31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 9:52 AM WIB

Berawal Nikah Kontrak dengan Bule Aussie, Berharap Tak Lagi Jadi PSK

Kerasnya kehidupan, membuat perempuan ini mengambil keputusan untuk menjadi seorang Pekerja Seks Komersial (PSK).

Sebut saja namanya Bunga. Tiap malam, Bunga harus merelakan tubuhnya dijemaah oleh pria hidung belang. Seperti apa?

 

 

TIM REDAKSI, Denpasar

BEBERAPA waktu lalu, Bunga bercerita tentang kehidupannya kepada Jawa Pos Radar Bali. Bunga yang mengaku berasal dari Jakarta ini menjadi PSK di salah satu tempat prostitusi di Denpasar.

Katanya, dia sudah berada di Bali sejak tahun 2014 silam. Sebelum hidup di Bali, Bunga pada usia 19 tahun kala itu sudah menikah dengan seorang bule asal Australia.

Namun, ternyata Bunga dan warga Bule itu menikah kontrak. “Jadi mantan suami saya dulu itu bekerja di Jakarta. Kemudian saya kenalan dan sepakat untuk nikah kontrak selama setahun,” ujar perempuan yang kini berumur 24 tahun ini.

Berapa harga nikah kontrak? “Adalah pokoknya,” katanya. “Seratus juta?“ tanya media ini. “Lebih,” jawabnya lagi. “Dua ratus lima puluh juta? “Ya, sekitar itulah,” jawabnya lalu tersenyum.

Namun, setelah kontrak berakhir, bule tersebut menghilang tanpa jejak. Nah, dari pernikahan kontrak tersebut, Bunga ternyata memiliki seorang anak.

“Selain uang, saya juga dapat anak,” ujar perempuan bertubuh mungil ini. Namun wajahnya tiba-tiba berubah menjadi murung.

“Semestinya kalau anak saya masih hidup, sekarang ini berumur lima tahun,” sambungnya. Wajah sedih memang tampak dari pandangan matanya.

Bunga bercerita kalau anaknya sudah meninggal sejak anaknya baru berumur satu tahun. “Anak saya berumur setahun.

Lalu saya tinggal ke Bali. Sekitar tiga bulan kemudian anak saya meninggal. Anak saya sakit infeksi otak. Kemudian saya balik ke Jakarta,” ungkapnya.

Setelah 40 hari meninggalnya anaknya, Bunga kembali lagi ke Bali. Di Bali, dia menjadi PSK. “Ya dulu sih penghasilannya lumayan. Dulu target sering terpenuhi,” ungkapnya.

Berapa targetnya? “Tujuh tamu dalam semalam,” jawabnya. Bunga bercerita, ia bekerja mulai pukul 21.00 malam hingga 04.00.

Dalam sekali wik wik, Bunga hanya mendapat Rp 80 ribu, dari Rp 200 ribu harga wik wik yang dibayar tamu.

“Ya sisanya untuk bayar kamar dan pegawai. Saya cuma dapat delapan puluh ribu. Makanya ngandelin tips dari tamu,” ungkapnya.

Penghasilan dari jual diri ini, selain digunakan untuk keperluan pribadi, juga untuk biayain pendidikan adik-adiknya yang masih SMK dan SD.

Untuk menghemat biaya juga, di Bali Bunga tidak kos. Melainkan tempat prostitusi sendiri menyedian mess untuk dia tidur. “Lumayan irit,” katanya.

Namun belakangan ini Bunga mengaku penghasilannya jauh dari target. Berapa hari belakangan ini, ia mengaku rata-rata hanya melayano 2-3 tamu. “Kemarin malah satu orang,” sebutnya.

Bunga tentu berharap dapat merubah apa pekerjaanya sekarang ini. Terlebih usinya yang masih muda dan memiliki perawakan yang putih dan cantik. (tim redaksi)

Kerasnya kehidupan, membuat perempuan ini mengambil keputusan untuk menjadi seorang Pekerja Seks Komersial (PSK).

Sebut saja namanya Bunga. Tiap malam, Bunga harus merelakan tubuhnya dijemaah oleh pria hidung belang. Seperti apa?

 

 

TIM REDAKSI, Denpasar

BEBERAPA waktu lalu, Bunga bercerita tentang kehidupannya kepada Jawa Pos Radar Bali. Bunga yang mengaku berasal dari Jakarta ini menjadi PSK di salah satu tempat prostitusi di Denpasar.

Katanya, dia sudah berada di Bali sejak tahun 2014 silam. Sebelum hidup di Bali, Bunga pada usia 19 tahun kala itu sudah menikah dengan seorang bule asal Australia.

Namun, ternyata Bunga dan warga Bule itu menikah kontrak. “Jadi mantan suami saya dulu itu bekerja di Jakarta. Kemudian saya kenalan dan sepakat untuk nikah kontrak selama setahun,” ujar perempuan yang kini berumur 24 tahun ini.

Berapa harga nikah kontrak? “Adalah pokoknya,” katanya. “Seratus juta?“ tanya media ini. “Lebih,” jawabnya lagi. “Dua ratus lima puluh juta? “Ya, sekitar itulah,” jawabnya lalu tersenyum.

Namun, setelah kontrak berakhir, bule tersebut menghilang tanpa jejak. Nah, dari pernikahan kontrak tersebut, Bunga ternyata memiliki seorang anak.

“Selain uang, saya juga dapat anak,” ujar perempuan bertubuh mungil ini. Namun wajahnya tiba-tiba berubah menjadi murung.

“Semestinya kalau anak saya masih hidup, sekarang ini berumur lima tahun,” sambungnya. Wajah sedih memang tampak dari pandangan matanya.

Bunga bercerita kalau anaknya sudah meninggal sejak anaknya baru berumur satu tahun. “Anak saya berumur setahun.

Lalu saya tinggal ke Bali. Sekitar tiga bulan kemudian anak saya meninggal. Anak saya sakit infeksi otak. Kemudian saya balik ke Jakarta,” ungkapnya.

Setelah 40 hari meninggalnya anaknya, Bunga kembali lagi ke Bali. Di Bali, dia menjadi PSK. “Ya dulu sih penghasilannya lumayan. Dulu target sering terpenuhi,” ungkapnya.

Berapa targetnya? “Tujuh tamu dalam semalam,” jawabnya. Bunga bercerita, ia bekerja mulai pukul 21.00 malam hingga 04.00.

Dalam sekali wik wik, Bunga hanya mendapat Rp 80 ribu, dari Rp 200 ribu harga wik wik yang dibayar tamu.

“Ya sisanya untuk bayar kamar dan pegawai. Saya cuma dapat delapan puluh ribu. Makanya ngandelin tips dari tamu,” ungkapnya.

Penghasilan dari jual diri ini, selain digunakan untuk keperluan pribadi, juga untuk biayain pendidikan adik-adiknya yang masih SMK dan SD.

Untuk menghemat biaya juga, di Bali Bunga tidak kos. Melainkan tempat prostitusi sendiri menyedian mess untuk dia tidur. “Lumayan irit,” katanya.

Namun belakangan ini Bunga mengaku penghasilannya jauh dari target. Berapa hari belakangan ini, ia mengaku rata-rata hanya melayano 2-3 tamu. “Kemarin malah satu orang,” sebutnya.

Bunga tentu berharap dapat merubah apa pekerjaanya sekarang ini. Terlebih usinya yang masih muda dan memiliki perawakan yang putih dan cantik. (tim redaksi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/