28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:46 AM WIB

Layaknya Ritual Ngaben Sungguhan, Sebanyak 250-an Bikul Diaben

Pemerintah Kabupaten Badung yang melibatkan Majelis Madya Subak Kabupaten Badung melakukan ritual ngaben bikul (tikus), Kamis (19/11) lalu. 

Ritual ngaben ini layaknya seperti melakukan ritual ngaben manusia dengan menggunakan sarana- prasarana pengabenan seperti bade dan lain sebagainya. Kali itu ada sebanyak 250an ekor tikus diaben.

 

 

MADE DWIJA PUTRA, Mangupura

RITUAL ngaben bikul dimulai pukul 09.00.  Para perwakilan krama subak se-Badung turut menghadiri ritual tersebut.

Tingkatan upacara pengabenan sarwa preteka (bebangkit 5) dan dipuput oleh Ida Pedande Gede Kekeran Pemaron dari Griya Agung Mandhara Munggu.

Prosesi diawali dengan matur piuning atau memohon izin, mebumi sudha, ngaskara, pengabenan, nganyut dan sembahyang bersama.  

Pelaksaan upacara ngaben tikus dilaksanakan dengan menerapkan prokes yang ketat, kehadiran peserta dibatasi yang merupakan perwakilan sedahan subak masing-masing kecamatan.

Tirta penyapuh merana yang dibagikan di lokasi upacara akan didistribusikan oleh sedahan subak di setiap kecamatan kepada para kelian subak, sehingga petani cukup nunas tirta di Pura Bedugul Subak masing-masing.

Namun, sebelum itu juga telah dilangsungkan ngeropyok atau memburu tikus  yang nantinya tikus tersebut untuk diaben.

Sehari sebelum puncak upacara ngaben, yaitu pada hari Rabu (18/11) lalu dilaksanakan upacara ngeringkes bangkai bikul.

Upacara ngeringkes bermakna menyucikan tikus. Pada proses tersebut, tikus dipilih sesuai jenis kelaminnya, setelah itu dimandikan dan dibungkus dengan kain kafan dan diberikan aksara suci.  

Jumlah tikus yang diaben sekitar 250an ekor. Sesuai tujuan upakara ini, bahkan mereka mendapat tikus merah jantan dan putih berjenis kelamin betina.

Ketua Majelis Madya Subak Kabupaten Badung Made Suka menerangkan, ngaben bikul yang dilaksanakan di Sasih Kenem ini menurutnya sangat istimewa.

Selain digelar di tengah pandemi Covid-19, upacara ini juga baru pertama kalinya digelar di Badung untuk subak yeh dan subak abian.

Karena terakhir sempat dilaksanakan di tahun 2009, namun hanya dilakukan oleh subak yeh. “Ini baru pertama kali dilaksanakan

secara gabungan dengan subak yeh dan subak abian,” terangnya saat ditemui disela-sela prosesi pengabenan bikul, kemarin.

Kegiatan yang bertujuan mengusir hama dan penolak bala. Namun, karena situasi Covid-19 subak diminta untuk membagi diri yang diwakili oleh masing-masing pasedahan.

Satu subak, hanya diwakilkan oleh dua orang. “Kegiatan ini kami laksanakan berdasarkan paruman subak. Sebab, 107 hektar dari total luas lahan pertanian di Badung sekitar 9.593 hektar diserang hama,” jelasnya.

Secara umum tikus yang digunakan simbolik ngaben bikul ini katanya, harus ada lanang wadon (laki-perempuan).

Pada Ngaben bikul ini juga diharuskan menggunakan simbolik tikus berwarna putih, merah dan hitam.

Maknanya yakni menurut sastra Bali, tikus diibaratkan sebagai wong tanpa wangsa, sehingga dikembalikan ke alam melalui laut. Putih dan merah tersebut melambangkan rwa bhineda.

“Jumlah tikus yang diaben hari ini sekitar 250an ekor. Sesuai tujuan upakara ini, kami kebetulan kami mendapat tikus merah jantan dan putih berjenis kelamin betina,” bebernya.

Jumlah subak yang mengikuti upacara tersebut yakni, subak yeh 124 subak dan subak abian 99 subak.

Kegiatan tersebut dibiayai sepenuhnya dari APBD Badung 2020 dengan anggaran sekitar Rp 250 juta lebih  berharap agar upacara semacam ini rutin bisa dilaksanakan. 

