31.2 C
Jakarta
11 November 2024, 17:22 PM WIB

Pariwisata Bali Lesu Karena Corona, Suporter Harap Tiket Naik Ditunda

DENPASAR – Kenaikan tiket pertandingan yang mulai diberlakukan manajemen Bali United saat menghadapi Persita Tangerang di pekan pertama Liga 1 2020, sangat berdampak.

Berdasar data yang diperoleh usai pertandingan kemarin, hanya sekitar 6 ribu penonton saja yang menyaksikan pertandingan tersebut.

Jumlah penonton ini menjadi yang terkecil sejak Liga 1 2018. Musim lalu, jumlah penonton paling sedikit sekitar 9 ribu suporter.

Tapi hingga saat ini masih belum bisa dipastikan apakah minimnya suporter yang datang ke stadion ketika menghadapi Persita karena harga tiket yang naik ataukah karena faktor lain.

Seperti waktu pertandingan yang terlalu malam atau karena hujan. Manajemen Bali United hingga saat ini belum memberikan keterangan mengenai berapa jumlah tiket yang terjual saat menghadapi Persita Tangerang.

Melihat euforia suporter yang mulai berkurang, manajemen Bali United yang diwakili langsung oleh Pieter dan Yabes Tanuri, menggelar rapat bersama suporter di Natya Hotel, Senin petang.

Pertemuan tersebut tertutup dan hanya dihadiri oleh perwakilan suporter saja. Dari hasil rapat tersebut yang diperoleh dari salah satu pentolan Semeton Dewata Bulldog Ketut Subudi,

ada beberapa keputusan yang dilakukan Manajemen Bali United yang disampaikan kepada kelompok suporter.

Selain wacana tiket online yang mulai diberlakukan pada bulan Juni atau Juli mendatang, komunitas juga mendapatkan mendapatkan cashback H+7 sebesar Rp 2.500 per tiket untuk membantu pengembangan komunitas.

Disamping itu, tiket akan dibagikan ke komunitas pada H-7 pertandingan dan dibandrol Rp 5 ribu lebih murah dari tiket yang dijual umum.

Kategori bigmatch juga sudah dibeberkan Manajemen Bali United. Yang termasuk kategori bigmatch dengan harga tiket sebesar Rp 75 ribu adalah pertandingan melawan Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, Arema FC, dan Persib Bandung.

Hingga saat ini, tentu masih ada pro dan kontra. Dari unggahan North Side Boys 12 (NSB12) di aku media sosial miliknya, mereka tidak setuju jika komunitas mendapatkan subsidi dari Manajemen Bali United.

Dominan, NSB12 tidak menolak kenaikan harga tiket oleh Manajemen Bali United. “Pak Yabes dan pak Pieter sudah menyampaikan alasan mengapa harga tiket naik.

Memang semuanya berawal dari kapasitas stadion yang berkurang. Manajemen mengaku sudah berusaha untuk menutupinya.

Tapi, dengan harga tiket yang masih tetap seperti musim dianggap masih kurang untuk menutupi pemasukan klub,” terang Ketut Budi kemarin.

 “Mereka (Manajemen Bali United) sudah berusaha, tapi mereka bilang sponsor tidak lebih banyak dari musim lalu. Dari segi bisnis, hitung-hitungannya menurun,” tambahnya.

Yang diinginkan Ketut Budi dan suporter yang menolak kenaikan tiket adalah bagaimana caranya agar kenaikan tersebut ditunda lebih dulu.

Faktor utama ingin ditundanya kenaikan harga tiket karena dampak ekonomi yang anjlok terutama dari pariwisata Bali akibat penyebaran virus corona.

Sebagian suporter Serdadu Tridatu bekerja di sektor pariwisata seperti guide. Ketut Budi juga ikut merasakan dampak wabah virus corona yang begitu nyata karena dia berprofesi sebagai guide.

“Di Bali dan seluruh dunia, ada isu korona. Sektor pariwisata di Bali benar-benar anjlok dan ekonomi lesu. Efek corona ini lebih dari parah daripada efek bom Bali.

Sejak November pariwisata mulai melambat. Kami meminta Manajemen Bali United untuk menunda kenaikan harga tiket,” terangnya.

“Pak Pieter kemarin sudah berjanji akan melihat situasi dan kondisi ekonomi dalam beberapa waktu kedepan. Kalau memang masih terus seperti ini, dia berjanji akan menurunkan harga tiket.

