26.9 C
Jakarta
27 April 2024, 0:27 AM WIB

Caleg Demokrat Berguguran, Dukungan ke Prabowo Jadi Pemicu Keok

DENPASAR – Pemilu 2019 jadi pukulan telak bagi Partai Demokrat bentukan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY.

Pasalnya, calon legislatif dari Partai Demokrat banyak yang gagal melenggang ke parlemen. Bahkan, para petahana yang namanya dikenal luas ikut rontok, berguguran, tidak mendapat kursi.

Penelusuran Jawa Pos Radar Bali, yang santer terdengar Partai Demokrat baru meloloskan satu nama ke DPRD Bali, yakni Tjokorda Asmara Putra Sukawati alias Cok Anom dari dapil Gianyar.

Sementara para incumbent  dari Partai Demokrat yang duduk sekarang di DPRD Bali sebagian besar tidak lolos. 

 “Demokrat banyak yang tidak lolos. Pak I Gusti Bagus Alit Putra, Wakil Ketua DPRD juga gagal masuk parlemen,” ungkap sumber Jawa Pos Radar Bali.

Nasib yang dialami Partai Demokrat karena banyak faktor. Salah satunya  isu agama, atau khilafah dan juga dukungan kepada paslon Prabowo –Sandi.

Hal ini diungkapkan Ketua DPD Partai  Demokrat Bali,  Made Mudarta. Dia membenarkan bahwa banyak kadernya berguguran dalam pertarungan demokrasi merebut kursi baik, DPR RI, DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten.

 “Selain banyak faktor, efek pemilihan presiden yang bersamaan ya, isu khilafah. Kebetulan Partai Demokrat mendukung Prabowo- Sandi.

Itu penggilas paling ganas, karena logis partai ada di surat suara presiden. Ketiga, faktor bansos. Ya, bansos, pasar-pasar Demokrat, kami kan nggak boleh kampanye money politics harus jujur,” ucapnya.

Mudarta menyebutkan, dengan sistem pemilu saat ini memang menguntungkan partai-partai besar, yaitu PDIP. Seperti adanya bantuan hibah atau bansos.

Terlebih juga santer isu agama, yang menyebabkan suara Demokrat banyak jebol.  

“Banyak incumbent yang berguguran. Kami sebut mereka pahlawan demokrasi. Walaupun mereka gugur tetap kami berdiri anti money politics,  anti hoaks, kami ikut deklarasi itu ternyata suara kami juga bersih,” sentilnya.  

Saat ditanya jumlah kursi, Mudarta enggan menjawab. Dia, hanya meminta Jawa Pos Radar Bali menunggu hasil rekapitulasi KPU.

Dia meminta jangan sampai ada penggelembungan suara atau pergeseran suara. “Belum tahu, harus bersabar, tunggu rekap kecamatan seluruh Bali.

Jangan sampai saling klaim. Masing –masing klaim kan repot. Mari ikut. Belum bisa tentukan kursi kalau selesai rekap kecamatan, pasti tahu,” pungkasnya. 

DENPASAR – Pemilu 2019 jadi pukulan telak bagi Partai Demokrat bentukan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY.

Pasalnya, calon legislatif dari Partai Demokrat banyak yang gagal melenggang ke parlemen. Bahkan, para petahana yang namanya dikenal luas ikut rontok, berguguran, tidak mendapat kursi.

Penelusuran Jawa Pos Radar Bali, yang santer terdengar Partai Demokrat baru meloloskan satu nama ke DPRD Bali, yakni Tjokorda Asmara Putra Sukawati alias Cok Anom dari dapil Gianyar.

Sementara para incumbent  dari Partai Demokrat yang duduk sekarang di DPRD Bali sebagian besar tidak lolos. 

 “Demokrat banyak yang tidak lolos. Pak I Gusti Bagus Alit Putra, Wakil Ketua DPRD juga gagal masuk parlemen,” ungkap sumber Jawa Pos Radar Bali.

Nasib yang dialami Partai Demokrat karena banyak faktor. Salah satunya  isu agama, atau khilafah dan juga dukungan kepada paslon Prabowo –Sandi.

Hal ini diungkapkan Ketua DPD Partai  Demokrat Bali,  Made Mudarta. Dia membenarkan bahwa banyak kadernya berguguran dalam pertarungan demokrasi merebut kursi baik, DPR RI, DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten.

 “Selain banyak faktor, efek pemilihan presiden yang bersamaan ya, isu khilafah. Kebetulan Partai Demokrat mendukung Prabowo- Sandi.

Itu penggilas paling ganas, karena logis partai ada di surat suara presiden. Ketiga, faktor bansos. Ya, bansos, pasar-pasar Demokrat, kami kan nggak boleh kampanye money politics harus jujur,” ucapnya.

Mudarta menyebutkan, dengan sistem pemilu saat ini memang menguntungkan partai-partai besar, yaitu PDIP. Seperti adanya bantuan hibah atau bansos.

Terlebih juga santer isu agama, yang menyebabkan suara Demokrat banyak jebol.  

“Banyak incumbent yang berguguran. Kami sebut mereka pahlawan demokrasi. Walaupun mereka gugur tetap kami berdiri anti money politics,  anti hoaks, kami ikut deklarasi itu ternyata suara kami juga bersih,” sentilnya.  

Saat ditanya jumlah kursi, Mudarta enggan menjawab. Dia, hanya meminta Jawa Pos Radar Bali menunggu hasil rekapitulasi KPU.

Dia meminta jangan sampai ada penggelembungan suara atau pergeseran suara. “Belum tahu, harus bersabar, tunggu rekap kecamatan seluruh Bali.

Jangan sampai saling klaim. Masing –masing klaim kan repot. Mari ikut. Belum bisa tentukan kursi kalau selesai rekap kecamatan, pasti tahu,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/