Ketua Panitia Upacara Ngaben Bikul IB Gede Arjana mengatakan, upacara ngaben bikul dilaksanakan karena adanya wabah bikul di wilayah Kabupaten Badung.

“Hari ini kita melaksanakan upacara ngaben (nyomia tikus) agar alam ini utamanya di wewidangan subak bisa harmonis.

Diharapkan dengan adanya upacara ini, Badung kembali harmonis, rahayu rahajeng antara pelemahan dan pawongannya,” terangnya.

Begitu juga  IB Gede Munika selaku Ketua Seksi Upakara menambahkan, upacara ngaben bikul yang dilaksanakan Pemkab Badung

mengambil tingkatan upacara pengabenan sarwa preteka (bebangkit 5) dan dipuput oleh Ida Pedande Gede Kekeran Pemaron dari Griya Agung Mandara Munggu.

“Terkait upacara ngaben bikul ini, Pemkab Badung bersama instansi terkait, Majelis Madya Subak dan para pekaseh/kelian Subak Abian se-Badung

telah melakukan persiapan sarana dan prasarana upacara ngaben yang sama dengan yang digunakan pada umumnya” jelasnya.

Sementara itu, Majelis Madya Subak Kabupaten Badung Made Suka mengatakan, persiapan upacara pengabenan sudah dilakukan dari Rabu (11/11) lalu dengan melakukan upacara matur piuning di pura subak yang ada di Badung.

Setelah itu dilakukan kegiatan meboros atau ngeropyok. Jadi bikul yang mati dikumpulkan di masing-masing kelian subak untuk dibawa ke lokasi upacara ngaben ini.

“Ada sekitar 300 bangkai tikus dikumpulkan untuk diaben dengan memakai tingkatan pengabenan sarwa preteka,” jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Badung I Wayan Adi Arnawa saat menghadiri puncak Upacara Ngaben Bikul mengatakan, upacara ngaben bikul ini sebagai wujud keberpihakan Pemkab Badung pada sektor pertanian.

Terlebih saat ini Kabupaten Badung menjadi daerah yang paling terdampak akibat adanya pandemi Covid-19, mengingat selama ini sektor pariwisata sangat diandalkan di Badung.

“Melalui upacara ini, pemerintah daerah berupaya mewujudkan ketahanan pangan yang ada diwilayah Kabupaten Badung,” pungkasnya. (*)

 

 

 

Pemerintah Kabupaten Badung yang melibatkan Majelis Madya Subak Kabupaten Badung melakukan ritual ngaben bikul (tikus), Kamis (19/11) lalu. 

Ritual ngaben ini layaknya seperti melakukan ritual ngaben manusia dengan menggunakan sarana- prasarana pengabenan seperti bade dan lain sebagainya. Kali itu ada sebanyak 250an ekor tikus diaben.

 

 

MADE DWIJA PUTRA, Mangupura

RITUAL ngaben bikul dimulai pukul 09.00.  Para perwakilan krama subak se-Badung turut menghadiri ritual tersebut.

Tingkatan upacara pengabenan sarwa preteka (bebangkit 5) dan dipuput oleh Ida Pedande Gede Kekeran Pemaron dari Griya Agung Mandhara Munggu.

Prosesi diawali dengan matur piuning atau memohon izin, mebumi sudha, ngaskara, pengabenan, nganyut dan sembahyang bersama.  

Pelaksaan upacara ngaben tikus dilaksanakan dengan menerapkan prokes yang ketat, kehadiran peserta dibatasi yang merupakan perwakilan sedahan subak masing-masing kecamatan.

Tirta penyapuh merana yang dibagikan di lokasi upacara akan didistribusikan oleh sedahan subak di setiap kecamatan kepada para kelian subak, sehingga petani cukup nunas tirta di Pura Bedugul Subak masing-masing.

Namun, sebelum itu juga telah dilangsungkan ngeropyok atau memburu tikus  yang nantinya tikus tersebut untuk diaben.

Sehari sebelum puncak upacara ngaben, yaitu pada hari Rabu (18/11) lalu dilaksanakan upacara ngeringkes bangkai bikul.

Upacara ngeringkes bermakna menyucikan tikus. Pada proses tersebut, tikus dipilih sesuai jenis kelaminnya, setelah itu dimandikan dan dibungkus dengan kain kafan dan diberikan aksara suci.  

Jumlah tikus yang diaben sekitar 250an ekor. Sesuai tujuan upakara ini, bahkan mereka mendapat tikus merah jantan dan putih berjenis kelamin betina.

