Sumur tua angker dibawah rumah warga Banjar Tegal Badeng, Desa Tegal Badeng Timur, Rabu siang (4/12) dibongkar.
Sumur yang diyakini warga setempat sebagai tempat atau lokasi pembuangan mayat korban Gerakan 30 Septermber 1965 (30SPKI) itu dibongkar karena pemilik rumah sering mengalami hal-hal aneh.
Lalu seperti apa kondisi pascapembongkaran sumur tua di Tegal Badung itu?
M.BASIR, Negara
ANTARA percaya dan tidak. Begitulah yang dirasakan warga dan juga pemilik rumah pascapembongkaran sumur tua dan angker di Banjar Tegal Badeng.
Sumur tua yang sudah turun temurun itu akhirnya dibongkar dan diratakan dengan tanah menggunakan alat berat.
Sejumlah tulang belulang yang diyakini merupakan korban G30S PKI dan satu diantaranya masih kerabat keluarga itu diangkat dan ditaruh dalam wadah.
Sehari pascapembongkaran bangunan dan sumur, Jawa Pos Radar Bali, Kamis (5/12) kembali datang ke lokasi.
Kadek Suryawan, 44, sang pemilik rumah mengaku merasa lebih tenang.
Beban selama bertahun-tahun seperti hilang seketika.
Meski merasa plong, namun ada kejadian aneh setelah sumur tua dibongkar.
Kejadian aneh diluar nalar itu diakui setelah Ni Luh Putu Ayu Suryantini, putri sulungnya yang masih berusia 14 tahun diakui sempat kerauhan atau kesurupan.
Setelah proses penggalian selesai, Rabu malam (4/12) Ayu Suryantini sempat kerauhan.
Seperti diakui istri Kadek Suryawan, Komang Sri Ariastini. Menurutnya, saat anaknya kerauhan, Nengah Suka, kakak kandung dari kakeknya, mengucapkan terima kasih sudah mengangkat sisa dari tulang dari sumur tua.
Bahkan saat itu, menyampaikan bahwa selain Nengah Suka, kaka pertamanya Wayan Dana juga meninggal karena dibunuh, namun belum diketahui lokasi kuburnya. “Bukan di sumur ini, di tempat lain,” ujarnya.
Selain itu, tulang belulang yang masih utuh diminta untuk diupacarai dengan layak.
Sedangkan tulang yang sudah hancur diminta untuk dibiarkan karena sudah menyatu dengan tanah, sehingga tanah dari dasar sumur juga harus diambil untuk diaben bersama tulang yang sudah diangkat. “Sekarang sudah merasa aman dan lebih tenang. Tinggal pembersihan dan pengabenan,” tambah Kadek Suryawan.
Salah satu kelurga Suryawan yang rumahnya berada di sebelah timur sumur tua, juga mengaku lebih tenang setelah penggalian sumur tua.
Meski harus mengorbankan bangunan kamar, semua keluarga mendukung keputusan Suryawan untuk menggali sumur tua.
“Daripada seumur hidup terganggu, lebih baik menggali sumur tua itu. Sekarang lebih tenang, beban tersa hilang,” kata Ni Nengah Asih,38, sepupu Kadek Suryawan.
Pengabenan rencana dilakukan setelah odalan di Pura Jati selesai 11 Desember mendatang. Kemudian, keluarga Kadek Suryawan dan Desa Pekraman akan membahas waktu yang tepat untuk pengabenan. “Nanti dipikirkan dulu waktu pengabenannya,” kata Bendesa Tegal Badeng Timur I Ketut Westa.