buleleng. hanya beberapa langkah dari Tugu Yudha Mandala yang terletak di kawasan pelabuhan.

Saban hari, suasana sepi terlihat. Tak ada aktivitas mencolok di bangunan utama tersebut. Hanya ada dua orang staf yang menjaga bagian depan museum.

Sejak diresmikan pada Maret 2018 lalu, kondisi museum memang sepi. Jumlah pengunjung tak pernah lebih dari 50 orang dalam sepekan. Lebih lagi pada masa pandemi ini.

Ketika awal diresmikan, koleksi museum ini memang terbilang minim. Seperti namanya, Museum Soenda Ketjil mulanya diproyeksikan bagi kisah sejarah di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dulunya, ketiga provinsi ini dikenal sebagai provinsi Soenda Ketjil. Akhirnya museum ini lebih mengarah pada sosok Gubernur Soenda Ketjil MR. I Gusti Ketut Pudja, yang menjadi gubernur pertama dan terakhir.

Sebab setelah MR. Pudja turun dari jabatan gubernur, Soenda Ketjil pecah menjadi tiga provinsi seperti yang ada sekarang.

Selama tiga tahun terakhir, tak ada penambahan koleksi di museum tersebut. Sehingga cerita yang dibangun di museum, terasa monoton.

Sejatinya tiga tahun silam, Disbud Buleleng pernah memasang anggaran sebesar Rp 1,5 miliar untuk menambah koleksi museum. Namun, rencana itu tak pernah terealisasi.

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Dody Sukma Oktiva Askara tak menampik bila kondisi Museum Soenda Ketjil kini megap-megap.

Pihaknya mengaku telah menyusun rencana aksi untuk memaksimalkan keberadaan museum. Mulai dari memperpanjang jam operasional, menambah koleksi, hingga mengejar akreditasi.

Jam operasional sengaja diperpanjang, sebab museum berada di kawasan wisata. Kawasan ini baru ramai pada sore hingga malam hari.

Sementara jam operasional museum buka dari pagi hingga sore. Dampaknya tingkat kunjungan pun tak maksimal.

Selain itu Disbud juga berencana menambah koleksi yang ada di museum. “Kami akui selama ini koleksi museum masih terfokus pada barang peninggalan MR. Pudja.

Padahal cakupan museum ini adalah Soenda Ketjil. Cikal bakal berdirinya Provinsi Bali, NTB, dan NTT. Makanya kami akan perluas jenis koleksinya,” kata pria yang sempat memangku jabatan Camat Buleleng itu.

Disbud juga berencana mengajukan akreditasi terhadap museum. Akreditasi dianggap penting. Karena museum yang terakreditasi akan mendapat dukungan anggaran dari pemerintah pusat.

Sama halnya dengan Museum Lontar Gedong Kirtya, yang kini telah mendapat bantuan operasional non fisik.

“Kala ada bantuan operasional dari pusat, tentu pengembangan bisa dilakukan dengan lebih baik. Program-program di museum masih bisa jalan, meski anggarannya minim. Dokumen akreditasinya sedang kami lengkapi,” tukas Dody. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/