Desa Sepang Kelod, di Kecamatan Busungbiu mendadak diterjang bencana tanah longsor pada Jumat (15/1) malam.
Peristiwa itu merupakan bencana alam terburuk yang terjadi di Sepang Kelod dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
EKA PRASETYA, Busungbiu
PANDE Ari, 28, benar-benar bersyukur. Ia nyaris saja menjadi korban dalam musibah tanah longsor yang terjadi di Desa Sepang Kelod, pada Jumat (15/1) malam.
Beruntung ia berhasil menyelamatkan diri. Meski ia harus merelakan mobil miliknya rusak terseret longsor.
Insiden itu dialami Pande Ari sekitar pukul 21.30, Sabtu malam lalu. Malam itu ia hendak pulang kampung ke rumahnya di Banjar Dinas Gunung Sari, Desa Sepang Kelod.
Dalam kondisi hujan lebat, ia mengemudikan mobil DK 1371 AY secara perlahan. Ia memasuki Desa Sepang Kelod dari arah Desa Tista.
Saat sampai di wilayah Banjar Dinas Sepang, perjalanannya terhenti oleh longsor yang menutup badan jalan. Lokasi longsoran itu terletak sekitar 1 kilometer arah selatan SDN 1 Sepang Kelod.
Tadinya ia berencana putar arah. Namun ia kesulitan melakukan manuver, karena di belakangnya ada bongkahan batu.
Ia pun turun dari mobil hendak memindahkan batu tersebut. “Maunya saya buka jalan. Terus saya dengar ada suara gemuruh di atas, langsung saya lari. Ternyata ada longsor susulan,” cerita Pande Ari saat ditemui di Sepang Kelod, kemarin.
Ia pun harus merelakan mobilnya terseret material longsor. Mobil ditemukan di areal perkebunan warga. Terseret sekitar 50 meter dari jalan utama. Mobil akhirnya bisa dievakuasi pada Sabtu (16/1) pagi.
Longsoran itu hanya salah satu titik yang melanda wilayah Desa Sepang Kelod. Pihak desa mencatat, setidaknya ada 30 titik longsor di seluruh penjuru desa.
Fasilitas umum berupa SDN 1 Sepang Kelod, nyaris amblas terkikis banjir yang melanda Tukad Pulukan. Tak kurang dari 5 buah rumah warga mengalami kerusakan.
Sebuah rumah diantaranya bahkan rata dengan tanah. Rumah itu merupakan milik Dewa Kade, warga Banjar Dinas Asah Badung.