32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 17:34 PM WIB

Dorong Pengantin Pakai Bahan Non Plastik, Hadiah Utamanya Babi Hitam

Aparat desa di Desa Tembok mendorong upacara pernikahan dilakukan dengan konsep ramah lingkungan. Minim sampah, utamanya sampah plastik. Bagi yang berkomitmen, mendapat hadiah seekor babi.

 

 

EKA PRASETYA, Singaraja

MINGGU, 6 Oktober 2019, pukul 15.23. Perbekel Tembok Dewa Komang Yudi Astara mengunggah postingan di akun facebook miliknya.

Dalam unggahan itu ia memberikan pengumuman pada seluruh warga Tembok. Garis besarnya, ia menantang warga yang akan melangsungkan upacara pernikahan, tidak menggunakan plastik sekali pakai.

Apabila ada yang sanggup, ia siap memberikan reward seekor babi hitam. Tantangan itu berlaku sejak 7 Oktober 2019 lalu. Unggahan itu pun sempat viral.

Sebulan berlalu, tantangan itu tak kunjung mendapat respons. Hingga akhirnya Jumat (8/11) lalu, sepasang warga Desa Tembok menjawab tantangan tersebut.

Mereka siap menyelenggarakan upacara pernikahan yang ramah lingkungan, serta tak menggunakan plastik sekali pakai.

Pasangan tersebut adalah Gede Wangi Astawa, 27, dan Ni Made Sugiantini, 24. Gede Wangi yang warga Banjar Dinas Tembok, meminang kekasihnya, Made Sugiantini yang warga Banjar Dinas Bulakan.

Keduanya menikah secara adat Jumat lalu, yang kemudian dirangkai dengan acara resepsi yang berlangsung kemarin (9/11).

Upacara pernikahan pasangan ini memang sangat minim plastik sekali pakai. Jumat lalu merupakan tahap pernikahan adat, sekaligus persiapan resepsi.

Biasanya krama banjar akan membantu seluruh persiapan. Warga yang membantu pun akan mendapat walesan berupa nasi, lawar, dan daging babi yang sudah matang.

Biasanya walesan dibungkus dengan kantong plastik. Namun pada pernikahan pasangan ini, walesan dikemas dalam wadah besek.

Selain itu warga yang membantu, biasanya disuguhi minuman ringan dalam botol kemasan atau air mineral gelas.

Nah, saat itu hal tersebut sama sekali tak terlihat. Gantinya mereka diberikan minuman yang dikemas dalam teko. Masing-masing warga pun mendapat gelas sendiri.

“Biasanya H-1 resepsi itu sudah banyak sampah. Terutama kan sampah-sampah dari air mineral gelas itu. Tapi hari ini bisa dikurangi signifikan,” ujar mempelai pria, Gede Wangi.

Itu baru pada H-1 resepsi. Dekorasi dibuat dengan anyaman daun kelapa. Kue untuk undangan yang biasanya dikemas dalam plastik mika, kini dikemas dalam wadah tudung saji.

Pun demikian dengan minuman ringan untuk undangan. Sebisa mungkin dikemas dalam minuman dalam wadah botol kaca.

Gede Wangi mengaku dirinya sudah mengetahui postingan Perbekel Tembok, sejak sebulan lalu. Saat itu ia memang sudah berencana menggelar upacara pernikahan.

Iming-iming seekor babi, tentu sangat menggiurkan. Mengingat kebutuhan babi pada upacara pernikahan cukup banyak. Namun menggelar upacara tanpa plastik sekali pakai, juga jadi tantangan tersendiri.

Selama beberapa hari ia berdiskusi dengan keluarganya, serta dengan kekasihnya. Berkali-kali ia melakukan konsultasi dengan pihak desa.

Akhirnya sepekan lalu ia mendaftarkan diri dan siap berkomitmen menyelenggarakan pernikahan ramah lingkungan.

Ia bahkan menandatangani selembar pakta integritas di hadapan perbekel, sebagai bukti komitmen.

