31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 12:17 PM WIB

Manfaatkan Alat Tenun Modern, Pasarkan secara Online

Desa Kalianget, Seririt, Buleleng, sudah dikenal luas sebagai penghasil kain tenun endek mastuli. Dulu, perajin endek di Desa Kalianget hampir sebagian besar menggunakan peranti tenun tradisional.

Tapi, seiring perkembangan zaman, belakangan mereka mulai meninggalkan alat tenun tradisional. Mereka mulai beralih ke peranti tenun modern. 

 

JULIADI, Singaraja

MESKI mengikuti perkembangan zaman sudah menggunakan alat tenun modern, tetapi peranti tenun tradisional masih tetap dipakai di saat pengerjaan pemberian motif kain dan pewarnaan pada kain.

Sedangkan untuk proses pengerjaan lainnya hingga kain endek siap dipasarkan sudah menggunakan alat modern. Peranti sudah dimodifikasi. Tidak sepenuhnya manual atau tradisional.

Salah satu perajin tenun endek mastuli asal Banjar Kelodan, Desa Kalianget Nyoman Sedarma, 60,  mengatakan bahwa dirinya generasi kedua perajin tenun endek mastuli setelah ibu dan ayah meninggal.   

Dulu perajin endek mastuli dapat dihitung jari. Namun, sekian lama bertambah banyak perajin di desanya. Setelah adanya alat  tenun modern yang dilengkapi dengan tenaga listrik, kini pekerjaan sangat terbantu.  

“Kalau dulu satu lembar kain endek bisa proses mencapai satu hari penuh dengan menggunakan alat tradisional. Tapi ,tidak setelah alat modern.

Jangka waktu pembuatan kain saat ini bisa lebih singkat. Sehari 6 sampai 7 kain terselesaikan pembuatannya,” bebernya kemarin.

Menariknya, meski sudah menggunakan alat modern dalam proses pembuatan, namun tetap membutuhkan alat tradisional.

Perajin biasanya menggunakan alat tradisional saat memberikan motif pada kain dan pewarnaan. 

“Perkembangan dunia digital juga tidak membuat kami sebagai perajin endek ketinggalan zaman. Pemasaran kain dulu ke butik dan pedagang-pedagang

kain di Buleleng dan Denpasar. Seiring berjalannya waktu kami manfaatkan online. Sekarang kami pasarkan dengan online,” terangnya.

Lanjutnya, pembeli kain endek langsung ke perajin untuk membeli. Mereka dengan bebas memilih selera kain.

Kemudian ada yang pesan melalui online. Pembeli tidak hanya dari Bali tetapi dari luar Bali seperti daerah Lombok dan Jawa Timur.  

Apakah ada yang pesan? Sejauh ini menurutnya selalu ada. “Dalam sehari bisa kami terima orderan online 4 sampai 5 kain endek,” tandas Sedarma dengan harga kain endek rata-rata Rp 4 ratus ribu per lembar. (*)

Desa Kalianget, Seririt, Buleleng, sudah dikenal luas sebagai penghasil kain tenun endek mastuli. Dulu, perajin endek di Desa Kalianget hampir sebagian besar menggunakan peranti tenun tradisional.

Tapi, seiring perkembangan zaman, belakangan mereka mulai meninggalkan alat tenun tradisional. Mereka mulai beralih ke peranti tenun modern. 

 

JULIADI, Singaraja

MESKI mengikuti perkembangan zaman sudah menggunakan alat tenun modern, tetapi peranti tenun tradisional masih tetap dipakai di saat pengerjaan pemberian motif kain dan pewarnaan pada kain.

Sedangkan untuk proses pengerjaan lainnya hingga kain endek siap dipasarkan sudah menggunakan alat modern. Peranti sudah dimodifikasi. Tidak sepenuhnya manual atau tradisional.

Salah satu perajin tenun endek mastuli asal Banjar Kelodan, Desa Kalianget Nyoman Sedarma, 60,  mengatakan bahwa dirinya generasi kedua perajin tenun endek mastuli setelah ibu dan ayah meninggal.   

Dulu perajin endek mastuli dapat dihitung jari. Namun, sekian lama bertambah banyak perajin di desanya. Setelah adanya alat  tenun modern yang dilengkapi dengan tenaga listrik, kini pekerjaan sangat terbantu.  

“Kalau dulu satu lembar kain endek bisa proses mencapai satu hari penuh dengan menggunakan alat tradisional. Tapi ,tidak setelah alat modern.

Jangka waktu pembuatan kain saat ini bisa lebih singkat. Sehari 6 sampai 7 kain terselesaikan pembuatannya,” bebernya kemarin.

Menariknya, meski sudah menggunakan alat modern dalam proses pembuatan, namun tetap membutuhkan alat tradisional.

Perajin biasanya menggunakan alat tradisional saat memberikan motif pada kain dan pewarnaan. 

“Perkembangan dunia digital juga tidak membuat kami sebagai perajin endek ketinggalan zaman. Pemasaran kain dulu ke butik dan pedagang-pedagang

kain di Buleleng dan Denpasar. Seiring berjalannya waktu kami manfaatkan online. Sekarang kami pasarkan dengan online,” terangnya.

Lanjutnya, pembeli kain endek langsung ke perajin untuk membeli. Mereka dengan bebas memilih selera kain.

Kemudian ada yang pesan melalui online. Pembeli tidak hanya dari Bali tetapi dari luar Bali seperti daerah Lombok dan Jawa Timur.  

Apakah ada yang pesan? Sejauh ini menurutnya selalu ada. “Dalam sehari bisa kami terima orderan online 4 sampai 5 kain endek,” tandas Sedarma dengan harga kain endek rata-rata Rp 4 ratus ribu per lembar. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/