25.5 C
Jakarta
21 November 2024, 6:43 AM WIB

Anak Kena PHK, Ibu di Karangasem Rela Jadi Tukang Pijat Demi Keluarga

Pandemi Covid-19 membuat warga Karangasem makin banyak yang kehilangan pekerjaan. Ini juga terjadi pada I Kadek Adi.

Setelah resign dari pekerjaan lantaran pandemi, sang ibu kini harus mengantikan sebagai tulang punggung keluarga sebagai tukang pijat. Seperti apa?

 

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

PANDEMI Covid-19 benar-benar membuat kondisi terpuruk di segala bidang. Tidak hanya para pengusaha yang menjerit, pekerja juga harus kelimpungan dan terpaksa di rumahkan.

Hal ini juga dialami salah satu pekerja asal Karangasem tepatnya warga Banjar Tumbu Kelod, Desa Tumbu, Karangasem bernama Kadek Adi.

Awalnya Kadek Adi merupakan tulang punggung keluarga. Dia selama ini menghidupi keluarganya mulai dari ayah, ibunya, istri, anak dan adiknya yang masih kuliah.

Namun sekarang ini terpaksa harus menganggur karena di rumahkan dari tempat kerjanya.

Kadek awalnya bekerja sebagai bartender di sebuah hotel di kawasan Ubud, Gianyar. Selama ini pengasilanya cukup dihandalkan untuk menghidupi keluaranya.

Namun sayang sejak pandemic global, keadaan terbalik 180 derajat. Dia pun kena PHK tanpa pesangon.

Kondisi ini membuat dia bersama keluarganya dan anak-anaknya pulang ke Tumbu, dimana awalnya Kadek Adi sempat tinggal di rumah kontrakan bersama dengan istri dan anaknya.

Ini terpaksa dia lakukan karena sudah tidak kuat lagi membayar rumah kontrakan karena sudah tidak bekerja lagi.

Parahnya lagi, saat ini ibunya Ketut Ratin, 46, yang muncul sebagai tulang punggung keluarganya mengantikan Kadek Adi.

Ratin sendiri harus melakukan ini sekalipun dirinya hanya sebagai tukang pijat keliling. Sebelumnya Ratin memang bekerja, namun ini dia lakukan untuk menghidupi keluarganya terutama suaminya  I Ketut Wardina, 53, yang mengalami diabetes.

Namun, saat ini bebannya menjadi lebih berat. Dia harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya termasuk anak-anaknya yang selama ini sempat membantu membiayai hidupnya.

Dia harus bekerja keras untuk keluarganya. Selain itu ada tanggungan yang cukup berat juga karena salah satu anaknya Komang Panji masih kuliah dan baru semester III di salah satu kampus swasta di Denpasar.

”Ya anak saya yang masih kuliah juga harus kos,” ujarnya. Dengan kondisinya sekarang, ini sang anak yang masih kuliah tersebut 8 bulan sudah tidak sanggup bayar kos.

Bahkan, sudah beberapa kali tuan rumahnya memperingatkan agar membayar uang kos. Sang anak sendiri mengaku hanya bisa pasrah dan tak sanggup untuk membayar kos.

“Ya mengaku sudah pasrah karena memang sudah tidak sanggup membayar lagi,” ujar Ratin.

Selain menunggak kontrakan, yang bersangkutan juga menunggak pembayaran ujian semester yang sudah jatuh tempo sejak beberapa bulan lalu.

Untuk membayar SPP dikenakan biaya Rp 7 juta per semester. Bahkan, untuk membayar semesteran ini juga tidak ada biaya lagi.

Untuk itu dirinya juga tidak tahu harus berbuat apa. Dirinya juga belum ada cara untuk membayarnya.

Ratin sendiri selama ini hanya tukang pijat panggilan. Dimana sekali panggil hanya mendapat upah sekedarnya.

Di mana sehari bekerja, dia berhasil membawa uang Rp 50 ribu. Itupun kalau ada yang memanggil. Terkadang juga tidak ada yang menggunakan jasanya.

Kalau itu terjadi, dia pun tidak punya penghasilan sepeserpun. Dia mengakui untuk menanggung keluarganya saat ini cukup sulit termasuk juga harus membeli susu untuk sang cucu yang masih tiga tahun.

Sang anak Kadek Adi saat ini tengah berusaha memcari pekerjaan untuk bisa menghidupi keluarganya.

Hanya saja sampai saat ini belum juga mendapatkan pekerjaan. Bahkan sempat juga berniat membuka usaha.

Saat ini dirinya tidak mendapat bantuan dari pemerintah, hanya sembako sebanyak dua kali.

