DENPASAR – Wacana penerapan pariwisata halal di Bali seperti yang ditawarkan calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno saat kampanye di Bali beberapa waktu lalu memantik reaksi DPRD Bali.
Menurut anggota Komisi II DPRD Bali AA Adhi Ardana, pariwisata halal sebenarnya sudah banyak di Bali. Bahkan, sudah berjalan.
Tawaran Cawapres Sandiaga Uno, menurutnya, justru kontra produktif dengan fakta sebenarnya di Bali.
“Ada hotel di Bali yang memenangkan brand sebagai hotel halal dan seterusnya. Sasaran mereka adalah wisatawan Muslim, utamanya dari Timur Tengah (alternatif market),” ungkap Adhi Ardana, Kamis (28/2) siang.
Karena itu, dalam tataran prinsip dan formal, langkah mengajukan pariwisata halal bakal mempertentangkan layanan pariwisata international
pada umumnya serta khususnya pariwisata budaya Bali dengan aturan aturan keagamaan (halal) yang membatasi.
“Potensi pasar pariwisata halal tentu ada, tapi itu (pariwisata halal) adalah bagian dari potensi pasar global yang mungkin dapat dikembangkan terbatas untuk melayani segmen
tertentu dan bukan pengembangan secara mainstream yang justru nanti akan menutup potensi pasar besar pariwisata,” katanya beralibi.
Sebagai alternatif dan segmented, kata dia, bisa saja pariwisata halal dikembangkan. Karena wisata halal adalah bagian dari upaya menyediakan service/pelayanan atas apa yang menjadi demand market.
“Namun, bukan jadi market utama mengingat adat budaya Bali memang dijiwai agama Hindu,” pungkasnya.