29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:55 AM WIB

Ngaku Sempat Dibully Guru saat Curi Handpone, Cita-cita Jadi Intel

6 anak pelaku pelemparan mobil di Jalan By Pass IB Mantra telah diamankan di Polsek Sukawati. Mereka sempat menginap semalam.

Pentolan kelompok yang sempat putus sekolah sempat curhat kepada Jawa Pos Radar Bali. Dia sempat mengalami perundungan di sekolah. Mirisnya, bullying dilakukan sang guru.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

SELASA pagi (10/3), 6 anak yang sempat menginap di ruang penyidik Polsek Sukawati terbangun dari tidurnya.

Mereka dikumpulkan di gazebo atau tempat istirahat Polsek. Satu persatu rambut mereka yang tampak acak-acakan dicukur plontos.

Salah satu pentolan kelompok, yang juga anak putus sekolah, Kadek Bagus WB, 13, warga Jalan Sekar Tunjung, Kecamatan Denpasar Timur mengaku merasa tampilan rambut sebelumnya lebih bagus.

“Enakan rambut yang dulu,” ujarnya ketika ditanya soal gaya rambut barunya itu, didampingi Kapolsek Sukawati, AKP Suryadi dan Kanitreskrim Iptu Gusti Putu Winangun.

Kadek Bagus WB mengaku putus sekolah berawal dari ulahnya mencuri di salah satu tempat di Denpasar Timur.

“Waktu itu saya diajak mencuri sama paman saya (adik ayah, red). Nyuri HP,” ujarnya. Kasus itu sudah diusut oleh kepolisian di Denpasar.

Sejak aksi pencurian itu, WB kerap diolok-olok sebagai pencuri di sekolahnya. “Pas di sekolah, saya disuruh maju sama pak guru.

Saya dibilang, ini dia pencurinya, jangan diajak dia tukang nyuri,” kenang Kadek WB mengingat perundungan itu.

Kadek Bagus WB yang merasa malu diperlakukan begitu di depan teman-temannya memilih tak sekolah.

“Saya sempat dicari ke rumah, disuruh masuk. Saya bilang sama pak guru, kok saya disuruh masuk lagi, nanti lagi saya sudah dibikin malu,” ujarnya menirukan ucapan saat diminta sekolah lagi oleh sang guru.

Kadek Bagus WB pun memilih berhenti sekolah. Penghobi sepeda gayung itu pun akhirnya lebih banyak waktu di luar sekolah. Bertemu dengan teman-temannya yang diajak saat ini.

“Saya ketemu sama teman-teman ini sudah lama. Ketemu di Renon, main angkat sepeda bareng,” jelasnya.

Kelompok anak ini yang tinggal di wilayah Denpasar Timur bisa sampai Jalan Gatot Subroto Barat. Saat kejadian pelemparan, Kadek Bagus WB mengaku hanya diajak saja.

“Saya melempar, senang rasanya. Itu saja. Pas yang lain lari, saya ikutan lari,” ujarnya. Kadek Bagus WB pun kini sadar perbuatannya salah.

Dia berjanji tidak akan mengulang perbuatannya lagi. “Kalau disuruh sekolah, saya mau sekolah lagi. Tapi nggak mau sekolah di sekolah lama. Mau sekolah lain saja,” jelasnya.

Sebagai generasi penerus bangsa, Kadek Bagus WB punya cita-cita mulia. “Saya pingin jadi intel (intelejen, red),” ujarnya sambil melihat Kanitreskrim Polsek Sukawati Iptu Gusti Winangun.

Sementara itu, Iptu Winangun menyatakan, anak-anak itu juga telah diajak sembahyang. “Di pura mereka sampai menangis. Mereka sadar perbuatannya tidak baik,” jelasnya.

Setelah menginap sehari di Polsek, Selasa sore anak-anak itu dipulangkan. “Nanti mereka wajib lapor Senin-Kamis,” jelasnya.

Kapolsek AKP Suryadi menambahkan, para orang tua mereka telah dipanggil. “Kebanyakan orang tuanya sibuk. Pas kami panggil mereka kaget ternyata anaknya sudah di sini,” jelasnya.

