DENPASAR – “Pedagang-pedagang kecil seperti dagang lawar, dagang sate babi, pedagang minuman, semua terdampak karena tidak ada kompetisi,” ucap Liaison Officer (LO) Bali United IGN Ardhika
saat mengawali perbincangan dengan Jawa Pos Radar Bali di sela-sela merawat rumput Lapangan Gelora Samudera, Kuta, kemarin.
Pria yang akrab disapa Gung Kang ini juga menjadi salah satu sosok yang ikut terdampak akibat dihentikannya Liga 1 2020 karena pandemic Covid-19.
Biasanya, hampir tidak ada waktu luang yang dimiliki pria asal Banjar Jabe Jero Kuta tersebut. Setiap pekan minimal dia bekerja empat hari.
Semuanya difokuskan untuk mendampingi tim lawan dari Bali United. Terakhir, dia mendampingi Madura United ketika bertamu ke Stadion Kapten I Wayan Dipta tanggal 15 Maret lalu.
Selain mendampingi tim, dia juga sering diminta untuk mendampingi petinggi-petinggi klub ketika ada kunjungan ke Pulau Dewata.
Dia juga sempat mendampingi Manajer dan Asisten Pelatih Timnas Uni Emirate Arab (UEA) beberapa waktu lalu. Rencannya Timnas UEA akan menghadapi Indonesia pada 31 Maret lalu di Stadion Kapten I Wayan Dipta.
Melihat situasi saat ini, ayah dua anak tersebut sedih. Namun, dia mengapresiasi langkah Manajemen Bali United yang lebih memilih untuk menunggu arahan dari pemerintah mengenai kelanjutan Liga 1 2020.
“Apa yang dilakukan Bali United menurut saya sudah tepat. Indonesia bisa mencontoh langkah dari Jerman yang akan menggelar lanjutan Bundesliga, tapi dengan aturan-aturan ketat dari pemerintah disana,” ucapnya.
“Saya pikir, even olahraga terutama sepak bola bisa menjadi penggerak ekonomi masyarakat. Semua sektor bisa terdampak seperti perhotelan sampai transportasi,” tambahnya.
Dia berharap pemerintah, PT LIB, dan PSSI bisa membuat keputusan dengan bijak. Sebab dia tahu banyak klub termasuk Bali United yang mulai merumahkan karyawan akibat imbas dari penghentian kompetisi.
Jika seandainya Liga 1 2020 dihentikan penuh, setidaknya PSSI dan PT LIB bisa menyelenggarakan turnamen pengganti.
“Semua dampak itu kan karena force majeure. Tapi jika perkembangan mulai membaik, PT LIB bisa berkoordinasi dengan PSSI dan pemerintah
untuk menentukan apa yang paling tepat untuk persepak bolaan Indonesia,” terang mantan Asisten Pelatih Tim Sepak Bola PON Bali tersebut.
Disamping itu, penyewaan lapangan juga mati suri. Contohnya saja Lapangan Gelora Samudera, Kuta. Gung Kang mengatakan jika setiap minggu sebelum pandemi terjadi, Lapangan Samudera tidak pernah sepi dari penyewa.
Sekarang, Lapangan Samudera tidak ada yang menyewa akibat imbas dari pandemi ini. “Minimal Bali United tiga sampai empat kali pakai lapangan ini.
Bukan hanya senior, tetapi Bali United Youth juga. Tapi sekarang tidak ada. Kita semua harus bangkit dan bisa memutus rantai persebaran Covid-19 ini,” tutupnya.