Perayaan Hari Nyepi identik dengan pembuatan ogoh-ogoh. Sekaa Teruna -Teruni (STT) Sri Awandhira, di Banjar Kelaci, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Tabanan, memadukan teknologi dengan cita rasa seni.
JULIADI, Tabanan
MEREKA tampak semringah. Ketua ST Sri Awandhira, I Gede Andika, mengungkapkan bahwa mereka kali ini memang seperti tertantang membuat ogoh-ogoh yang kreatif dan inovatif.
Mereka menginginkan ogoh-ogoh berwujud buthakala yang memiliki sayap yang bisa bergerak.
Dengan kepak sayap yang digerakkan dengan rangkaian kontruksi yang menyerupai gear box dan dibantu dengan genset untuk daya penggerakannya.
“Ogoh-ogoh yang dibuat tahun ini bernama “Sahakuru Sunia” yang menceritakan tentang sosok hewan yang berubah menjadi buthakala ketika marah karena merasa tak dihargai.
Dengan tema yang kami ambil, yakni Tumpek Kandang atau hari peringatan untuk hewan yang dipercaya masyarakat Bali,” paparnya.
Pria berusia 26 tahun menjelaskan ini ide awal pembuatan ogoh-ogoh yang menggunakan sistem kontruksi adalah rasa keingintahuan dan rasa penasaran untuk mencoba hal baru.
Selain itu, ogoh-ogoh tahun ini merupakan hal yang pertama kali dilakukan dengan menggunakan bahan bambu yang dianyam atau ulatan.
“Sejatinya hanya ingin mencoba hal baru. Selain itu juga saya ingin membuat sesuatu yang beda dari sebelumnya seperti saat ini ada sayapnya
yang bergerak saat pementasan nanti di hari pengerupukan (malam menjelang Nyepi),” tutur I Gede Andhika.
Dia melanjutkan, cara kerja sistem kontruksi kepakan sayap tersebut dipelajarinya secara otodidak atau mandiri melalui video di Youtube.
Cukup lama untuk belajar. Mulai dari melihat video bagaimana cara pembuatannya di Youtube, sampai mencoba membuat miniatur gerakan kepakan sayap dengan stik es krim.
Sehingga, akhirnya dibuatlah ogoh-ogoh yang memadukan teknologi kontruksi dengan seni. Mulai penggarapan sejak 5 Januari 2019 lalu.
Sedangkan untuk alat yang digunakan dalam kontruksi tersebut dia dapatkan dari berbagai toko elektronik. Juga membeli secara online.
Seperti dinamo 1/4 PK, pillow block, tali menyerupai timing bell, besi berukuran 2 dim. Dengan ketebalan 4 mm.
Sedangkan untuk penggerakannya nanti dibantu dengan kekuatan aki dan genset. “Alat kontruksi tersebut secara keselurahan memiliki berat sekitar 35 kilogram.
Total berat ogoh-ogoh nantinya sekitar 40 kilogram. Sudah hampir satu bulan pengerjaannya, tapi kami target akhir Februari mendatang sudah selesai pengerjaanya,” ucap Andika.
Sejauh ini dalam pengerjaan belum ada kendala. Hanya saja saat perancangan dan perakitan sayap cukup rumit. Sehingga memerlukan waktu yang agak lama.
Kemudian untuk cara kerjanya, nantinya sekali putaran akan mengepakan sayap dengan waktu 5 detik satu kepakan sayapnya. Begitupun juga seterusnya.
Ogoh-ogoh ini dilengkapi dan dapat dikendalikan dengan sebuat remote control yang bisa digunakan dengan jarak sekitar 10 meter.
“Untuk pembiayaan ogoh-ogoh berukuran 4 meter dan kepakan sayap mencapai 5 meter ini sudah menghabiskan biaya senilai Rp 11 Juta. Sampai finishing nantinya menghabiskan biaya sekitar Rp 20 juta lebih,” tandasnya. (*)