29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:10 AM WIB

Terinsipirasi dari Penyakit Jantung Bocor, Konsumsi Rutin Bisa Sembuh

Berawal dari kecelakaan maut yang mengakibatkannya jantungnya bocor, Ni Putu Resmiati bersama Kelompok Wanita Tani Sari Pertiwi, Banjar Kelod, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, sukses memasarkan minuman tradisional dengan merek Sirkuma ke beberapa kabupaten di Bali.

 

DEWA AYU PITRI ARISANTI, Banjarangkan

JAMU Sirkuma kini menjadi brand ternama di Bali. Hampir semua masyarakat Bali mengenal produk yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah jamu atau loloh ini.

Apalagi, ratusan botol jamu sirkuma berhasil dipasarkannya setiap harinya. Ni Putu Resmiati mengungkapkan,

bisnis di sektor minuman tradisional itu dimulainya bersama Kelompok Wanita Tani Sari Pertiwi, Banjar Kelod, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan sekitar Oktober 2016.

Bisnis itu terbersit ketika ia yang mengalami kebocoran pada jantung akibat mengalami kecelakaan maut di tahun 2015 akhirnya sembuh setelah meminum racikan jamu buatan kakak kandungnya.

“Saya alergi sama semua obat-obatan dokter. Akhirnya sama kakak saya, saya dibuatkan loloh. Selama dua bulan

saya minum loloh buatan kakak. Dan kata dokter yang di Singaraja, jantung saya dibilang sudah sembuh,” ungkapnya.

Dari pengalaman tersebut, oleh sang kakak ia diminta untuk menekuni membuat minuman tradisional tersebut.

Awalnya dia membuatnya hanya sekitar satu kilogram saja dan dijualnya di warung miliknya sendiri. Ternyata banyak pembeli yang tertarik

hingga akhirnya dia membuat minuman tradisional ini dalam jumlah yang besar dan melibatkan kelompok yang dipimpinnya sekarang ini.

Pemasarannya pun sampai ke beberapa kabupaten yang ada di Bali. Jadi tidak hanya di wilayah Klungkung, namun juga Gianyar, Karangasem, dan Bangli.

“Mungkin yang beli merasakan apa yang saya rasakan, yaitu kesembuhan. Yang beli mungkin punya sakit maag atau penyakit dalam lainnya mungkin sembuh, makanya laris seperti sekarang ini,” kata wanita asli Buleleng ini.

Adapun jamu yang diproduksinya seperti jamu kunyit, cemcem, sirih. Untuk penjualan, menurutnya tergantung musim. Jika musim panas, pihaknya mengaku bisa menjual 200 botol lebih per hari.

Namun saat musim hujan, penjualannya dibawah itu. “Harganya untuk botol kecil sekitar Rp 3.000 per botol. Untuk botol tanggung sekitar Rp 5.000 per botol,” beber Resmiati.

Berkaitan dengan bahan baku, menurutnya tidak terlalu sulit didapat. Ada yang didapatkannya dengan cara membeli. Dan ada pula yang dia tanam sendiri.

“Saya berharap, orang yang meminum minuman tradisional ini penyakitnya bisa disembuhkan seperti apa yang saya alami,” tandasnya.

Berawal dari kecelakaan maut yang mengakibatkannya jantungnya bocor, Ni Putu Resmiati bersama Kelompok Wanita Tani Sari Pertiwi, Banjar Kelod, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, sukses memasarkan minuman tradisional dengan merek Sirkuma ke beberapa kabupaten di Bali.

 

DEWA AYU PITRI ARISANTI, Banjarangkan

JAMU Sirkuma kini menjadi brand ternama di Bali. Hampir semua masyarakat Bali mengenal produk yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah jamu atau loloh ini.

Apalagi, ratusan botol jamu sirkuma berhasil dipasarkannya setiap harinya. Ni Putu Resmiati mengungkapkan,

bisnis di sektor minuman tradisional itu dimulainya bersama Kelompok Wanita Tani Sari Pertiwi, Banjar Kelod, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan sekitar Oktober 2016.

Bisnis itu terbersit ketika ia yang mengalami kebocoran pada jantung akibat mengalami kecelakaan maut di tahun 2015 akhirnya sembuh setelah meminum racikan jamu buatan kakak kandungnya.

“Saya alergi sama semua obat-obatan dokter. Akhirnya sama kakak saya, saya dibuatkan loloh. Selama dua bulan

saya minum loloh buatan kakak. Dan kata dokter yang di Singaraja, jantung saya dibilang sudah sembuh,” ungkapnya.

Dari pengalaman tersebut, oleh sang kakak ia diminta untuk menekuni membuat minuman tradisional tersebut.

Awalnya dia membuatnya hanya sekitar satu kilogram saja dan dijualnya di warung miliknya sendiri. Ternyata banyak pembeli yang tertarik

hingga akhirnya dia membuat minuman tradisional ini dalam jumlah yang besar dan melibatkan kelompok yang dipimpinnya sekarang ini.

Pemasarannya pun sampai ke beberapa kabupaten yang ada di Bali. Jadi tidak hanya di wilayah Klungkung, namun juga Gianyar, Karangasem, dan Bangli.

“Mungkin yang beli merasakan apa yang saya rasakan, yaitu kesembuhan. Yang beli mungkin punya sakit maag atau penyakit dalam lainnya mungkin sembuh, makanya laris seperti sekarang ini,” kata wanita asli Buleleng ini.

Adapun jamu yang diproduksinya seperti jamu kunyit, cemcem, sirih. Untuk penjualan, menurutnya tergantung musim. Jika musim panas, pihaknya mengaku bisa menjual 200 botol lebih per hari.

Namun saat musim hujan, penjualannya dibawah itu. “Harganya untuk botol kecil sekitar Rp 3.000 per botol. Untuk botol tanggung sekitar Rp 5.000 per botol,” beber Resmiati.

Berkaitan dengan bahan baku, menurutnya tidak terlalu sulit didapat. Ada yang didapatkannya dengan cara membeli. Dan ada pula yang dia tanam sendiri.

“Saya berharap, orang yang meminum minuman tradisional ini penyakitnya bisa disembuhkan seperti apa yang saya alami,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/