31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 10:17 AM WIB

Pemilu Bikin Dua Kubu Terbelah, Kartun Solusi Cairkan Dunia Politik

DENPASAR – Indonesia baru saja melewati pesta demokrasi dengan menghelat Pemilu Serentak 2019. Untuk mencairkan suasana, kartun dapat menjadi jawaban itu.

Puluhan generasi muda tampak berkumpul untuk mengikuti sebuah acata bertajuk Ngobrol Pintar (Ngopi): Kartun dan Kritik Terhadap Fenomena Sosial.

Acara yang digelar oleh HMJ Ilmu Pemerintahan Fisip Warmadewa di Denpasar, Jumat sore (25/4) itu menghadirkan dua narasumber, yakni kartunis Kadek Jango Pramartha dan Pengamat Politik I Nyoman Wiratmaja.

“Awalnya saya berpikir generasi millennial itu tidak suka berbicara politik secara berlebihan. Atau sudah jenuh,” kata Jango yang juga founder Bog-Bog Bali Cartoon Magazine ini.

“Tapi dengan acara seperti ini, saya malah tergelitik untuk menyamakan persepsi, apakah kartun lebih relevan di terima anak muda sekarang ini,” imbuhnya.

Sebab, Jango menyebut anak muda sekarang ini lebih suka gadget. “Iya, gadget sepertinya lebih asyik dan membuat tidak berpikir. Tapi ternyata banyak respon menarik di acara ini,” ungkapnya.

Sementara itu, I Nyoman Wiratmaja mengungkapkan kartun dan politik merupakan hal yang luar biasa kaitannya. Bahkan banyak pembahasan politik itu dikartunkan.

“Lebih segarlah orang bisa menerima. Jadi kesan politik yang panas dan horor begitu, menjadi lebih sejuk,” ujarnya.

“Bisa ketawa juga orang melihat fenomena politik kalau memang sudah dikartunkan. Dan inilah daya tariknya,” ujarnya.

Dalam diskusi juga terungkap bahwa kartunis ini dapat dimanfaatkan orang. Makanya, pencerdasan politik untuk masyarakat lewat kartun ini memang perlu untuk disenergikan untuk kepentingan bersama.

Banyak politisi yang meminta untuk jangan dikartunkan. Artinya, ada kepentingan untuk memperoleh kekuasaan disana.

“Makanya saya berharap masih ada orang-orang yang memiliki idealisme, hubungan antara kartun dan politik apalagi bersinergi dengan civitas akademika, untuk mengatakan kehidupan politik ini bukan untuk memecah belah,” terangnya.

Tapi, lanjutnya, sebagai pemersatu. “Belakangan ini kita merasa terpecah belah. Tapi kalau ini dibiarkan, akan menjadi persoalan kedepannya.

Seperti untuk menerima kekalahan.  Maka melalui kartun ini dapat merajut untuk memberi pencerdasan,” paparnya.

Sementara itu Made Bangbang Hadi Yudanta selaku Ketua HMJ Ilmu Pemerintahan menyampaikan kartun dapat menjadi media yang dapat memberikan pesan dengan cepat kepada masyarakat. 

“Mahasiswa minat baca kurang. Untuk itu kami lakukan dengan cara visual agar mudah diterima. Yakni diskusi soal kartun yang sifatnya jenaka,” tuturnya. 

DENPASAR – Indonesia baru saja melewati pesta demokrasi dengan menghelat Pemilu Serentak 2019. Untuk mencairkan suasana, kartun dapat menjadi jawaban itu.

Puluhan generasi muda tampak berkumpul untuk mengikuti sebuah acata bertajuk Ngobrol Pintar (Ngopi): Kartun dan Kritik Terhadap Fenomena Sosial.

Acara yang digelar oleh HMJ Ilmu Pemerintahan Fisip Warmadewa di Denpasar, Jumat sore (25/4) itu menghadirkan dua narasumber, yakni kartunis Kadek Jango Pramartha dan Pengamat Politik I Nyoman Wiratmaja.

“Awalnya saya berpikir generasi millennial itu tidak suka berbicara politik secara berlebihan. Atau sudah jenuh,” kata Jango yang juga founder Bog-Bog Bali Cartoon Magazine ini.

“Tapi dengan acara seperti ini, saya malah tergelitik untuk menyamakan persepsi, apakah kartun lebih relevan di terima anak muda sekarang ini,” imbuhnya.

Sebab, Jango menyebut anak muda sekarang ini lebih suka gadget. “Iya, gadget sepertinya lebih asyik dan membuat tidak berpikir. Tapi ternyata banyak respon menarik di acara ini,” ungkapnya.

Sementara itu, I Nyoman Wiratmaja mengungkapkan kartun dan politik merupakan hal yang luar biasa kaitannya. Bahkan banyak pembahasan politik itu dikartunkan.

“Lebih segarlah orang bisa menerima. Jadi kesan politik yang panas dan horor begitu, menjadi lebih sejuk,” ujarnya.

“Bisa ketawa juga orang melihat fenomena politik kalau memang sudah dikartunkan. Dan inilah daya tariknya,” ujarnya.

Dalam diskusi juga terungkap bahwa kartunis ini dapat dimanfaatkan orang. Makanya, pencerdasan politik untuk masyarakat lewat kartun ini memang perlu untuk disenergikan untuk kepentingan bersama.

Banyak politisi yang meminta untuk jangan dikartunkan. Artinya, ada kepentingan untuk memperoleh kekuasaan disana.

“Makanya saya berharap masih ada orang-orang yang memiliki idealisme, hubungan antara kartun dan politik apalagi bersinergi dengan civitas akademika, untuk mengatakan kehidupan politik ini bukan untuk memecah belah,” terangnya.

Tapi, lanjutnya, sebagai pemersatu. “Belakangan ini kita merasa terpecah belah. Tapi kalau ini dibiarkan, akan menjadi persoalan kedepannya.

Seperti untuk menerima kekalahan.  Maka melalui kartun ini dapat merajut untuk memberi pencerdasan,” paparnya.

Sementara itu Made Bangbang Hadi Yudanta selaku Ketua HMJ Ilmu Pemerintahan menyampaikan kartun dapat menjadi media yang dapat memberikan pesan dengan cepat kepada masyarakat. 

“Mahasiswa minat baca kurang. Untuk itu kami lakukan dengan cara visual agar mudah diterima. Yakni diskusi soal kartun yang sifatnya jenaka,” tuturnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/