29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:12 AM WIB

“Saya Soekarnois, tapi Saya Bukan Orang Partai Politik”

Suharsono, 41, terbilang nekat. Dengan semangat menyala dia bersepeda dari Sabang, Aceh, menuju Merauke, Papua.

Sebelum bersepeda dia pernah berjalan kaki keliling Indonesia. Kali ini tujuannya adalah menyebarkan rasa nasionalisme kepada Pancasila dan NKRI.

 

SEPEDA butut warna merah muda itu melintas kemarin (19/7) di Jalan Gilimanuk-Denpasar. Kehadirannya menarik perhatian pengguna jalan. Pasalnya, pada bagian belakang sepeda ada tulisan berbunyi: Walaupun kita beda, tapi kita satu dalam naungan Pancasila untuk pemersatu bangsa. 

Selain itu, ada juga dipasang kalimat Jelajah Indonesia yang ditulis dengan huruf cukup besar. Penggowes sepeda itu adalah  Suharsono alias Harsono.

Dengan hanya mengenakan kaus warna hitam lengan pendek, dia mengayuh sepedanya di bawah terik matahari. Pria asal Desa Siring, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, ini punya obsesi tersendiri tentang perjalanannya ini.

Ini setelah rumah dan tanahnya terancam banjir lumpur Lapindo. Harsono bersama lima saudaranya ikut transmigrasi ke Bengkulu. Dia bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit.

Saat ikut transmigrasi, Harsono mendapat 2 hektare lahan perkebunan. Sayangnya, karena tidak ada biaya untuk mengelola, bersama lima orang anggota keluarganya dia akhirnya memilih bekerja pada orang lain sebagai buruh.

”Dulu saya punya bengkel, tapi sudah terendam lumpur Lapindo,” tuturnya, saat mampir di Koramil Mendoyo untuk beristirahat.

Dia mengaku memulai berangkat dari ujung barat Indonesia di 0 kilometer, Sabang, Aceh, sejak tiga bulan lalu.

Dari ujung barat Indonesia dia terus menggowes sepedanya hingga akhirnya masuk Bali, wilayah Jembrana.

Menurutnya, sudah sekitar 80 hari rute yang dilalui dari Sabang menuju selatan atau arah Lampung, kemudian Jakarta.

Setelah itu menuju Jawa Timur melalui jalur pantura hingga ke Banyuwangi. Lantas, menyeberang ke Pulau Bali.

Diprediksi, untuk sampai tujuan di Merauke membutuhkan waktu sekitar 5 bulan lagi. Menyusuri setiap kabupaten dan provinsi hingga ke Indonesia paling timur.

Kemudian pulang dari Merauke rencananya bakal menyusuri Maluku, Sulawesi, Kalimantan kemudian menyeberang ke Surabaya. “Sekitar setahun lebih baru selesai jelajahnya,” ujarnya.

Sebenarnya, jelajah Indonesia yang dilakukan Harsono ini bukan pertama kali. Pada tahun 2012-2016, Harsono jalan kaki dari Sabang ke Merauke.

Perjalanan panjang itu membuat namanya tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri).   Menurutnya, antara jalan kaki dan bersepeda lebih berat menggunakan sepeda karena ketika sepedanya rusak harus menuntun sambil membawa tas berisi baju dan minuman.

Sejak melakukan aksi nekat jalan kaki dan sekarang bersepeda, ini tidak sedikit yang mencibir. Bahkan, ada yang menyebut gila.

Tapi, dia tetap melanjutkan perjalanan tanpa peduli komentar negatif dan menyuarakan semangatnya. Pasalnya, aksi nekat Harsono dilandasi tujuan untuk menyebarkan virus kecintaan pada NKRI dan Pancasila.

Sehingga, selama perjalanannya bendera Merah Putih selalu berkibar di sepedanya.   ”Tulisan itu biar dibaca orang. Itu pesan moral yang saya bawa dari bersepeda ini,” terangnya.

Pesan moral itu terus digemakan Harsono karena merasa prihatin dengan kondisi bangsa saat ini. Mulai ada pihak-pihak yang meragukan Pancasila dan NKRI, sehingga mengancam keutuhan bangsa.

Padahal, lanjutnya, ribuan orang gugur dalam memperjuangkan NKRI dan Pancasila hingga negara ini merdeka.

Selama perjalanan menuju Merauke, misi khusus lain yang dilakukan Harsono adalah mengunjungi setiap tempat yang pernah dikunjungi  Soekarno, sebagai Proklamator yang juga presiden pertama Indonesia.

Ada sekitar 170 tempat yang pernah didatangi  Si Bung, ini saat berstatus sebagai tahanan politik maupun sebagai Presiden.

Kunjungannya ke tempat-tempat Putra Sang Fajar, sebutan Soekarno, sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan perjuangan Bung Karno yang telah meletakkan dasar-dasar negara.

“Saya Soekarnois, tapi saya bukan orang partai politik. Saya orang Indonesia. Saya orang Pancasila,”tegasnya. 

