26.3 C
Jakarta
25 April 2024, 4:37 AM WIB

Urung Melasti Karena Corona, Desa Adat di Buleleng Lakukan Guru Piduka

SINGARAJA – Sejumlah desa adat di Buleleng, terpaksa mengurungkan pelaksanaan upacara melasti maupun pujawali, yang sedianya berlangsung Selasa kemarin.

Sebagai gantinya, pihak desa adat menggelar upacara guru piduka sebagai wujud permohonan maaf karena tak bisa melangsungkan upacara.

Seperti yang dilakukan di Desa Adat Buleleng. Semestinya, kemarin Desa Adat Buleleng menyelenggarakan upacara melasti.

Namun, prajuru desa adat bersama dengan krama tridatu, sepakat bahwa tahun ini mepamit atau tidak menyelenggarakan melasti. 

Sebagai gantinya, dilaksanakan upacara matur piuning dan guru piduka di Pura Kahyangan Tiga serta pura sanggah maupun dadia yang ada di wewidangan Desa Adat Buleleng.

Kemarin, upacara matur piuning dan guru piduka dilaksanakan pukul 07.30 tepat. Jro mangku di masing-masing pura langsung memimpin prosesi upacara, dengan disaksikan perwakilan prajuru dan krama tridatu yang telah ditunjuk.

Bendesa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, ini pertama kalinya Desa Adat Buleleng tidak melaksanakan upacara melasti.

Setidaknya dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Menurutnya keputusan mepamit itu diambil setelah pihaknya melakukan paruman dengan prajuru dan krama tridatu.

Selain itu, berdasarkan awig desa adat, dimungkinkan tidak melaksanakan upacara melasti. “Saat terjadi kaberebehan dimungkinkan untuk mepamit.

Hal itu diatur dalam awig. Kami sepakat mepamit tahun ini, dan melakukan upacara guru piduka,” kata Sutrisna saat ditemui di Pura Bale Agung Desa Adat Buleleng, Selasa pagi.

Selanjutnya tirta yang dimohonkan dari Pura Kahyangan Tiga, akan dicampur dengan beberapa tirita dari pura lain.

Di antaranya tirta dari Pura Sudamala, Pura Prajapati, dan Pura Sapu Jagat. Tirta dari Pura Sapu Jagat turut disertakan, karena ada pawisik yang diterima Selasa (31/3) pekan lalu.

Tirta tersebut kemudian dibagikan ke masing-masing kelian banjar adat. Selanjutnya kelian banjar adat mendistribusikan tirta ke masing-masing pemangku di sanggah dan dadia.

Setelah tuntas prosesi persembahyangan di pura, baru selanjutnya tirta itu dimohon oleh krama dan dipercikkan di pekarangan rumah.

Sementara itu, Bendesa Madya Majelis Desa Adat (MDA) Buleleng Dewa Putu Budarsa mengatakan, memang banyak desa adat yang tak menyelenggarakan upacara pada purnama kedasa ini.

“Kami sudah memberikan petunjuk, apabila tidak melaksanakan upacara. Kami juga menyarankan agar disertai dengan doa memohon agar kondisi kaberebehan ini segera berakhir,” kata Budarsa. 

SINGARAJA – Sejumlah desa adat di Buleleng, terpaksa mengurungkan pelaksanaan upacara melasti maupun pujawali, yang sedianya berlangsung Selasa kemarin.

Sebagai gantinya, pihak desa adat menggelar upacara guru piduka sebagai wujud permohonan maaf karena tak bisa melangsungkan upacara.

Seperti yang dilakukan di Desa Adat Buleleng. Semestinya, kemarin Desa Adat Buleleng menyelenggarakan upacara melasti.

Namun, prajuru desa adat bersama dengan krama tridatu, sepakat bahwa tahun ini mepamit atau tidak menyelenggarakan melasti. 

Sebagai gantinya, dilaksanakan upacara matur piuning dan guru piduka di Pura Kahyangan Tiga serta pura sanggah maupun dadia yang ada di wewidangan Desa Adat Buleleng.

Kemarin, upacara matur piuning dan guru piduka dilaksanakan pukul 07.30 tepat. Jro mangku di masing-masing pura langsung memimpin prosesi upacara, dengan disaksikan perwakilan prajuru dan krama tridatu yang telah ditunjuk.

Bendesa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan, ini pertama kalinya Desa Adat Buleleng tidak melaksanakan upacara melasti.

Setidaknya dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Menurutnya keputusan mepamit itu diambil setelah pihaknya melakukan paruman dengan prajuru dan krama tridatu.

Selain itu, berdasarkan awig desa adat, dimungkinkan tidak melaksanakan upacara melasti. “Saat terjadi kaberebehan dimungkinkan untuk mepamit.

Hal itu diatur dalam awig. Kami sepakat mepamit tahun ini, dan melakukan upacara guru piduka,” kata Sutrisna saat ditemui di Pura Bale Agung Desa Adat Buleleng, Selasa pagi.

Selanjutnya tirta yang dimohonkan dari Pura Kahyangan Tiga, akan dicampur dengan beberapa tirita dari pura lain.

Di antaranya tirta dari Pura Sudamala, Pura Prajapati, dan Pura Sapu Jagat. Tirta dari Pura Sapu Jagat turut disertakan, karena ada pawisik yang diterima Selasa (31/3) pekan lalu.

Tirta tersebut kemudian dibagikan ke masing-masing kelian banjar adat. Selanjutnya kelian banjar adat mendistribusikan tirta ke masing-masing pemangku di sanggah dan dadia.

Setelah tuntas prosesi persembahyangan di pura, baru selanjutnya tirta itu dimohon oleh krama dan dipercikkan di pekarangan rumah.

Sementara itu, Bendesa Madya Majelis Desa Adat (MDA) Buleleng Dewa Putu Budarsa mengatakan, memang banyak desa adat yang tak menyelenggarakan upacara pada purnama kedasa ini.

“Kami sudah memberikan petunjuk, apabila tidak melaksanakan upacara. Kami juga menyarankan agar disertai dengan doa memohon agar kondisi kaberebehan ini segera berakhir,” kata Budarsa. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/