“Kami juga tahu plastik itu buruk untuk kedepannya. Makanya kami beranikan diri. Apalagi dapat seekor babi. Ini jelas sangat diringankan,” ujar Wangi.

Awalnya, ia mengaku bimbang. Karena menyiapkan barang-barang yang ramah lingkungan dalam jumlah besar. Ternyata pihak desa membantu banyak peralatan.

Mulai dari galon, teko, gelas, pompa galon, hingga besek juga disiapkan. Selain itu ia juga mendapat pendampingan dari awal pelaksanaan upacara.

“Ternyata setelah dijalani nggak berat. Hanya pikiran saja yang membuat itu seolah-olah berat. Kalau menurut saya, sekarang kembali ke diri sendiri saja. Kalau ada kemauan, pasti jalan,” katanya.

Sementara itu Perbekel Tembok Dewa Komang Yudi Astara mengatakan, dirinya sengaja mendorong masyarakat menyelenggarakan pernikahan yang ramah lingkungan.

Lewat upacara pernikahan itu, ia berharap sosialisasi yang dilakukan pada masyarakat makin mengena. Selain itu ia sengaja menyiapkan reward berupa babi hitam.

“Saya merasakan saat sosialisasi soal sampah ini banyak yang meboya. Makanya saya ubah polanya. Kalau mau melakukan dan komit, kami akan beri reward. Ternyata dengan pola begini, cukup efektif,” kata Yudi.

Yudi menyatakan, hadiah babi hitam itu akan disiapkan sepanjang tahun. Hadiah itu akan diberikan bagi warga Desa Tembok yang siap menyelenggarakan pernikahan ramah lingkungan.

“Hadiahnya babi hitam dengan berat minimal 80 kilogram. Kalau umpamanya setahun itu ada 10 pasangan yang siap dengan konsep ramah lingkungan, kami akan siapkan 10 ekor babi,” janjinya.

Selain memberikan reward, rencananya pemerintah desa setempat juga mengesahkan Peraturan Desa (Perdes) yang mengatur tata kelola sampah.

Lewat peraturan itu diharapkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan pembatasan timbulan sampah plastik, makin tumbuh. (*)

 

 

 

 

 

Aparat desa di Desa Tembok mendorong upacara pernikahan dilakukan dengan konsep ramah lingkungan. Minim sampah, utamanya sampah plastik. Bagi yang berkomitmen, mendapat hadiah seekor babi.

 

 

EKA PRASETYA, Singaraja

MINGGU, 6 Oktober 2019, pukul 15.23. Perbekel Tembok Dewa Komang Yudi Astara mengunggah postingan di akun facebook miliknya.

Dalam unggahan itu ia memberikan pengumuman pada seluruh warga Tembok. Garis besarnya, ia menantang warga yang akan melangsungkan upacara pernikahan, tidak menggunakan plastik sekali pakai.

Apabila ada yang sanggup, ia siap memberikan reward seekor babi hitam. Tantangan itu berlaku sejak 7 Oktober 2019 lalu. Unggahan itu pun sempat viral.

Sebulan berlalu, tantangan itu tak kunjung mendapat respons. Hingga akhirnya Jumat (8/11) lalu, sepasang warga Desa Tembok menjawab tantangan tersebut.

Mereka siap menyelenggarakan upacara pernikahan yang ramah lingkungan, serta tak menggunakan plastik sekali pakai.

Pasangan tersebut adalah Gede Wangi Astawa, 27, dan Ni Made Sugiantini, 24. Gede Wangi yang warga Banjar Dinas Tembok, meminang kekasihnya, Made Sugiantini yang warga Banjar Dinas Bulakan.

Keduanya menikah secara adat Jumat lalu, yang kemudian dirangkai dengan acara resepsi yang berlangsung kemarin (9/11).

Upacara pernikahan pasangan ini memang sangat minim plastik sekali pakai. Jumat lalu merupakan tahap pernikahan adat, sekaligus persiapan resepsi.

Biasanya krama banjar akan membantu seluruh persiapan. Warga yang membantu pun akan mendapat walesan berupa nasi, lawar, dan daging babi yang sudah matang.

