30.1 C
Jakarta
27 April 2024, 16:42 PM WIB

Blunder “Nas Bedag”, Subanda: Tim Sukses Koster Harus Perbaiki Citra

DENPASAR – Pengamat politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar Dr. I Nyoman Subanda

mengkritisi polemik Nas Bedag yang dilontarkan cagub Wayan Koster yang kini viral di media sosial serangkaian hajatan Pilgub Bali 2018.

Subanda mengatakan, setiap orang memiliki kecenderungan abai atau lengah. Dalam kondisi tersebut seseorang akan mengeluarkan niatan sesungguhnya dari hati yang paling dalam.

“Tak terkecuali juga untuk politisi kawakan seperti Pak Koster ini. Nah, sebenarnya begini. Artinya itu statement muncul begitu saja.

Artinya itulah yang sesungguhnya yang ada di benak atau mindset Pak Koster yang paling dalam,” ujar Subanda saat dihubungi, Senin (23/4) siang.

Apa yang dipaparkan Koster dalam video berdurasi 50 detik tersebut dinilai dikuliti oleh muatan politis dan kata-kata yang bersifat klise.

“Itu sebenarnya konteks pencitraan. Konteks strategi politik sehingga tidak ketemu titik-titik lemahnya (Koster, red) kan gitu,” tandasnya.

Subanda mengatakan materi video yang digunjingkan bisa dilihat dari beberapa perspektif atau sudut pandang.

Pertama, Koster mengatakan apa yang sesungguhnya yang dia rasakan; apa yang ingin dia lakukan dalam kaitan dengan reklamasi dan menyebut subjek (Gendo, red).

Kedua, ada indikasi ketidaksengajaan atau terpleset. “Bagi seorang figur yang sedang berkompetisi, maka itu akan menjadi konsumsi yang luar biasa bagi pers, lawan politik, dan orang yang sedang mengkritisi,” tandasnya. 

Subanda menilai secara substansi peristiwa tersebut tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap program kerja, termasuk visi dan misi Koster-Ace.

“Tapi di luar sana itu berpengaruh. Orang akan menilai karakter (Koster, red) yang sesungguhnya. Itu soal komunikasi politik. Itu soal persepsi Pak Koster terhadap objek.

Dalam hal ini reklamasi. Bagi masyarakat jadi kita sudah tahu sikap Pak Koster terhadap Gendo dan kawan-kawan.

Masyarakat juga akan lebih tahu bagaimana sikap Pak Koster terhadap reklamasi. Kita tak perlu lagi menganalisa. Tak perlu lagi mereka-reka,” tegasnya.

Subanda menyebut penilaian tersebut muncul lantaran pernyataan Koster keluar secara spontan. Apa yang keluar secara spontan dipandangnya sebagai kebenaran yang sesungguhnya. 

Karena Koster sudah menyatakan sikap, Subanda memandang masyarakat jadi lebih mudah bersikap.

“Tapi objeknya sendiri, reklamasi Teluk Benoa sebetulnya kan kita tidak tahu yang benar yang mana. Yang pro atau yang kontra.

Masyarakatnya kan sama kondisinya. Ada yang bilang pro yang akan menjadi pilihan masyarakat dan sebaliknya,” paparnya.

Disisir dari segi politik, Subanda mengatakan komunikasi merupakan hal yang fundamental. Termasuk pencitraan di atas panggung.

“Statement itu akhirnya menjadi kontraproduktif. Justru menjadi amunisi bagi lawan politik,” tegasnya.

Subanda juga berpandangan tim sukses paslon nomor urut 1 harus membuat strategi baru terkait komunikasi politik untuk me-recovery bila peristiwa tersebut dianggap merugikan citra Koster. 

DENPASAR – Pengamat politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar Dr. I Nyoman Subanda

mengkritisi polemik Nas Bedag yang dilontarkan cagub Wayan Koster yang kini viral di media sosial serangkaian hajatan Pilgub Bali 2018.

Subanda mengatakan, setiap orang memiliki kecenderungan abai atau lengah. Dalam kondisi tersebut seseorang akan mengeluarkan niatan sesungguhnya dari hati yang paling dalam.

“Tak terkecuali juga untuk politisi kawakan seperti Pak Koster ini. Nah, sebenarnya begini. Artinya itu statement muncul begitu saja.

Artinya itulah yang sesungguhnya yang ada di benak atau mindset Pak Koster yang paling dalam,” ujar Subanda saat dihubungi, Senin (23/4) siang.

Apa yang dipaparkan Koster dalam video berdurasi 50 detik tersebut dinilai dikuliti oleh muatan politis dan kata-kata yang bersifat klise.

“Itu sebenarnya konteks pencitraan. Konteks strategi politik sehingga tidak ketemu titik-titik lemahnya (Koster, red) kan gitu,” tandasnya.

Subanda mengatakan materi video yang digunjingkan bisa dilihat dari beberapa perspektif atau sudut pandang.

Pertama, Koster mengatakan apa yang sesungguhnya yang dia rasakan; apa yang ingin dia lakukan dalam kaitan dengan reklamasi dan menyebut subjek (Gendo, red).

Kedua, ada indikasi ketidaksengajaan atau terpleset. “Bagi seorang figur yang sedang berkompetisi, maka itu akan menjadi konsumsi yang luar biasa bagi pers, lawan politik, dan orang yang sedang mengkritisi,” tandasnya. 

Subanda menilai secara substansi peristiwa tersebut tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap program kerja, termasuk visi dan misi Koster-Ace.

“Tapi di luar sana itu berpengaruh. Orang akan menilai karakter (Koster, red) yang sesungguhnya. Itu soal komunikasi politik. Itu soal persepsi Pak Koster terhadap objek.

Dalam hal ini reklamasi. Bagi masyarakat jadi kita sudah tahu sikap Pak Koster terhadap Gendo dan kawan-kawan.

Masyarakat juga akan lebih tahu bagaimana sikap Pak Koster terhadap reklamasi. Kita tak perlu lagi menganalisa. Tak perlu lagi mereka-reka,” tegasnya.

Subanda menyebut penilaian tersebut muncul lantaran pernyataan Koster keluar secara spontan. Apa yang keluar secara spontan dipandangnya sebagai kebenaran yang sesungguhnya. 

Karena Koster sudah menyatakan sikap, Subanda memandang masyarakat jadi lebih mudah bersikap.

“Tapi objeknya sendiri, reklamasi Teluk Benoa sebetulnya kan kita tidak tahu yang benar yang mana. Yang pro atau yang kontra.

Masyarakatnya kan sama kondisinya. Ada yang bilang pro yang akan menjadi pilihan masyarakat dan sebaliknya,” paparnya.

Disisir dari segi politik, Subanda mengatakan komunikasi merupakan hal yang fundamental. Termasuk pencitraan di atas panggung.

“Statement itu akhirnya menjadi kontraproduktif. Justru menjadi amunisi bagi lawan politik,” tegasnya.

Subanda juga berpandangan tim sukses paslon nomor urut 1 harus membuat strategi baru terkait komunikasi politik untuk me-recovery bila peristiwa tersebut dianggap merugikan citra Koster. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/