32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:49 PM WIB

Unik, Antar Sopir Legendaris ke Nirwana Diiringi Genjek dan Minum Tuak

AMLAPURA – Ada yang unik saat tradisi Ngetelunin almarhum Made Putu atau lebih dikenal dengan Putu Kumis, 60.

Keluarga besar yang menjenguk ke kuburan almarhum setelah tiga hari meninggal dunia tampak khusyuk berdoa.

Usai tradisi utama di antaranya ngelebain (memberikan makan, red) teman-teman almarhum serta beberapa keluarganya, mereka langsung duduk melingkar di dekat pusara. 

Mereka tetap menjaga jarak dan menggunakan masker. Apalagi saat ini lagi pandemic Covid-19. Sekitar 10 orang warga kemudian bersulang dengan menggunakan tuak.

Setelah itu mereka mulai menyanyikan lagu genjek sambil minum tuak ala kadarnya. Disela-sela tradisi tersebut ada kerabatnya yang sampai meneteteskan air mata.

Kepergian almarhum tentunya meninggalkan kesan yang mendalam bagi keluarga besar dan rekan rekanya. Bapak empat anak tersebut meninggal dunia tiga hari yang lalu.

Awalnnya kondisi almarhum sehat-sehat saja. Diduga kacapaian, korban mendadak lemas dan meninggal dunia. 

Meninggal di musim Covid – 19 seperti ini sempat membuat warga bertanya-tanya. Pihak medis segera melakukan pengecekan dan memastikan almarhum meninggal bukan karena Covid-19.

Sehingga pemakaman almarhum tidak menggunakan protocol pasien Covid-19. Putu Kumis dikenal sebagai sopir truk legendaris.

Almarhum cukup lama menekuni pekerjaan ini dari masih muda sampai meninggal dunia. Dikalangan kawan kawannya, Putu Kumis dikenal ramah dan bersahaja.

Dia juga dikenal kerap menjamu teman temanya dengan minum tuak sambil megenjekan.  Karena itu untuk mengantar kepergianya ke alam baka, dia pun diantar dan diiringi dengan lagu lagu genjak oleh keluarga dan teman teman almarhum.

“Ya, lagu – lagu genjak yang kerap dinyanyikan almarhum dinyanyikan teman temanya tadi (kemarin red),” ujar sepupu almarhum I Komang Sutama, 48.

Pria asal Dusun Bambang Biuang, Duda, Selat, Karangasem ini pun dilepas dengan ikhlas oleh keluarga besarnya dan kerabat.

“Ya, beliau pergi meninggalkan kenangan bagi kami sekeluarga,” ujar Sutama. Tradisi Ngetelunin atau tiga hari dilakukan bagi warga Bali yang beragama Hindu.

Tradisi ini dilakukan di kuburan dekat pusara almarhum. Hanya saja mengiringi dengan lagu genjak sambil minum tuak ini baru pertama kali terjadi di Banjar adat Bangbang Biaung.

“Ya teman teman almrhum terkenang karena kerap diajak megenjekan,” ujarnya. Ganjek sendiri merupakan salah satu tradisi  atau kesenian di Karangasem.

Biasanya dilakukan saat santai sambil minum tuak sekedarnya. Awalnya tradisi ini berasal dari Karangasem tepatnya Kerajaan Karangasem untuk memberikan semangat kepada para prajuritnya ketika menyerang Kerajaan Mataram Lombok.

“Kami tetap melakukan sosial distancing dengan menjaga jarak dan menggunakan masker,” pungkas Sutama.

 

AMLAPURA – Ada yang unik saat tradisi Ngetelunin almarhum Made Putu atau lebih dikenal dengan Putu Kumis, 60.

Keluarga besar yang menjenguk ke kuburan almarhum setelah tiga hari meninggal dunia tampak khusyuk berdoa.

Usai tradisi utama di antaranya ngelebain (memberikan makan, red) teman-teman almarhum serta beberapa keluarganya, mereka langsung duduk melingkar di dekat pusara. 

Mereka tetap menjaga jarak dan menggunakan masker. Apalagi saat ini lagi pandemic Covid-19. Sekitar 10 orang warga kemudian bersulang dengan menggunakan tuak.

Setelah itu mereka mulai menyanyikan lagu genjek sambil minum tuak ala kadarnya. Disela-sela tradisi tersebut ada kerabatnya yang sampai meneteteskan air mata.

Kepergian almarhum tentunya meninggalkan kesan yang mendalam bagi keluarga besar dan rekan rekanya. Bapak empat anak tersebut meninggal dunia tiga hari yang lalu.

Awalnnya kondisi almarhum sehat-sehat saja. Diduga kacapaian, korban mendadak lemas dan meninggal dunia. 

Meninggal di musim Covid – 19 seperti ini sempat membuat warga bertanya-tanya. Pihak medis segera melakukan pengecekan dan memastikan almarhum meninggal bukan karena Covid-19.

Sehingga pemakaman almarhum tidak menggunakan protocol pasien Covid-19. Putu Kumis dikenal sebagai sopir truk legendaris.

Almarhum cukup lama menekuni pekerjaan ini dari masih muda sampai meninggal dunia. Dikalangan kawan kawannya, Putu Kumis dikenal ramah dan bersahaja.

Dia juga dikenal kerap menjamu teman temanya dengan minum tuak sambil megenjekan.  Karena itu untuk mengantar kepergianya ke alam baka, dia pun diantar dan diiringi dengan lagu lagu genjak oleh keluarga dan teman teman almarhum.

“Ya, lagu – lagu genjak yang kerap dinyanyikan almarhum dinyanyikan teman temanya tadi (kemarin red),” ujar sepupu almarhum I Komang Sutama, 48.

Pria asal Dusun Bambang Biuang, Duda, Selat, Karangasem ini pun dilepas dengan ikhlas oleh keluarga besarnya dan kerabat.

“Ya, beliau pergi meninggalkan kenangan bagi kami sekeluarga,” ujar Sutama. Tradisi Ngetelunin atau tiga hari dilakukan bagi warga Bali yang beragama Hindu.

Tradisi ini dilakukan di kuburan dekat pusara almarhum. Hanya saja mengiringi dengan lagu genjak sambil minum tuak ini baru pertama kali terjadi di Banjar adat Bangbang Biaung.

“Ya teman teman almrhum terkenang karena kerap diajak megenjekan,” ujarnya. Ganjek sendiri merupakan salah satu tradisi  atau kesenian di Karangasem.

Biasanya dilakukan saat santai sambil minum tuak sekedarnya. Awalnya tradisi ini berasal dari Karangasem tepatnya Kerajaan Karangasem untuk memberikan semangat kepada para prajuritnya ketika menyerang Kerajaan Mataram Lombok.

“Kami tetap melakukan sosial distancing dengan menjaga jarak dan menggunakan masker,” pungkas Sutama.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/