Ketua Majelis Madya Subak Kabupaten Badung Made Suka menerangkan, ngaben bikul yang dilaksanakan di Sasih Kenem ini menurutnya sangat istimewa.

Selain digelar di tengah pandemi Covid-19, upacara ini juga baru pertama kalinya digelar di Badung untuk subak yeh dan subak abian.

Karena terakhir sempat dilaksanakan di tahun 2009, namun hanya dilakukan oleh subak yeh. “Ini baru pertama kali dilaksanakan

secara gabungan dengan subak yeh dan subak abian,” terangnya saat ditemui disela-sela prosesi pengabenan bikul, kemarin.

Kegiatan yang bertujuan mengusir hama dan penolak bala. Namun, karena situasi Covid-19 subak diminta untuk membagi diri yang diwakili oleh masing-masing pasedahan.

Satu subak, hanya diwakilkan oleh dua orang. “Kegiatan ini kami laksanakan berdasarkan paruman subak. Sebab, 107 hektar dari total luas lahan pertanian di Badung sekitar 9.593 hektar diserang hama,” jelasnya.

Secara umum tikus yang digunakan simbolik ngaben bikul ini katanya, harus ada lanang wadon (laki-perempuan).

Pada Ngaben bikul ini juga diharuskan menggunakan simbolik tikus berwarna putih, merah dan hitam.

Maknanya yakni menurut sastra Bali, tikus diibaratkan sebagai wong tanpa wangsa, sehingga dikembalikan ke alam melalui laut. Putih dan merah tersebut melambangkan rwa bhineda.

“Jumlah tikus yang diaben hari ini sekitar 250an ekor. Sesuai tujuan upakara ini, kami kebetulan kami mendapat tikus merah jantan dan putih berjenis kelamin betina,” bebernya.

Jumlah subak yang mengikuti upacara tersebut yakni, subak yeh 124 subak dan subak abian 99 subak.

Kegiatan tersebut dibiayai sepenuhnya dari APBD Badung 2020 dengan anggaran sekitar Rp 250 juta lebih  berharap agar upacara semacam ini rutin bisa dilaksanakan. 

Ketua Panitia Upacara Ngaben Bikul IB Gede Arjana mengatakan, upacara ngaben bikul dilaksanakan karena adanya wabah bikul di wilayah Kabupaten Badung.

“Hari ini kita melaksanakan upacara ngaben (nyomia tikus) agar alam ini utamanya di wewidangan subak bisa harmonis.

Diharapkan dengan adanya upacara ini, Badung kembali harmonis, rahayu rahajeng antara pelemahan dan pawongannya,” terangnya.

Begitu juga  IB Gede Munika selaku Ketua Seksi Upakara menambahkan, upacara ngaben bikul yang dilaksanakan Pemkab Badung

mengambil tingkatan upacara pengabenan sarwa preteka (bebangkit 5) dan dipuput oleh Ida Pedande Gede Kekeran Pemaron dari Griya Agung Mandara Munggu.

“Terkait upacara ngaben bikul ini, Pemkab Badung bersama instansi terkait, Majelis Madya Subak dan para pekaseh/kelian Subak Abian se-Badung

telah melakukan persiapan sarana dan prasarana upacara ngaben yang sama dengan yang digunakan pada umumnya” jelasnya.

Sementara itu, Majelis Madya Subak Kabupaten Badung Made Suka mengatakan, persiapan upacara pengabenan sudah dilakukan dari Rabu (11/11) lalu dengan melakukan upacara matur piuning di pura subak yang ada di Badung.

Setelah itu dilakukan kegiatan meboros atau ngeropyok. Jadi bikul yang mati dikumpulkan di masing-masing kelian subak untuk dibawa ke lokasi upacara ngaben ini.

“Ada sekitar 300 bangkai tikus dikumpulkan untuk diaben dengan memakai tingkatan pengabenan sarwa preteka,” jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Badung I Wayan Adi Arnawa saat menghadiri puncak Upacara Ngaben Bikul mengatakan, upacara ngaben bikul ini sebagai wujud keberpihakan Pemkab Badung pada sektor pertanian.

Terlebih saat ini Kabupaten Badung menjadi daerah yang paling terdampak akibat adanya pandemi Covid-19, mengingat selama ini sektor pariwisata sangat diandalkan di Badung.

“Melalui upacara ini, pemerintah daerah berupaya mewujudkan ketahanan pangan yang ada diwilayah Kabupaten Badung,” pungkasnya. (*)

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/