29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:06 AM WIB

Dikenal Paling Jago dan Berani, Kerap Melaut sampai ke Lombok

Made Witia, 45, nelayan asal Dusun Tukad Hitem, Seraya Timur dikenal sebagai nelayan ulung. Selain rajin dan pekerja keras, Witia juga punya fisik kuat. Dia juga sarat pengalaman.

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

NASIB orang terkadang sulit di tebak. Made Witia, misalnya. Dia merupakan salah satu nelayan paling jago untuk urusan meluat di Seraya Timur.

Namun, pengalaman saja tidak cukup. Buktinya, korban malah terpeleset dari jukungnya dan hilang saat melaut di laut dangkal.

Witia sendiri berangkat melaut pukul 19.00 wita Minggu sore lalu. Mestinya dia balik dari melaut kemarin pagi.

Tetapi, sang kerabat malah dikejutkan dengan informasi penemuan jukung oleh nelayan Ujung Pesisi.

Ternyata setelah di cek, jukung atau perahu tersebut adalah milik korban. Hal ini diakui sendiri kakak korban I Putu Rerod 48 yang juga nelayan setempat.

Menurut Rerod, korban berangkat melaut dari pantai Seraya Timur. Bahkan menurut Rerod, malam sekitar pukul 21.00 wita korban sempat menelpon keanaknya karena cucunya ulang tahun.

Hanya saja telepon tersebut tidak diangkat sang anak. “Terlihat dari panggilan tak terjawab kalau korban sempat menelpon,” ujarnya.

Witia sendiri memiliki tiga anak dua diantaranya sudah menikah dan punya satu cucu. Sang istri Ni Wayan Galung mengakui kalau suaminya tersebut biasa berangkat melaut dari pantai Songan, Seraya Timur.

Rerod mengakui kalau malam memang sempat angin kencang. Bahkan karena alasan tersebut dia sampai tidak melaut. “Saat itu saya sudah mau berangkat, karena cuaca buruk saya ngak jadi berangkat,” ujarnya.  

Korban melaut sore hari untuk menangkap ikan Senpelok atau atau Be Langon. Jenis ikan ini bisanya ditangkap di lautan dangkal dengan cara dipancing.

Biasanya dari sana setelah pagi yang bersangkutan bukan pulang namun langsung melaut ke laut dalam untuk menangkap tongkol.

Saat menangkap tongkol tidak lagi memancing namun menggunakan jaring. Bahkan kalau tangkapan bagus dia terkadang langsung melaut sampai ke Lombok dan menjual ikan hasil tangkapan di Ampenan, Lombok.

Menurut Rerod dan nelayan lainya, korban memang dikenal jago melaut. Untuk menangkap ikan Senpelok itu harus kuat begadang

Bahkan kalau mengantuk korban terkadang tidur di laut.

Korban juga sempat terjebak gelombang besar sampai kampih di Nusa Penida sekitar dua tahun lalu.  Saat itu yang bersangkutan sudah sempat dicari sama keluarganya. “Ini malah sekarang terpeleset di laut dangkal,” ujar Putu Yasa 40 sepupu korban.

Dia merupakan nelayan pertama asal Seraya yang tembus Ampenen Lombok sejak tahun 1990. Diakui Yasa kalau sekarang ini memang musim cuaca buruk sehingga nelayan harus waspada.

Pihak keluarga juga telah menanyakan kepada orang pintar. Dari hasil trawangan orang pintar tersebut kalau korban terjatuh di sekitar Gantung Gantung. Dimana disana ada karang menjorok ke laut.

Di tempat itu, nelayan kerap memancing ikan Sepelok. Dari trawang orang pintar tersebut dikatakan kalau korban sempat menghidupkan mesin namun terpleset saat mengangkat mesin perahunya.

Karena itu kemarin pihak keluarga sudah datang ke lokasi tersebut dengan mengajak penyalam lokal asal Seraya I Made Ata. Namun sejauh ini keberadaan korban belum juga diketahui.

Dari pantauan Jawa Pos Radar Bali kemarin nampak warga yang juga kerabat korban berkumpul di pantai sambil menanti kabar dari tim Sar terkait pencarian korban.

Timim SAR sendiri nampak menggunakan dua perahu karet melakukan pencarian di perairan Seraya Timur. Bahkan pencarian juga dilakukan sampai Ujung. Namun belum ada hasil.

Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Karangasem mengakui pencarian telah dilakukan dengan melibatkan tim SAR Gabungan, namun sejauh ini belum juga ditemukan.

