33.9 C
Jakarta
18 Oktober 2024, 16:38 PM WIB

Gong Kebyar Gianyar Tampil Memukau

DENPASAR– Parade gong kebyar duta Kabupaten Gianyar disajikan dengan format yang berbeda pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44 tahun ini. Walau tidak lagi disajikan secara “mebarung” atau “mepetuk” tampil bersama dengan duta kabupaten lain, para seniman tetap tampil memukau.

 

Penonton yang ada di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Art Center Denpasar, pada Kamis (16/6) malam lalu terbius dengan penampilan gong kebyar Gianyar.

 

Duta dari daerah seni di Bali itu menampilkan gong kebyar anak-anak, remaja, hingga gong kebyar dewasa. Mereka berada dalam satu panggung.

 

Gong Kebyar Dewasa diwakili oleh Sekaa Gong Jenggala Gora Yowana, Desa Adat Tegallinggah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh berada di panggung sebelah kiri panggung (selatan) dengan kostum gelap.

 

Sementara Gong Kebyar Wanita yang diwakili oleh Komunitas Pancaka Tirta, Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring diberikan posisi di tengah-tengah depan gabupra panggung.

 

Sedangkan Gong Kebyar Anak-anak yang diwakili oleh Sekaa Gong Kumara Satya Kencana, Lingkungan Sengguan Kangin, Kelurahan Gianyar, Kecamatan Gianyar menempati panggung di sebelah kanan panggung (utara) memakai busana putih.

 

Mereka mengawali penampilannya dengan lagu Bungan Pucuk yang diiringi gong anak-anak. Ketika masing-masing sekaa gong itu diperkenalkan oleh MC, masing-masing memberi salam perkenalan dengan memainkan sepenggal tabuh yang memang digarap secara khusus.

 

Aksi dari masing-masing sekaa gong itu tentu saja mendapat sambutan meriah dari pengunjung PKB.

 

Sekaha Gong Jenggala Gora Yowana menyajikan Tari Kreasi “Ki Pasung Grigis” yang digarap oleh I Made Sudiasa dan I Nyoman Sunarta sebagai penata karawitan dan gerong.

 

Tari kreasi ini semula diciptakan untuk memenuhi persyaratan ujian tugas akhir sarjana S1 di STSI Denpasar pada 1996, terus dilestarikan dengan penyempurnaan hingga pada 2003 tampil pada event festival Negara.

 

“Tari ini mengisahkan keteguhan, kesaktian, dan kesetiaan maha patih Ki Pasung Grigis. Ia sangat setia pada Raja Tubagus Macuet yang bergelar Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten di kerajaan Bada Hulu,” jelas Sudiasa.

 

Namun, Siasat Majapahit dan ambisi Gajah Mada untuk mempersatukan Nusantara membuat Ki Pasunggrigis berhasil ditawan. Menyadari akan pentingnya menyatukan Nusantara dan untuk menghindari korban yang lebih banyak dari rakyat Bali maupun Majapahit, akhirnya Ki Pasung Grigis rela berkorban demi kejayaan dan kesatuan Nusantara dengan  mengatakan, “Aku dan bumiku, aku serahkan demi satu, Nusantara”.

 

Tari kreasi dengan judul “Rare Sada” suguhan sekaha gong anak-anak Kumara Satya Kencana juga tak kalah menarik. Karya tari ini, implementasi dari Danu Kerthi Huluning Amertha atau memuliakan air sebagai sumber kehidupan yaitu bertujuan ingin mengubah jiwa “preman” menjadi seniman.

 

Tari ini ditata Dewa Memet dan penata karawitan Anak Agung Raka Jaya Kesuma.

 

Sajian pamungkas duta Kabupaten Gianyar sebuah fragmentari “Ki Tunjung Tutur” yang disajikan Sekaa Gong Jenggala Gora Yowana. (san)

DENPASAR– Parade gong kebyar duta Kabupaten Gianyar disajikan dengan format yang berbeda pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44 tahun ini. Walau tidak lagi disajikan secara “mebarung” atau “mepetuk” tampil bersama dengan duta kabupaten lain, para seniman tetap tampil memukau.

 

Penonton yang ada di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Art Center Denpasar, pada Kamis (16/6) malam lalu terbius dengan penampilan gong kebyar Gianyar.

 

Duta dari daerah seni di Bali itu menampilkan gong kebyar anak-anak, remaja, hingga gong kebyar dewasa. Mereka berada dalam satu panggung.

 

Gong Kebyar Dewasa diwakili oleh Sekaa Gong Jenggala Gora Yowana, Desa Adat Tegallinggah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh berada di panggung sebelah kiri panggung (selatan) dengan kostum gelap.

 

Sementara Gong Kebyar Wanita yang diwakili oleh Komunitas Pancaka Tirta, Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring diberikan posisi di tengah-tengah depan gabupra panggung.

 

Sedangkan Gong Kebyar Anak-anak yang diwakili oleh Sekaa Gong Kumara Satya Kencana, Lingkungan Sengguan Kangin, Kelurahan Gianyar, Kecamatan Gianyar menempati panggung di sebelah kanan panggung (utara) memakai busana putih.

 

Mereka mengawali penampilannya dengan lagu Bungan Pucuk yang diiringi gong anak-anak. Ketika masing-masing sekaa gong itu diperkenalkan oleh MC, masing-masing memberi salam perkenalan dengan memainkan sepenggal tabuh yang memang digarap secara khusus.

 

Aksi dari masing-masing sekaa gong itu tentu saja mendapat sambutan meriah dari pengunjung PKB.

 

Sekaha Gong Jenggala Gora Yowana menyajikan Tari Kreasi “Ki Pasung Grigis” yang digarap oleh I Made Sudiasa dan I Nyoman Sunarta sebagai penata karawitan dan gerong.

 

Tari kreasi ini semula diciptakan untuk memenuhi persyaratan ujian tugas akhir sarjana S1 di STSI Denpasar pada 1996, terus dilestarikan dengan penyempurnaan hingga pada 2003 tampil pada event festival Negara.

 

“Tari ini mengisahkan keteguhan, kesaktian, dan kesetiaan maha patih Ki Pasung Grigis. Ia sangat setia pada Raja Tubagus Macuet yang bergelar Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten di kerajaan Bada Hulu,” jelas Sudiasa.

 

Namun, Siasat Majapahit dan ambisi Gajah Mada untuk mempersatukan Nusantara membuat Ki Pasunggrigis berhasil ditawan. Menyadari akan pentingnya menyatukan Nusantara dan untuk menghindari korban yang lebih banyak dari rakyat Bali maupun Majapahit, akhirnya Ki Pasung Grigis rela berkorban demi kejayaan dan kesatuan Nusantara dengan  mengatakan, “Aku dan bumiku, aku serahkan demi satu, Nusantara”.

 

Tari kreasi dengan judul “Rare Sada” suguhan sekaha gong anak-anak Kumara Satya Kencana juga tak kalah menarik. Karya tari ini, implementasi dari Danu Kerthi Huluning Amertha atau memuliakan air sebagai sumber kehidupan yaitu bertujuan ingin mengubah jiwa “preman” menjadi seniman.

 

Tari ini ditata Dewa Memet dan penata karawitan Anak Agung Raka Jaya Kesuma.

 

Sajian pamungkas duta Kabupaten Gianyar sebuah fragmentari “Ki Tunjung Tutur” yang disajikan Sekaa Gong Jenggala Gora Yowana. (san)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/