27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 6:40 AM WIB

Kopi Ciwidey Jadi Kopi Termahal, Harga Tinggi untuk Semangati Petani

Kopi memang bukan sekadar kebutuhan untuk diminum. Dengan pengolahan yang tepat, akan menghasilkan rasa yang istimewa. Seperti kopi Ciwidey asal Jawa Barat, yang dilelang hingga tembus Rp 2.050.000 per kilogram.

 

 

ZULFIKA RAHMAN, Jimbaran

SEJUMLAH pegiat kopi Nusantara mulai dari kalangan petani, pengusaha dan pihak asosiasi berkumpul di gerai kopi 70 Fahrenheit Koffie Bali,  Jalan Parigata, Jimbaran, Badung, kemarin (17/11).

Di momen ini tak hanya workshop tentang kopi saja. Tapi  juga sekaligus merasakan kenikmatan kopi Ciwidey sebagai pemenang lelang yang diadakan oleh Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI).

Acara ini sekaligus bertepatan dengan acara Asia Pasific Coffee Conference pada 20 Oktober lalu  di Jakarta.

Kopi jenis arabika yang ditanam di Pegunungan Patuha, Jawa Barat,  ini telah jadi pemenang dalam ajang lelang yang dari 60 jenis kopi Nusantara.

Proses lelang yang cukup alot ini kemudian disortir kembali jadi 20 jenis kopi. Dalam proses seleksi para ahli kopi dari laboratorium Kopi Ciwidey dinobatkan sebagai kopi specialty terbaik.

“Selanjutnya dilakukan proses lelang yang cukup alot. Dan pemilik gerai kopi 70 Fahrenheit menawar paling tinggi,  Rp 2.050.000 per kilogram,” ujar Ketua SCAI Syafrudin, Jumat (17/11).

Syafrudin menjelaskan, kopi Ciwidey ini memiliki rasa yang unik. Ketika diseruput pertama kali, rasa yang dihasilkan ada citarasa wine.

Selanjutnya semakin dalam, rasa yang ada dalam kopi tersebut seperti jeruk nipis dan coklat.

“Tapi ini bukan soal harga. Minimal dari lelang itu bisa menunjukkan bahwa rasa kopi Indonesia sangat luar biasa. Dan ini tentu bisa mengangkat kesejahteraan petani untuk lebih bagus dalam mengolah tanaman kopi,” terang dia.

Lelang yang dilakukan SCAI ini sudah berlangsung enam kali. Dan,  tiap tahun peserta selalu meningkat. Tahun 2016 ada 40 peserta, dan tahun ini meningkat jadi 60 orang peserta.

Tahun ini juga lonjakan harga lelang paling tinggi. “Kalau tahun lalu harga lelang Rp 400 ribu, ini menandakan kualitas kopi kita semakin ke depan semakin bagus,” kata Syafrudin.

Sementara itu, pembina petani kopi Ciwidey, Lucy Tedjasukmana mengatakan, untuk menghasilkan kopi terbaik sudah berlangsung sejak puluhan tahun.

Namun untuk menekuni kopi specialty ini  baru dilakukan dua tahun. Dengan pengolahan yang mempertimbangkan cuaca dan tingkat kekeringan.

“Untuk pengeringan biji kopi memerlukan waktu 30 hari. Untuk pengeringan itu pun hanya dilakukan antara jam 07.00 pagi hingga pukul 11.00 siang. Kalau terlalu terik rasa kopi akan berubah karena agak rapuh,” bebernya.

Sebelum menang dalam acara lelang, kopi Ciwidey hanya memiliki harga Rp 80 ribu per kilogram. Namun setelah momen ini, dia optimistis harga kopi Ciwidey terangkat karena grade kopi yang dihasilkan sangat bagus.

Ini diharapkan akan mengangkat tingkat penjualan. Karena banyak orang yang penasaran dengan kopi ini.

“Banyak yang mencari. Dan saya optimistis  harganya bisa sampai Rp 110 ribu hingga Rp 150 ribu per kilogram,” tandasnya.

Di sisi lain pemilik gerai kopi 70 Fahrenheit Suryadi Suryadhamma menceritakan proses yang dilalui terkait harga itu. Dia  bersama tim berembuk dalam memutuskan harga saat acara lelang tersebut.

Sebenarnya ketika ada penawaran tertinggi Rp 1 juta akan lepas tangan. Namun karena adanya dorongan untuk mendukung petani dalam menciptakan kopi yang bagus,  akhirnya batas harga dinaikkan jadi Rp 2.050.000.

 “Kalau lebih dari itu kami lepas. Tapi ternyata tidak ada lagi penawaran,” pungkasnya. Di workshop itu, kopi Ciwidey disajikan dengan konsep penyajian ala Jepang.

Seperti pemakaian sistem sipon, sejumlah undangan yang hadir dari kalangan pengusaha kedai kopi dan pegiat kopi pun menyajikan dalam gelas ukuran kecil.

