29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:22 AM WIB

Hasto Klaim Tak Ada Jual Beli Rekomendasi, Rilis Paket saat Kuningan

RadarBali.com – Teka-teki kapan rekomendasi Calon Gubernur/Wakil Gubernur (Cagub/Cawagub) Bali dari PDI Perjuangan (PDIP) segera terkuak.

Ini menyusul kehadiran Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto di Bali kemarin (7/11). Hasto menyatakan, rekomendasi Cagub/Cawagub Bali akan diumumkan pada Sabtu, 11 November mendatang, bertepatan dengan hari raya Kuningan.

“Tanggal 11 November itu diumumkan calon di Jawa dan luar Jawa, termasuk Bali. Rekomendasi Bali bersamaan dengan Riau,” ujar Hasto.

Kehadiran Hasto di Bali sendiri cukup mendadak. Hasto menampik jika dirinya datang untuk menenangkan suasana politik di Bali jelang rekomendasi.

Hasto mengaku dirinya sengaja datang ke Bali untuk mengecek kesiapan kader moncong putih jelang rekomendasi.

Karena itu, dirinya mengumpulkan Ketua DPC se-Bali dan pengurus DPD PDIP Bali di kantor DPD PDIP Bali, Denpasar, menyambut rekomendasi dari ketua umum.

Yang menarik, saat ditanya siapa yang akan mendapat rekomendasi, Hasto menyebut semua bakal calon yang sudah mengikuti mekanisme penjaringan dan penyaringan PDIP berpeluang lolos.

Hasto menyebut nama Wayan Koster, Eka Wiryastuti, IB Rai Dharmawijaya Mantra dan Cok Ace. Bahkan, orang yang tidak mengikuti mekanisme partai juga berpeluang mendapat rekomendasi.

“Yang jelas partai tidak pernah jual beli rekomendasi, karena rekomendasi tidak untuk diperjualbelikan. Bagi yang melakukan praktik-praktik itu diberikan sanksi tegas,” tandas pria 51 tahun itu.

PDIP sendiri sudah beberapa kali mengeluarkan surat edaran agar tidak ada kader yang menyalahgunakan wewenang, termasuk mengatasnamakan DPP menjual rekomendasi.

Hasto memberikan petunjuk, calon yang akan diberikan rekomendasi adalah orang yang pancasilais, mengutamakan kepentingan umum dan cinta NKRI.

“Jangan percaya kalau ujung-ujungnya minta uang terkait rekomendasi. Semua kami kawal sebaik-baiknya,” imbuh politikus asal Jogjakarta itu.  

DPP PDIP menggunakan sejumlah parameter untuk menentukan rekomendasi. Partai sudah membuat sistem untuk menguji calon penerima rekomendasi.

Partai menguji kemampuan calon mengatasi masalah dan hambatan, integritas calon kemampuan manajerial calon dan karakter kepemimpinan calon.

Kriteria itu diuji melibatkan himpunan psikologi Indonesia. “PDIP bukan partai spanduk. Begitu diukur banyak spanduknya kemudian jadi calon, tentu tidak,” sindirnya melihat fenomena spanduk dan baliho bertebaran di sejumlah tempat.  

Pertimbangan lain yang digunakan partai adalah aspek kebudayaan dan kesejarahan. Hasto mencontohkan rekomendasi di Jawa Timur yang lebih banyak dipengaruhi faktor kesejarahan dan kebudayaan.

Jawa Timur sebagai basis ormas Islam NU, dipilihlah Saifullah Yusuf dan Abdullah Azwar Annas. “Hasil tes dan survei kami buat matriks. Semua dibuat satu dokumen diserahkan ketua umum,” tukasnya.

“Kalau ada yang tanya siapa calon gubernur di Bali, saya pastikan bukan saya,” seloroh pengganti Tjahjo Kumolo itu.

Menurut Hasto, segala sesuatu berlangsung sistemik mengikuti prosedur partai. Meski begitu akhirnya pertimbangan politik tetap ditentukan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Dia mencontohkan Pilgub Jakarta, mekanisme partai mengajukan Fauzi Bowo. Namun, karena banyak aspirasi rakyat meminta Joko Widodo (Jokowi), partai akhirnya memilih Jokowi.

