Dari 64 perbekel atau kepala desa di Kabupaten Gianyar, I Made Andika, merupakan perbekel termuda.
Berusia 33 tahun, perbekel Desa Sayan, Kecamatan Ubud itu sudah setahun menjabat. Yakni mulai Oktober 2019 lalu. Beragam inovasi sudah dibuat. Seperti apa?
IB INDRA PRASETIA, Gianyar
MENYISIHKAN dua orang lawannya pada Pemilihan Perbekel (Pilkel) 2018 lalu I Made Andika berhasil meraih suara terbanyak.
Dari 5.600-an pemilih di Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Andika meraih 2025 suara atau 43 persen suara. Kini, Andika sudah setahun menjabat sebagai perbekel.
Beberapa program kerja telah diselesaikannya. Salah satunya adalah mengatasi desanya bebas dari sampah yang dibuang di sembarangan tempat.
“Kami saat ini masih dalam proses penanganan sampah. Supaya Sayan bebas dari tempat sampah yang berserakan di pinggir jalan,” ujar Andika, kemarin.
Pihaknya menggenjot keberadaan bank sampah. Namun, dari beberapa banjar, hanya tiga banjar yang berjalan.
“Untuk bank sampah di masing-masing banjar sudah ada yang berjalan. Hanya tiga banjar baru jalan dari delapan banjar yang ada,” jelasnya.
Diakui, selain sampah rumah tangga, pasar Sayan juga menjadi penghasil sampah. Dulu, ada kerja sama dengan pihak hotel. Hotel berjanji mengatasi sampah di pasar Sayan.
“Sebenarnya sempat ada pengolahan sampah dari salah satu hotel yang ada di Sayan. Namun, tidak jalan, sehingga sampai saat ini sampah yang ada di Pasar Sayan dekat kuburan itu sering meluber,” jelasnya.
Akibatnya, sampah pasar yang tidak terurus itu menjadi biang kotoran. “Sehingga menimpulkan bau tidak sedap sampai ke areal pasar,” jelasnya.
Selain itu, tidak jarang juga beberapa bungkusan plastik yang berisikan sampah dibuang di pinggir jalan dekat pasar.
Karena dianggap tempat pembuangan sementara, membuat tumpukan sampah pun sempat menggunung.
“Beberapa waktu lalu sudah kami rapat di desa dengan memanggil komunitas peduli sampah di Bali untuk membatu membuat pengelolaan sampah di Sayan. Dipastikan awal 2020 pengelolaan sampah itu sudah ada di sini,” terangnya.
Andika menambahkan, dalam kinerjanya sebagai Perbekel termuda di Gianyar telah membuat gebrakkan baru.
Terdiri atas aktifnya kembali Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Hal itu terlihat dari adanya desa wisata water tubing dan warung bijaku.
Tepatnya di Banjar Ambengan yang merupakan banjar berbatasan langsung dengan Kabupaten Badung.
Selain itu dijalankannya program administrasi yang disebut dengan Sidilan atau Sistem Informasi Digital Melayani.
“Sebelumnya mengurus data apapun itu secara manual di Kantor Desa. Sekarang cukup dari rumah saja warga bisa mengurusnya melalui aplikasi di handphone,” jelasnya.
Dengan aplikasi itu, masyarakat bisa cepat terlayani. “Hasilnya tidak menunggu lebih dari lima menit sudah jadi data-data yang diperlukan itu,” terangnya.
Di bidang jalan, sudah ada proyek pavingisasi di seluruh banjar. Kini, yang masih berjalan, pihaknya berusaha mengumpulkan sejarah Desa Sayan.
Sudah ada tim yang mengerjakan. Tujuannya, agar secara tertulis yang didapatkan dari ahli lontar maupun tokoh agama. Sehingga bisa dirangkum menjadi dokumen.
“Ke depan kami akan buat air minum dalam kemasan,” jelasnya. Rencana air kemasan itu bukan hal mustahil.
“Dengan memanfaatkan sumber mata air yang ada di Banjar Penestanan, itu rencana akan dikelola oleh BUMDes juga,” pungkasnya. (*)