Suharsono, 41, terbilang nekat. Dengan semangat menyala dia bersepeda dari Sabang, Aceh, menuju Merauke, Papua.

Sebelum bersepeda dia pernah berjalan kaki keliling Indonesia. Kali ini tujuannya adalah menyebarkan rasa nasionalisme kepada Pancasila dan NKRI.

 

SEPEDA butut warna merah muda itu melintas kemarin (19/7) di Jalan Gilimanuk-Denpasar. Kehadirannya menarik perhatian pengguna jalan. Pasalnya, pada bagian belakang sepeda ada tulisan berbunyi: Walaupun kita beda, tapi kita satu dalam naungan Pancasila untuk pemersatu bangsa. 

Selain itu, ada juga dipasang kalimat Jelajah Indonesia yang ditulis dengan huruf cukup besar. Penggowes sepeda itu adalah  Suharsono alias Harsono.

Dengan hanya mengenakan kaus warna hitam lengan pendek, dia mengayuh sepedanya di bawah terik matahari. Pria asal Desa Siring, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, ini punya obsesi tersendiri tentang perjalanannya ini.

Ini setelah rumah dan tanahnya terancam banjir lumpur Lapindo. Harsono bersama lima saudaranya ikut transmigrasi ke Bengkulu. Dia bekerja sebagai buruh perkebunan kelapa sawit.

Saat ikut transmigrasi, Harsono mendapat 2 hektare lahan perkebunan. Sayangnya, karena tidak ada biaya untuk mengelola, bersama lima orang anggota keluarganya dia akhirnya memilih bekerja pada orang lain sebagai buruh.

”Dulu saya punya bengkel, tapi sudah terendam lumpur Lapindo,” tuturnya, saat mampir di Koramil Mendoyo untuk beristirahat.

Dia mengaku memulai berangkat dari ujung barat Indonesia di 0 kilometer, Sabang, Aceh, sejak tiga bulan lalu.

Dari ujung barat Indonesia dia terus menggowes sepedanya hingga akhirnya masuk Bali, wilayah Jembrana.

Menurutnya, sudah sekitar 80 hari rute yang dilalui dari Sabang menuju selatan atau arah Lampung, kemudian Jakarta.

Setelah itu menuju Jawa Timur melalui jalur pantura hingga ke Banyuwangi. Lantas, menyeberang ke Pulau Bali.

Diprediksi, untuk sampai tujuan di Merauke membutuhkan waktu sekitar 5 bulan lagi. Menyusuri setiap kabupaten dan provinsi hingga ke Indonesia paling timur.

Kemudian pulang dari Merauke rencananya bakal menyusuri Maluku, Sulawesi, Kalimantan kemudian menyeberang ke Surabaya. “Sekitar setahun lebih baru selesai jelajahnya,” ujarnya.

Sebenarnya, jelajah Indonesia yang dilakukan Harsono ini bukan pertama kali. Pada tahun 2012-2016, Harsono jalan kaki dari Sabang ke Merauke.

Perjalanan panjang itu membuat namanya tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri).   Menurutnya, antara jalan kaki dan bersepeda lebih berat menggunakan sepeda karena ketika sepedanya rusak harus menuntun sambil membawa tas berisi baju dan minuman.

Sejak melakukan aksi nekat jalan kaki dan sekarang bersepeda, ini tidak sedikit yang mencibir. Bahkan, ada yang menyebut gila.

Tapi, dia tetap melanjutkan perjalanan tanpa peduli komentar negatif dan menyuarakan semangatnya. Pasalnya, aksi nekat Harsono dilandasi tujuan untuk menyebarkan virus kecintaan pada NKRI dan Pancasila.

Sehingga, selama perjalanannya bendera Merah Putih selalu berkibar di sepedanya.   ”Tulisan itu biar dibaca orang. Itu pesan moral yang saya bawa dari bersepeda ini,” terangnya.

Pesan moral itu terus digemakan Harsono karena merasa prihatin dengan kondisi bangsa saat ini. Mulai ada pihak-pihak yang meragukan Pancasila dan NKRI, sehingga mengancam keutuhan bangsa.

Padahal, lanjutnya, ribuan orang gugur dalam memperjuangkan NKRI dan Pancasila hingga negara ini merdeka.

Selama perjalanan menuju Merauke, misi khusus lain yang dilakukan Harsono adalah mengunjungi setiap tempat yang pernah dikunjungi  Soekarno, sebagai Proklamator yang juga presiden pertama Indonesia.

Ada sekitar 170 tempat yang pernah didatangi  Si Bung, ini saat berstatus sebagai tahanan politik maupun sebagai Presiden.

Kunjungannya ke tempat-tempat Putra Sang Fajar, sebutan Soekarno, sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan perjuangan Bung Karno yang telah meletakkan dasar-dasar negara.

“Saya Soekarnois, tapi saya bukan orang partai politik. Saya orang Indonesia. Saya orang Pancasila,”tegasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/