AKP Suryadi mengaku proses hukum terhadap anak itu tetap berlanjut. “Proses tetap dilanjutkan. Sementara kami titip ke orang tua mereka untuk dibina,” pungkasnya. (*)

 

6 anak pelaku pelemparan mobil di Jalan By Pass IB Mantra telah diamankan di Polsek Sukawati. Mereka sempat menginap semalam.

Pentolan kelompok yang sempat putus sekolah sempat curhat kepada Jawa Pos Radar Bali. Dia sempat mengalami perundungan di sekolah. Mirisnya, bullying dilakukan sang guru.

 

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

SELASA pagi (10/3), 6 anak yang sempat menginap di ruang penyidik Polsek Sukawati terbangun dari tidurnya.

Mereka dikumpulkan di gazebo atau tempat istirahat Polsek. Satu persatu rambut mereka yang tampak acak-acakan dicukur plontos.

Salah satu pentolan kelompok, yang juga anak putus sekolah, Kadek Bagus WB, 13, warga Jalan Sekar Tunjung, Kecamatan Denpasar Timur mengaku merasa tampilan rambut sebelumnya lebih bagus.

“Enakan rambut yang dulu,” ujarnya ketika ditanya soal gaya rambut barunya itu, didampingi Kapolsek Sukawati, AKP Suryadi dan Kanitreskrim Iptu Gusti Putu Winangun.

Kadek Bagus WB mengaku putus sekolah berawal dari ulahnya mencuri di salah satu tempat di Denpasar Timur.

“Waktu itu saya diajak mencuri sama paman saya (adik ayah, red). Nyuri HP,” ujarnya. Kasus itu sudah diusut oleh kepolisian di Denpasar.

Sejak aksi pencurian itu, WB kerap diolok-olok sebagai pencuri di sekolahnya. “Pas di sekolah, saya disuruh maju sama pak guru.

Saya dibilang, ini dia pencurinya, jangan diajak dia tukang nyuri,” kenang Kadek WB mengingat perundungan itu.

Kadek Bagus WB yang merasa malu diperlakukan begitu di depan teman-temannya memilih tak sekolah.

“Saya sempat dicari ke rumah, disuruh masuk. Saya bilang sama pak guru, kok saya disuruh masuk lagi, nanti lagi saya sudah dibikin malu,” ujarnya menirukan ucapan saat diminta sekolah lagi oleh sang guru.

Kadek Bagus WB pun memilih berhenti sekolah. Penghobi sepeda gayung itu pun akhirnya lebih banyak waktu di luar sekolah. Bertemu dengan teman-temannya yang diajak saat ini.

“Saya ketemu sama teman-teman ini sudah lama. Ketemu di Renon, main angkat sepeda bareng,” jelasnya.

Kelompok anak ini yang tinggal di wilayah Denpasar Timur bisa sampai Jalan Gatot Subroto Barat. Saat kejadian pelemparan, Kadek Bagus WB mengaku hanya diajak saja.

“Saya melempar, senang rasanya. Itu saja. Pas yang lain lari, saya ikutan lari,” ujarnya. Kadek Bagus WB pun kini sadar perbuatannya salah.

Dia berjanji tidak akan mengulang perbuatannya lagi. “Kalau disuruh sekolah, saya mau sekolah lagi. Tapi nggak mau sekolah di sekolah lama. Mau sekolah lain saja,” jelasnya.

Sebagai generasi penerus bangsa, Kadek Bagus WB punya cita-cita mulia. “Saya pingin jadi intel (intelejen, red),” ujarnya sambil melihat Kanitreskrim Polsek Sukawati Iptu Gusti Winangun.

Sementara itu, Iptu Winangun menyatakan, anak-anak itu juga telah diajak sembahyang. “Di pura mereka sampai menangis. Mereka sadar perbuatannya tidak baik,” jelasnya.

Setelah menginap sehari di Polsek, Selasa sore anak-anak itu dipulangkan. “Nanti mereka wajib lapor Senin-Kamis,” jelasnya.

Kapolsek AKP Suryadi menambahkan, para orang tua mereka telah dipanggil. “Kebanyakan orang tuanya sibuk. Pas kami panggil mereka kaget ternyata anaknya sudah di sini,” jelasnya.

AKP Suryadi mengaku proses hukum terhadap anak itu tetap berlanjut. “Proses tetap dilanjutkan. Sementara kami titip ke orang tua mereka untuk dibina,” pungkasnya. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/