Selanjutnya dari SCAI memberi pemahaman tentang rasa kopi tersebut.

Kopi memang bukan sekadar kebutuhan untuk diminum. Dengan pengolahan yang tepat, akan menghasilkan rasa yang istimewa. Seperti kopi Ciwidey asal Jawa Barat, yang dilelang hingga tembus Rp 2.050.000 per kilogram.

 

 

ZULFIKA RAHMAN, Jimbaran

SEJUMLAH pegiat kopi Nusantara mulai dari kalangan petani, pengusaha dan pihak asosiasi berkumpul di gerai kopi 70 Fahrenheit Koffie Bali,  Jalan Parigata, Jimbaran, Badung, kemarin (17/11).

Di momen ini tak hanya workshop tentang kopi saja. Tapi  juga sekaligus merasakan kenikmatan kopi Ciwidey sebagai pemenang lelang yang diadakan oleh Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI).

Acara ini sekaligus bertepatan dengan acara Asia Pasific Coffee Conference pada 20 Oktober lalu  di Jakarta.

Kopi jenis arabika yang ditanam di Pegunungan Patuha, Jawa Barat,  ini telah jadi pemenang dalam ajang lelang yang dari 60 jenis kopi Nusantara.

Proses lelang yang cukup alot ini kemudian disortir kembali jadi 20 jenis kopi. Dalam proses seleksi para ahli kopi dari laboratorium Kopi Ciwidey dinobatkan sebagai kopi specialty terbaik.

“Selanjutnya dilakukan proses lelang yang cukup alot. Dan pemilik gerai kopi 70 Fahrenheit menawar paling tinggi,  Rp 2.050.000 per kilogram,” ujar Ketua SCAI Syafrudin, Jumat (17/11).

Syafrudin menjelaskan, kopi Ciwidey ini memiliki rasa yang unik. Ketika diseruput pertama kali, rasa yang dihasilkan ada citarasa wine.

Selanjutnya semakin dalam, rasa yang ada dalam kopi tersebut seperti jeruk nipis dan coklat.

“Tapi ini bukan soal harga. Minimal dari lelang itu bisa menunjukkan bahwa rasa kopi Indonesia sangat luar biasa. Dan ini tentu bisa mengangkat kesejahteraan petani untuk lebih bagus dalam mengolah tanaman kopi,” terang dia.

Lelang yang dilakukan SCAI ini sudah berlangsung enam kali. Dan,  tiap tahun peserta selalu meningkat. Tahun 2016 ada 40 peserta, dan tahun ini meningkat jadi 60 orang peserta.

Tahun ini juga lonjakan harga lelang paling tinggi. “Kalau tahun lalu harga lelang Rp 400 ribu, ini menandakan kualitas kopi kita semakin ke depan semakin bagus,” kata Syafrudin.

Sementara itu, pembina petani kopi Ciwidey, Lucy Tedjasukmana mengatakan, untuk menghasilkan kopi terbaik sudah berlangsung sejak puluhan tahun.

Namun untuk menekuni kopi specialty ini  baru dilakukan dua tahun. Dengan pengolahan yang mempertimbangkan cuaca dan tingkat kekeringan.

“Untuk pengeringan biji kopi memerlukan waktu 30 hari. Untuk pengeringan itu pun hanya dilakukan antara jam 07.00 pagi hingga pukul 11.00 siang. Kalau terlalu terik rasa kopi akan berubah karena agak rapuh,” bebernya.

Sebelum menang dalam acara lelang, kopi Ciwidey hanya memiliki harga Rp 80 ribu per kilogram. Namun setelah momen ini, dia optimistis harga kopi Ciwidey terangkat karena grade kopi yang dihasilkan sangat bagus.

Ini diharapkan akan mengangkat tingkat penjualan. Karena banyak orang yang penasaran dengan kopi ini.

“Banyak yang mencari. Dan saya optimistis  harganya bisa sampai Rp 110 ribu hingga Rp 150 ribu per kilogram,” tandasnya.

Di sisi lain pemilik gerai kopi 70 Fahrenheit Suryadi Suryadhamma menceritakan proses yang dilalui terkait harga itu. Dia  bersama tim berembuk dalam memutuskan harga saat acara lelang tersebut.

Sebenarnya ketika ada penawaran tertinggi Rp 1 juta akan lepas tangan. Namun karena adanya dorongan untuk mendukung petani dalam menciptakan kopi yang bagus,  akhirnya batas harga dinaikkan jadi Rp 2.050.000.

 “Kalau lebih dari itu kami lepas. Tapi ternyata tidak ada lagi penawaran,” pungkasnya. Di workshop itu, kopi Ciwidey disajikan dengan konsep penyajian ala Jepang.

Seperti pemakaian sistem sipon, sejumlah undangan yang hadir dari kalangan pengusaha kedai kopi dan pegiat kopi pun menyajikan dalam gelas ukuran kecil.

Selanjutnya dari SCAI memberi pemahaman tentang rasa kopi tersebut.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/