 

Made Witia, 45, nelayan asal Dusun Tukad Hitem, Seraya Timur dikenal sebagai nelayan ulung. Selain rajin dan pekerja keras, Witia juga punya fisik kuat. Dia juga sarat pengalaman.

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

NASIB orang terkadang sulit di tebak. Made Witia, misalnya. Dia merupakan salah satu nelayan paling jago untuk urusan meluat di Seraya Timur.

Namun, pengalaman saja tidak cukup. Buktinya, korban malah terpeleset dari jukungnya dan hilang saat melaut di laut dangkal.

Witia sendiri berangkat melaut pukul 19.00 wita Minggu sore lalu. Mestinya dia balik dari melaut kemarin pagi.

Tetapi, sang kerabat malah dikejutkan dengan informasi penemuan jukung oleh nelayan Ujung Pesisi.

Ternyata setelah di cek, jukung atau perahu tersebut adalah milik korban. Hal ini diakui sendiri kakak korban I Putu Rerod 48 yang juga nelayan setempat.

Menurut Rerod, korban berangkat melaut dari pantai Seraya Timur. Bahkan menurut Rerod, malam sekitar pukul 21.00 wita korban sempat menelpon keanaknya karena cucunya ulang tahun.

Hanya saja telepon tersebut tidak diangkat sang anak. “Terlihat dari panggilan tak terjawab kalau korban sempat menelpon,” ujarnya.

Witia sendiri memiliki tiga anak dua diantaranya sudah menikah dan punya satu cucu. Sang istri Ni Wayan Galung mengakui kalau suaminya tersebut biasa berangkat melaut dari pantai Songan, Seraya Timur.

Rerod mengakui kalau malam memang sempat angin kencang. Bahkan karena alasan tersebut dia sampai tidak melaut. “Saat itu saya sudah mau berangkat, karena cuaca buruk saya ngak jadi berangkat,” ujarnya.  

Korban melaut sore hari untuk menangkap ikan Senpelok atau atau Be Langon. Jenis ikan ini bisanya ditangkap di lautan dangkal dengan cara dipancing.

Biasanya dari sana setelah pagi yang bersangkutan bukan pulang namun langsung melaut ke laut dalam untuk menangkap tongkol.

Saat menangkap tongkol tidak lagi memancing namun menggunakan jaring. Bahkan kalau tangkapan bagus dia terkadang langsung melaut sampai ke Lombok dan menjual ikan hasil tangkapan di Ampenan, Lombok.

Menurut Rerod dan nelayan lainya, korban memang dikenal jago melaut. Untuk menangkap ikan Senpelok itu harus kuat begadang

Bahkan kalau mengantuk korban terkadang tidur di laut.

Korban juga sempat terjebak gelombang besar sampai kampih di Nusa Penida sekitar dua tahun lalu.  Saat itu yang bersangkutan sudah sempat dicari sama keluarganya. “Ini malah sekarang terpeleset di laut dangkal,” ujar Putu Yasa 40 sepupu korban.

Dia merupakan nelayan pertama asal Seraya yang tembus Ampenen Lombok sejak tahun 1990. Diakui Yasa kalau sekarang ini memang musim cuaca buruk sehingga nelayan harus waspada.

Pihak keluarga juga telah menanyakan kepada orang pintar. Dari hasil trawangan orang pintar tersebut kalau korban terjatuh di sekitar Gantung Gantung. Dimana disana ada karang menjorok ke laut.

Di tempat itu, nelayan kerap memancing ikan Sepelok. Dari trawang orang pintar tersebut dikatakan kalau korban sempat menghidupkan mesin namun terpleset saat mengangkat mesin perahunya.

Karena itu kemarin pihak keluarga sudah datang ke lokasi tersebut dengan mengajak penyalam lokal asal Seraya I Made Ata. Namun sejauh ini keberadaan korban belum juga diketahui.

Dari pantauan Jawa Pos Radar Bali kemarin nampak warga yang juga kerabat korban berkumpul di pantai sambil menanti kabar dari tim Sar terkait pencarian korban.

Timim SAR sendiri nampak menggunakan dua perahu karet melakukan pencarian di perairan Seraya Timur. Bahkan pencarian juga dilakukan sampai Ujung. Namun belum ada hasil.

Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Karangasem mengakui pencarian telah dilakukan dengan melibatkan tim SAR Gabungan, namun sejauh ini belum juga ditemukan.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/