RadarBali.com – Teka-teki kapan rekomendasi Calon Gubernur/Wakil Gubernur (Cagub/Cawagub) Bali dari PDI Perjuangan (PDIP) segera terkuak.

Ini menyusul kehadiran Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto di Bali kemarin (7/11). Hasto menyatakan, rekomendasi Cagub/Cawagub Bali akan diumumkan pada Sabtu, 11 November mendatang, bertepatan dengan hari raya Kuningan.

“Tanggal 11 November itu diumumkan calon di Jawa dan luar Jawa, termasuk Bali. Rekomendasi Bali bersamaan dengan Riau,” ujar Hasto.

Kehadiran Hasto di Bali sendiri cukup mendadak. Hasto menampik jika dirinya datang untuk menenangkan suasana politik di Bali jelang rekomendasi.

Hasto mengaku dirinya sengaja datang ke Bali untuk mengecek kesiapan kader moncong putih jelang rekomendasi.

Karena itu, dirinya mengumpulkan Ketua DPC se-Bali dan pengurus DPD PDIP Bali di kantor DPD PDIP Bali, Denpasar, menyambut rekomendasi dari ketua umum.

Yang menarik, saat ditanya siapa yang akan mendapat rekomendasi, Hasto menyebut semua bakal calon yang sudah mengikuti mekanisme penjaringan dan penyaringan PDIP berpeluang lolos.

Hasto menyebut nama Wayan Koster, Eka Wiryastuti, IB Rai Dharmawijaya Mantra dan Cok Ace. Bahkan, orang yang tidak mengikuti mekanisme partai juga berpeluang mendapat rekomendasi.

“Yang jelas partai tidak pernah jual beli rekomendasi, karena rekomendasi tidak untuk diperjualbelikan. Bagi yang melakukan praktik-praktik itu diberikan sanksi tegas,” tandas pria 51 tahun itu.

PDIP sendiri sudah beberapa kali mengeluarkan surat edaran agar tidak ada kader yang menyalahgunakan wewenang, termasuk mengatasnamakan DPP menjual rekomendasi.

Hasto memberikan petunjuk, calon yang akan diberikan rekomendasi adalah orang yang pancasilais, mengutamakan kepentingan umum dan cinta NKRI.

“Jangan percaya kalau ujung-ujungnya minta uang terkait rekomendasi. Semua kami kawal sebaik-baiknya,” imbuh politikus asal Jogjakarta itu.  

DPP PDIP menggunakan sejumlah parameter untuk menentukan rekomendasi. Partai sudah membuat sistem untuk menguji calon penerima rekomendasi.

Partai menguji kemampuan calon mengatasi masalah dan hambatan, integritas calon kemampuan manajerial calon dan karakter kepemimpinan calon.

Kriteria itu diuji melibatkan himpunan psikologi Indonesia. “PDIP bukan partai spanduk. Begitu diukur banyak spanduknya kemudian jadi calon, tentu tidak,” sindirnya melihat fenomena spanduk dan baliho bertebaran di sejumlah tempat.  

Pertimbangan lain yang digunakan partai adalah aspek kebudayaan dan kesejarahan. Hasto mencontohkan rekomendasi di Jawa Timur yang lebih banyak dipengaruhi faktor kesejarahan dan kebudayaan.

Jawa Timur sebagai basis ormas Islam NU, dipilihlah Saifullah Yusuf dan Abdullah Azwar Annas. “Hasil tes dan survei kami buat matriks. Semua dibuat satu dokumen diserahkan ketua umum,” tukasnya.

“Kalau ada yang tanya siapa calon gubernur di Bali, saya pastikan bukan saya,” seloroh pengganti Tjahjo Kumolo itu.

Menurut Hasto, segala sesuatu berlangsung sistemik mengikuti prosedur partai. Meski begitu akhirnya pertimbangan politik tetap ditentukan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

Dia mencontohkan Pilgub Jakarta, mekanisme partai mengajukan Fauzi Bowo. Namun, karena banyak aspirasi rakyat meminta Joko Widodo (Jokowi), partai akhirnya memilih Jokowi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/