27.9 C
Jakarta
7 November 2024, 0:57 AM WIB

Oka Gunastawa: Jangan Benturkan Tradisi dan Politik

TABANAN – Majelis Alit Desa Pakraman Kecamatan Kediri, Tabanan disorot. Pemicunya imbauan agar krama setempat tidak membuat ogoh-ogoh serangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941, 6 Maret 2019 mendatang.

Tahun politik dan Karya Agung Panca Wali Krama di Pura Besakih menjadi dasar imbauan tersebut. Namun, bila ogoh-ogoh tetap dibuat, bentuknya diharapkan tidak berbau politik.

Kondusivitas menjadi dasar imbauan yang menuai “segudang” respons di jagat dunia maya itu.

Ida Bagus Oka Gunastawa, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasional Demokrat (NasDem) Bali menilai sudah saatnya masyarakat tidak “gagap” atau “alergi” dengan politik.

Sebab urusan sekecil apapun yang berkaitan dengan hidup masyarakat luas ditentukan oleh politik. Oka Gunastawa berharap semua pihak berpikir dan bertindak bijak agar budaya dan politik tidak saling meniadakan.

Dengan kata lain, politisi asal Desa Jungutan Karangasem yang merupakan sosok sentral di balik raihan 1.535.110 suara Jokowi-Jussuf Kalla lima tahun silam itu menilai ogoh-ogoh idealnya tetap dibuat dan diarak pada Hari Pengerupukan tahun ini.

“Jangan benturkan tradisi yang menjadi kearifan lokal dengan dunia politik. Kami yakin semuanya bisa berjalan dengan harmoni,” ucap Oka Gunastawa, Kamis (10/1).

Caleg DPR RI nomor urut 1 dapil Bali itu mengatakan upaya tidak membenturkan politik dan kearifan atau budaya lokal ogoh-ogoh akan mengurangi kesan “seram” dan “kekerasan” dalam politik.

“Jangan salahkan masyarakat jika kemudian apatis lalu berstigma negatif kepada politik. Menurut saya komunikasi sosial dan politiknya yang harus dikedepankan. Sehinga semua bisa berjalan selaras,” tandasnya.

Sebagaimana diketahui, Ketua Majelis Alit Desa Pakraman Kecamatan Kediri, AA Ngurah Gede Panji Wisnu mengatakan surat imbuan

untuk tidak membikin ogoh-ogoh dikeluarkan berdasar kesepakatan dalam paruman (rapat adat) dengan 23 bendesa adat se-Kecamatan Kediri, Sabtu (5/1) lalu.

Surat imbauan tersebut ditujukan kepada seluruh Sekaa Teruna Teruni (STT) dan semua komponen masyarakat di Kecamatan Kediri.

Panji Wisnu menekankan dalam surat tersebut tertuang imbauan untuk tidak membuat ogoh-ogoh atau tidak melaksanakan Pangrupukan Nyepi dengan parade tektekan, petasan, dan lainnya.

Dijelaskan pula bahwa hal tersebut hanya imbauan; bukan larangan. Panji Wisnu mengatakan, kesepakatan keluarkan imbauan jangan bikin ogoh-ogoh diambil berdasarkan sejumlah pertimbangan.

Selain menjaga suasana kondusif di tahun politik, juga untuk menyukseskan karya agung Panca Bali Krama di Pura Besakih.

Ungkapnya, 23 bendesa adat di rapat yang digelar di Kantor Camat Kediri itu rata-rata setuju dan siap melaksanakan imbauan tersebut. (rba)

TABANAN – Majelis Alit Desa Pakraman Kecamatan Kediri, Tabanan disorot. Pemicunya imbauan agar krama setempat tidak membuat ogoh-ogoh serangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941, 6 Maret 2019 mendatang.

Tahun politik dan Karya Agung Panca Wali Krama di Pura Besakih menjadi dasar imbauan tersebut. Namun, bila ogoh-ogoh tetap dibuat, bentuknya diharapkan tidak berbau politik.

Kondusivitas menjadi dasar imbauan yang menuai “segudang” respons di jagat dunia maya itu.

Ida Bagus Oka Gunastawa, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasional Demokrat (NasDem) Bali menilai sudah saatnya masyarakat tidak “gagap” atau “alergi” dengan politik.

Sebab urusan sekecil apapun yang berkaitan dengan hidup masyarakat luas ditentukan oleh politik. Oka Gunastawa berharap semua pihak berpikir dan bertindak bijak agar budaya dan politik tidak saling meniadakan.

Dengan kata lain, politisi asal Desa Jungutan Karangasem yang merupakan sosok sentral di balik raihan 1.535.110 suara Jokowi-Jussuf Kalla lima tahun silam itu menilai ogoh-ogoh idealnya tetap dibuat dan diarak pada Hari Pengerupukan tahun ini.

“Jangan benturkan tradisi yang menjadi kearifan lokal dengan dunia politik. Kami yakin semuanya bisa berjalan dengan harmoni,” ucap Oka Gunastawa, Kamis (10/1).

Caleg DPR RI nomor urut 1 dapil Bali itu mengatakan upaya tidak membenturkan politik dan kearifan atau budaya lokal ogoh-ogoh akan mengurangi kesan “seram” dan “kekerasan” dalam politik.

“Jangan salahkan masyarakat jika kemudian apatis lalu berstigma negatif kepada politik. Menurut saya komunikasi sosial dan politiknya yang harus dikedepankan. Sehinga semua bisa berjalan selaras,” tandasnya.

Sebagaimana diketahui, Ketua Majelis Alit Desa Pakraman Kecamatan Kediri, AA Ngurah Gede Panji Wisnu mengatakan surat imbuan

untuk tidak membikin ogoh-ogoh dikeluarkan berdasar kesepakatan dalam paruman (rapat adat) dengan 23 bendesa adat se-Kecamatan Kediri, Sabtu (5/1) lalu.

Surat imbauan tersebut ditujukan kepada seluruh Sekaa Teruna Teruni (STT) dan semua komponen masyarakat di Kecamatan Kediri.

Panji Wisnu menekankan dalam surat tersebut tertuang imbauan untuk tidak membuat ogoh-ogoh atau tidak melaksanakan Pangrupukan Nyepi dengan parade tektekan, petasan, dan lainnya.

Dijelaskan pula bahwa hal tersebut hanya imbauan; bukan larangan. Panji Wisnu mengatakan, kesepakatan keluarkan imbauan jangan bikin ogoh-ogoh diambil berdasarkan sejumlah pertimbangan.

Selain menjaga suasana kondusif di tahun politik, juga untuk menyukseskan karya agung Panca Bali Krama di Pura Besakih.

Ungkapnya, 23 bendesa adat di rapat yang digelar di Kantor Camat Kediri itu rata-rata setuju dan siap melaksanakan imbauan tersebut. (rba)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/