28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:54 AM WIB

Inovatif, Desa Taro Sulap Kotoran Lembu dan Sampah Jadi Pupuk Organik

GIANYAR – Desa Taro di Kecamatan Tegalalang yang punya objek wisata Lembu Putih melakukan inovasi pengolahan sampah.

Kotoran Lembu Putih dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Kemudian, sampah pasar dan rumah tangga dipilah. Sampah organik lalu dicampur dengan kotoran lembu.

Perbekel Desa Taro I Wayan Warka menyatakan, TPS menampung sampah dari 14 banjar. Dengan mekanisme mengangkut sampah dua kali seminggu menggunakan satu unit truk sampah.

Di TPS, sampah dipiliah sesuai hari. Senin, Selasa dan Rabu diambil sampah non organik. Kamis, Jumat, Satu diambil sampah organik.

Manager Fasilitas Dedi Sutrisna menambahkan, sampah akan dipilah lagi menjadi kompos. Kompos itu nantinya akan diolah lagi, dicampur dengan kotoran hewan.

Kebetulan Desa Taro memiliki lembu putih. “Kotoran lembu putih tersebut yang akan dicampurkan dengan kompos.

Karena tidak ada bahan kimia, pengolahan dari sampah hingga menjadi pupuk siap pakai, memerlukan waktu hampir 3 bulanan,” ujarnya.

Dijelaskan, dari sampah yang dipilah dan diolah hanya menyisakan 20 persen residu dibawa ke TPA Temesi.

Artinya 80 hingga 90 persen sampah bisa di-reduce atau dikurangi, ini juga membantu mengurangi volume sampah di TPA Temesi.

Edukasi telah dilakukan kepada masyarakat maupun petani agar menggunakan pupuk organik hasil olahan Fasilitas Pengelolaan Sampah Desa Taro ini.

“Kami juga tidak sembarangan pupuk, hasilnya nanti juga akan kami cek di laboratorium hayati, kami cari tahu kandungannya.

Jadi, bukan hanya sekedar kompos namun apa yang dibutuhkan tanaman nanti kita tambahkan unsur-unsur hayatinya,” jelas Dedi.

Pihaknya juga mengedukasi masyarakat untuk selalu memilah sampah. Dia ingin menyadarkan masyarakat jika sampahmu adalah tanggungjawabmu.

“Jadi semua masyarakat ikut bertanggung jawab dengan sampah yang dihasilkannya,” pungkasnya. 

GIANYAR – Desa Taro di Kecamatan Tegalalang yang punya objek wisata Lembu Putih melakukan inovasi pengolahan sampah.

Kotoran Lembu Putih dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Kemudian, sampah pasar dan rumah tangga dipilah. Sampah organik lalu dicampur dengan kotoran lembu.

Perbekel Desa Taro I Wayan Warka menyatakan, TPS menampung sampah dari 14 banjar. Dengan mekanisme mengangkut sampah dua kali seminggu menggunakan satu unit truk sampah.

Di TPS, sampah dipiliah sesuai hari. Senin, Selasa dan Rabu diambil sampah non organik. Kamis, Jumat, Satu diambil sampah organik.

Manager Fasilitas Dedi Sutrisna menambahkan, sampah akan dipilah lagi menjadi kompos. Kompos itu nantinya akan diolah lagi, dicampur dengan kotoran hewan.

Kebetulan Desa Taro memiliki lembu putih. “Kotoran lembu putih tersebut yang akan dicampurkan dengan kompos.

Karena tidak ada bahan kimia, pengolahan dari sampah hingga menjadi pupuk siap pakai, memerlukan waktu hampir 3 bulanan,” ujarnya.

Dijelaskan, dari sampah yang dipilah dan diolah hanya menyisakan 20 persen residu dibawa ke TPA Temesi.

Artinya 80 hingga 90 persen sampah bisa di-reduce atau dikurangi, ini juga membantu mengurangi volume sampah di TPA Temesi.

Edukasi telah dilakukan kepada masyarakat maupun petani agar menggunakan pupuk organik hasil olahan Fasilitas Pengelolaan Sampah Desa Taro ini.

“Kami juga tidak sembarangan pupuk, hasilnya nanti juga akan kami cek di laboratorium hayati, kami cari tahu kandungannya.

Jadi, bukan hanya sekedar kompos namun apa yang dibutuhkan tanaman nanti kita tambahkan unsur-unsur hayatinya,” jelas Dedi.

Pihaknya juga mengedukasi masyarakat untuk selalu memilah sampah. Dia ingin menyadarkan masyarakat jika sampahmu adalah tanggungjawabmu.

“Jadi semua masyarakat ikut bertanggung jawab dengan sampah yang dihasilkannya,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/