Tapi, Pak Pieter mengatakan masih akan melihat kondisinya dulu seperti apa,” tutur suporter asal Gitgit, Buleleng tersebut. 

DENPASAR – Kenaikan tiket pertandingan yang mulai diberlakukan manajemen Bali United saat menghadapi Persita Tangerang di pekan pertama Liga 1 2020, sangat berdampak.

Berdasar data yang diperoleh usai pertandingan kemarin, hanya sekitar 6 ribu penonton saja yang menyaksikan pertandingan tersebut.

Jumlah penonton ini menjadi yang terkecil sejak Liga 1 2018. Musim lalu, jumlah penonton paling sedikit sekitar 9 ribu suporter.

Tapi hingga saat ini masih belum bisa dipastikan apakah minimnya suporter yang datang ke stadion ketika menghadapi Persita karena harga tiket yang naik ataukah karena faktor lain.

Seperti waktu pertandingan yang terlalu malam atau karena hujan. Manajemen Bali United hingga saat ini belum memberikan keterangan mengenai berapa jumlah tiket yang terjual saat menghadapi Persita Tangerang.

Melihat euforia suporter yang mulai berkurang, manajemen Bali United yang diwakili langsung oleh Pieter dan Yabes Tanuri, menggelar rapat bersama suporter di Natya Hotel, Senin petang.

Pertemuan tersebut tertutup dan hanya dihadiri oleh perwakilan suporter saja. Dari hasil rapat tersebut yang diperoleh dari salah satu pentolan Semeton Dewata Bulldog Ketut Subudi,

ada beberapa keputusan yang dilakukan Manajemen Bali United yang disampaikan kepada kelompok suporter.

Selain wacana tiket online yang mulai diberlakukan pada bulan Juni atau Juli mendatang, komunitas juga mendapatkan mendapatkan cashback H+7 sebesar Rp 2.500 per tiket untuk membantu pengembangan komunitas.

Disamping itu, tiket akan dibagikan ke komunitas pada H-7 pertandingan dan dibandrol Rp 5 ribu lebih murah dari tiket yang dijual umum.

Kategori bigmatch juga sudah dibeberkan Manajemen Bali United. Yang termasuk kategori bigmatch dengan harga tiket sebesar Rp 75 ribu adalah pertandingan melawan Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, Arema FC, dan Persib Bandung.

Hingga saat ini, tentu masih ada pro dan kontra. Dari unggahan North Side Boys 12 (NSB12) di aku media sosial miliknya, mereka tidak setuju jika komunitas mendapatkan subsidi dari Manajemen Bali United.

Dominan, NSB12 tidak menolak kenaikan harga tiket oleh Manajemen Bali United. “Pak Yabes dan pak Pieter sudah menyampaikan alasan mengapa harga tiket naik.

Memang semuanya berawal dari kapasitas stadion yang berkurang. Manajemen mengaku sudah berusaha untuk menutupinya.

Tapi, dengan harga tiket yang masih tetap seperti musim dianggap masih kurang untuk menutupi pemasukan klub,” terang Ketut Budi kemarin.

 “Mereka (Manajemen Bali United) sudah berusaha, tapi mereka bilang sponsor tidak lebih banyak dari musim lalu. Dari segi bisnis, hitung-hitungannya menurun,” tambahnya.

Yang diinginkan Ketut Budi dan suporter yang menolak kenaikan tiket adalah bagaimana caranya agar kenaikan tersebut ditunda lebih dulu.

Faktor utama ingin ditundanya kenaikan harga tiket karena dampak ekonomi yang anjlok terutama dari pariwisata Bali akibat penyebaran virus corona.

Sebagian suporter Serdadu Tridatu bekerja di sektor pariwisata seperti guide. Ketut Budi juga ikut merasakan dampak wabah virus corona yang begitu nyata karena dia berprofesi sebagai guide.

“Di Bali dan seluruh dunia, ada isu korona. Sektor pariwisata di Bali benar-benar anjlok dan ekonomi lesu. Efek corona ini lebih dari parah daripada efek bom Bali.

Sejak November pariwisata mulai melambat. Kami meminta Manajemen Bali United untuk menunda kenaikan harga tiket,” terangnya.

“Pak Pieter kemarin sudah berjanji akan melihat situasi dan kondisi ekonomi dalam beberapa waktu kedepan. Kalau memang masih terus seperti ini, dia berjanji akan menurunkan harga tiket.

Tapi, Pak Pieter mengatakan masih akan melihat kondisinya dulu seperti apa,” tutur suporter asal Gitgit, Buleleng tersebut. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/