Biasanya walesan dibungkus dengan kantong plastik. Namun pada pernikahan pasangan ini, walesan dikemas dalam wadah besek.

Selain itu warga yang membantu, biasanya disuguhi minuman ringan dalam botol kemasan atau air mineral gelas.

Nah, saat itu hal tersebut sama sekali tak terlihat. Gantinya mereka diberikan minuman yang dikemas dalam teko. Masing-masing warga pun mendapat gelas sendiri.

“Biasanya H-1 resepsi itu sudah banyak sampah. Terutama kan sampah-sampah dari air mineral gelas itu. Tapi hari ini bisa dikurangi signifikan,” ujar mempelai pria, Gede Wangi.

Itu baru pada H-1 resepsi. Dekorasi dibuat dengan anyaman daun kelapa. Kue untuk undangan yang biasanya dikemas dalam plastik mika, kini dikemas dalam wadah tudung saji.

Pun demikian dengan minuman ringan untuk undangan. Sebisa mungkin dikemas dalam minuman dalam wadah botol kaca.

Gede Wangi mengaku dirinya sudah mengetahui postingan Perbekel Tembok, sejak sebulan lalu. Saat itu ia memang sudah berencana menggelar upacara pernikahan.

Iming-iming seekor babi, tentu sangat menggiurkan. Mengingat kebutuhan babi pada upacara pernikahan cukup banyak. Namun menggelar upacara tanpa plastik sekali pakai, juga jadi tantangan tersendiri.

Selama beberapa hari ia berdiskusi dengan keluarganya, serta dengan kekasihnya. Berkali-kali ia melakukan konsultasi dengan pihak desa.

Akhirnya sepekan lalu ia mendaftarkan diri dan siap berkomitmen menyelenggarakan pernikahan ramah lingkungan.

Ia bahkan menandatangani selembar pakta integritas di hadapan perbekel, sebagai bukti komitmen.

“Kami juga tahu plastik itu buruk untuk kedepannya. Makanya kami beranikan diri. Apalagi dapat seekor babi. Ini jelas sangat diringankan,” ujar Wangi.

Awalnya, ia mengaku bimbang. Karena menyiapkan barang-barang yang ramah lingkungan dalam jumlah besar. Ternyata pihak desa membantu banyak peralatan.

Mulai dari galon, teko, gelas, pompa galon, hingga besek juga disiapkan. Selain itu ia juga mendapat pendampingan dari awal pelaksanaan upacara.

“Ternyata setelah dijalani nggak berat. Hanya pikiran saja yang membuat itu seolah-olah berat. Kalau menurut saya, sekarang kembali ke diri sendiri saja. Kalau ada kemauan, pasti jalan,” katanya.

Sementara itu Perbekel Tembok Dewa Komang Yudi Astara mengatakan, dirinya sengaja mendorong masyarakat menyelenggarakan pernikahan yang ramah lingkungan.

Lewat upacara pernikahan itu, ia berharap sosialisasi yang dilakukan pada masyarakat makin mengena. Selain itu ia sengaja menyiapkan reward berupa babi hitam.

“Saya merasakan saat sosialisasi soal sampah ini banyak yang meboya. Makanya saya ubah polanya. Kalau mau melakukan dan komit, kami akan beri reward. Ternyata dengan pola begini, cukup efektif,” kata Yudi.

Yudi menyatakan, hadiah babi hitam itu akan disiapkan sepanjang tahun. Hadiah itu akan diberikan bagi warga Desa Tembok yang siap menyelenggarakan pernikahan ramah lingkungan.

“Hadiahnya babi hitam dengan berat minimal 80 kilogram. Kalau umpamanya setahun itu ada 10 pasangan yang siap dengan konsep ramah lingkungan, kami akan siapkan 10 ekor babi,” janjinya.

Selain memberikan reward, rencananya pemerintah desa setempat juga mengesahkan Peraturan Desa (Perdes) yang mengatur tata kelola sampah.

Lewat peraturan itu diharapkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan dan pembatasan timbulan sampah plastik, makin tumbuh. (*)

 

 

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/