RAMADHAN merupakan bulan suci bagi umat Islam. Pada bulan tersebut umat islam diwajibkan untuk melakukan ibadah puasa satu bulan penuh.
Puasa berarti menahan diri untuk tidak makan dan minum serta hal lain yang dapat membatalkannya dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari (Najib Sudarmawan, 2006:4).
Pada saat melakukan puasa dapat memberi kesempatan kepada sistem pencernaan untuk beristirahat setelah bekerja keras sepanjang tahun.
Selain itu berpuasa dapat memberi kesempatan untuk menyembuhkan infeksi dan luka pada lambung dan usus sehingga dapat menutup rapat.
Selain dari segi makanan yang dikonsumsi dari segi gerak atau olahraga juga mempunyai manfaat jika dilakukan saat bulan Ramadhan tapi harus memiliki strategi yang baik dalam melakukannya.
Selama berpuasa bukan berarti aktivitas hanya diisi dengan tidur dan bermalas-malasan tetapi harus diimbangi dengan berolahraga agar badan tetap bugar.
Olahraga merupakan kebutuhan pokok manusia. Oleh sebab itu olahraga yang dilakuan dengan baik dapat meningkatkan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun psikis (Mastorakos dkk., 2005).
Penentuan intensitas olahraga saat puasa sangat penting karena intensitas merupakan kualitas yang menunjukan berat – ringannya latihan (Djoko P.I, 2000:14).
Sehingga olahraga saat puasa harus dilakukan dengan 40 % hingga 50% dari latihan yang biasa dilakukan.
Olahraga yang dilakukan saat puasa tidak dianjurkan jika terlalu berat, karena dapat mengalami kekurangan
cairan (dehidrasi), cukup olahraga ringan seperti senam ringan, jalan, dan jogging selama 20 sampai 30 menit.
Selain itu olahraga kardio seperti bersepeda, spinning atau jalan menggunakan treadmil juga bisa menjadi pilihan ketika dilakukan saat perut kosong.
Latihan kardio yang dilakukan saat perut kosong dapat membakar lemak untuk digunakan sebagai energi.
Waktu yang diajurkan untuk melakukan olahraga saat berpuasa adalah ketika menjelang berbuka puasa, pada waktu tersebut rasa haus dan lemas yang
disebabkan kurangnya cairan dan kadar gula dalam darah hanya berlangsung sesaat saja, karena pada saat berbuka dapat diatasi dengan makan dan minum yang manis-manis.
Berbeda jika olahraga yang dilakukan pagi atau siang hari, jika terjadi haus atau lemas akan mengakibatkan masalah karena waktu berbuka masih lama.
Oleh karena itu waktu paling tepat untuk melakukan olahraga adalah setengah jam hingga satu jam sebelum berbuka puasa
sehingga cairan atau keringat yang dikeluarkan tubuh saat berolahraga dapat segera tergantikan.
Umat muslim yang berpuasa terjadi perubahan pola makan dan perubahan aktivitas, perubahan tersebut seperti perubahan jam makan, pembatasan waktu makan dan perubahan pada pola tidur.
Hal itu akan mengubah keseharian seseorang sehingga dapat mengakibatkan efeknegatif terhadap performa fisik seseorang.
Ketika berpuasa tubuh perlahan berubah dan menyesuaikan diri, tubuh akan memproduksi energi sendiri dengan
membakar nutrisi yang tersimpan di dalam tubuh, seperti cadangan lemak, karbohidrat, dan gula untuk memperoduksi energi.
Organ-organ yang lain dalam tubuh juga menyesuaikan kinerja dengan keadaan orang yang berpuasa.
Ketidakseimbangan pola makan dan aktifitas fisik memiliki dampak negatif seperti terganggunya sistem metabolisme tubuh,
ketika metabolisme tubuh berjalan lambat dan tidak seperti biasanya maka akan terjadi penambahan berat badan.
Maka tidak heran saat bulan Ramadan selesai banyak umat muslim yang berat badannya bertambah, yang berdampak negatif terhadap kesehatan.
Banyak penyakit yang akan menghampiri ketika terjadi kegemukan atau obesitas, selain itu tingkat kebugaran jasmani juga akan menurun ketika selama bulan Ramadhan tidak melakukan olahraga.
Olahraga harus dibarengi dengan pola makan yang baik, namun pada saat puasa pola makan berubah sehingga perlu mengatur strategi agar gaya hidup tetap sehat.
Untuk mempertahankan massa otot, gunakan waktu berbuka untuk mengonsumsi karbohidrat dan protein dalam jumlah tinggi.
Hal tersebut bertujuan memberi makan otot dan sel-sel tubuh untuk menghindari penurunan otot akibat lapar yang berlebihan.
Pada menu sahur pastikan telah memenuhi kecukupan gizi, komposisi karbohidrat, lemak dan protein harus seimbang, yakni 15% protein, 20-25% lemak dan sisanya karbohidrat.
Kekurangan protein dapat mengakibatkan banyaknya protein tubuh yang dipecah saat olahraga, padahal protein sangat penting dalam proses metabolisme sel otak dan saraf. (*)
Dita Angelia Damayanti
Mahasiswa Universitas Negeri Malang