Kedepanya dirinya berharap Pemkab Karangasem bisa memberikan bantuan modal usaha atau kerja. Diantaranya berupa bibit ternak sapi atau babi sehingga bisa beternak. (*)

Pandemi Covid-19 membuat warga Karangasem makin banyak yang kehilangan pekerjaan. Ini juga terjadi pada I Kadek Adi.

Setelah resign dari pekerjaan lantaran pandemi, sang ibu kini harus mengantikan sebagai tulang punggung keluarga sebagai tukang pijat. Seperti apa?

 

 

WAYAN PUTRA, Amlapura

PANDEMI Covid-19 benar-benar membuat kondisi terpuruk di segala bidang. Tidak hanya para pengusaha yang menjerit, pekerja juga harus kelimpungan dan terpaksa di rumahkan.

Hal ini juga dialami salah satu pekerja asal Karangasem tepatnya warga Banjar Tumbu Kelod, Desa Tumbu, Karangasem bernama Kadek Adi.

Awalnya Kadek Adi merupakan tulang punggung keluarga. Dia selama ini menghidupi keluarganya mulai dari ayah, ibunya, istri, anak dan adiknya yang masih kuliah.

Namun sekarang ini terpaksa harus menganggur karena di rumahkan dari tempat kerjanya.

Kadek awalnya bekerja sebagai bartender di sebuah hotel di kawasan Ubud, Gianyar. Selama ini pengasilanya cukup dihandalkan untuk menghidupi keluaranya.

Namun sayang sejak pandemic global, keadaan terbalik 180 derajat. Dia pun kena PHK tanpa pesangon.

Kondisi ini membuat dia bersama keluarganya dan anak-anaknya pulang ke Tumbu, dimana awalnya Kadek Adi sempat tinggal di rumah kontrakan bersama dengan istri dan anaknya.

Ini terpaksa dia lakukan karena sudah tidak kuat lagi membayar rumah kontrakan karena sudah tidak bekerja lagi.

Parahnya lagi, saat ini ibunya Ketut Ratin, 46, yang muncul sebagai tulang punggung keluarganya mengantikan Kadek Adi.

Ratin sendiri harus melakukan ini sekalipun dirinya hanya sebagai tukang pijat keliling. Sebelumnya Ratin memang bekerja, namun ini dia lakukan untuk menghidupi keluarganya terutama suaminya  I Ketut Wardina, 53, yang mengalami diabetes.

Namun, saat ini bebannya menjadi lebih berat. Dia harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya termasuk anak-anaknya yang selama ini sempat membantu membiayai hidupnya.

Dia harus bekerja keras untuk keluarganya. Selain itu ada tanggungan yang cukup berat juga karena salah satu anaknya Komang Panji masih kuliah dan baru semester III di salah satu kampus swasta di Denpasar.

”Ya anak saya yang masih kuliah juga harus kos,” ujarnya. Dengan kondisinya sekarang, ini sang anak yang masih kuliah tersebut 8 bulan sudah tidak sanggup bayar kos.

Bahkan, sudah beberapa kali tuan rumahnya memperingatkan agar membayar uang kos. Sang anak sendiri mengaku hanya bisa pasrah dan tak sanggup untuk membayar kos.

“Ya mengaku sudah pasrah karena memang sudah tidak sanggup membayar lagi,” ujar Ratin.

Selain menunggak kontrakan, yang bersangkutan juga menunggak pembayaran ujian semester yang sudah jatuh tempo sejak beberapa bulan lalu.

Untuk membayar SPP dikenakan biaya Rp 7 juta per semester. Bahkan, untuk membayar semesteran ini juga tidak ada biaya lagi.

Untuk itu dirinya juga tidak tahu harus berbuat apa. Dirinya juga belum ada cara untuk membayarnya.

Ratin sendiri selama ini hanya tukang pijat panggilan. Dimana sekali panggil hanya mendapat upah sekedarnya.

Di mana sehari bekerja, dia berhasil membawa uang Rp 50 ribu. Itupun kalau ada yang memanggil. Terkadang juga tidak ada yang menggunakan jasanya.

Kalau itu terjadi, dia pun tidak punya penghasilan sepeserpun. Dia mengakui untuk menanggung keluarganya saat ini cukup sulit termasuk juga harus membeli susu untuk sang cucu yang masih tiga tahun.

Sang anak Kadek Adi saat ini tengah berusaha memcari pekerjaan untuk bisa menghidupi keluarganya.

Hanya saja sampai saat ini belum juga mendapatkan pekerjaan. Bahkan sempat juga berniat membuka usaha.

Saat ini dirinya tidak mendapat bantuan dari pemerintah, hanya sembako sebanyak dua kali.

Kedepanya dirinya berharap Pemkab Karangasem bisa memberikan bantuan modal usaha atau kerja. Diantaranya berupa bibit ternak sapi atau babi sehingga bisa beternak. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/