RadarBali.com – Disdik Karangasem akhirnya melunak. Mereka kini mengizinkan para guru mengajar para siswa di Kabupaten Buleleng.
Rencananya Disdikpora Karangasem akan membuka sekolah sore di Kabupaten Buleleng.
Mereka akan meminjam sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Buleleng, dan sorenya menggelar proses belajar mengajar pada siswa pengungsian.
Tenaga kependidikan dan kepala sekolah akan didatangkan dari Karangasem, memanfaatkan guru yang mengungsi di Buleleng.
Meski demikian, pola ini memindahkan sekolah ke Kabupaten Buleleng, dianggap belum menyelesaikan masalah.
Pasalnya siswa yang mengungsi, terpencar ke sejumlah desa. Dikhawatirkan banyak siswa yang akhirnya tak mendapat akses pendidikan.
Selain itu para guru yang terlanjur mengungsi di luar Kecamatan Tejakula atau di luar Kabupaten Buleleng, terpaksa pindah lokasi mengungsi.
Lantaran mereka harus menjalani kewajiban mengajar. Disinggung hal seperti itu, Kadisdik Buleleng Gede Suyasa enggan memberikan komentar.
Ia menegaskan, kebijakan itu diambil Disdikpora Karangasem. Pihaknya pun mempersilahkan Disdikpora Karangasem mengambil kebijakan yang dipandang baik bagi siswa mereka.
“Itu kebijakan Disdik Karangasem. Kamis erahkan pada mereka, karena itu akan jadi ranah mereka. Harapan mereka kanbukan hanya muridnya saja yang pindah, tapi sekolahnya juga pindah,” tegasnya.
Rencananya kebijakan sekolah sore itu akan mulai Senin (16/10) pekan depan. Hingga kemarin, siswa-siswa di sejumlah sekolah juga masih terpaksa duduk lesehan di lantai, karena harus menjalani sekolah pagi. Sarana dan prasarana tak mencukupi untuk menampung seluruh siswa.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah sekolah di Kecamatan Tejakula mengalami overload, karena banyak siswa pengungsi yang ikut numpang belajar. Tadinya kendala itu bisa diatasi dengan metode double shift.
Pagi hari untuk siswa asli serta beberapa siswa pengungsi, dengan tenaga pengajar dari Buleleng. Siang hari diisi siswa pengungsi dengan tenaga pengajar dari guru-guru di sekolah Karangasem, yang kebetulan mengungsi di sekitar sekolah terdekat.
Metode itu hanya berjalan selama tiga hari. Para guru tak diizinkan membantu mengajar, dengan sejumlah alasan. Dampaknya, proses belajar mengajar tak maksimal. Siswa pun harus kembali duduk lesehan.