25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:24 AM WIB

Desain BBPJN Ngadat, Pengadaan Lahan Shortcut Tertunda

RadarBali.com – Pengadaan lahan untuk pembangunan shortcut Singaraja-Denpasar, tertunda. Gara-garanya terjadi perubahan desain rancangan awal shortcut.

Akibatnya pemerintah harus menunggu kepastian desain sebelum melakukan pengadaan lahan. Apalagi titik-titik tiang pancang kemungkinan bergeser dari posisi awal.

Sebenarnya Pemkab Buleleng telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 10 miliar untuk pengadaan lahan shortcut pada titik 5 dan titik 6.

Anggaran itu telah dipasang di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng.

Pemerintah pun disebut sudah merayu para pemilik lahan, dan mereka menyatakan siap melepas lahan itu untuk proyek shortcut.

Kepala Dinas PUPR Buleleng Ketut Suparta Wijaya tak menampik bahwa rencana pengadaan lahan shortcut sedikit tertunda.

Menurut Suparta, pihaknya sampai saat ini masih menunggu hasil kerja tim ahli Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII.

Pada dasarnya, tim itu tengah bekerja untuk melakukan desain ulang shortcut yang ada. Menurut Suparta, dari informasi yang didapat di Balai Jalan, desain shortcut saat ini dianggap terlalu boros.

Baik dari sisi anggaran, maupun dari sisi asas manfaat. Dari sisi anggaran, pembangunan dua titik shortcut di wilayah Buleleng, akan menelan dana Rp 350 miliar.

Sementara dari asas manfaat, kendaraan yang melintas relatif sedikit. Meski sedikit, potensi terjadinya kecelakaan justru cukup besar.

“Karena memang ruas jalan nasional, itu kewenangan pemerintah pusat, dalam hal ini balai jalan. Kami juga sedang kejar terus,

supaya ada kepastian desain dan kami bisa segera melakukan pengadaan lahan. Pak Bupati juga sudah gencar bolak-balik ke kementerian,” kata Suparta.

Lebih lanjut Suparta mengatakan, dari keterangan lisan Dirjen Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto, proyek shortcut Singaraja-Denpasar akan dimulai pada tahun 2018.

Sehingga Pemkab Buleleng juga harus bergerak cepat menyiapkan anggaran pengadaan lahan. Namun karena ada perubahan desain, kini Pemkab Buleleng pun terpaksa menunggu.

Mengingat lahan yang dibebaskan, harus sesuai dengan rancangan desain yang ditetapkan. “Kami menunggu desain. Tanpa itu, kami tidak tahu mana lahan yang harus dibebaskan.

Sebenarnya kami sudah bergerak berdasarkan desain awal, sudah siap eksekusi. Tapi karena ada perubahan desain, ya terpaksa rehat dulu, menunggu desain baru,” tandas Suparta.

Asal tahu saja, shortcut Singaraja-Denpasar akan dibangun pada dua titik di wilayah Banjar Dinas Wirabhuana, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada.

Dari rancangan desain awal yang diterima Jawa Pos Radar Bali, titik 5 akan memotong dari KM 58+098 dan membentang sepanjang 378 meter hingga KM 57+472.

Sedangkan titik 6 akan memotong dari KM 58+962 hingga KM 58+098 dengan shortcut sepanjang 330 meter. 

RadarBali.com – Pengadaan lahan untuk pembangunan shortcut Singaraja-Denpasar, tertunda. Gara-garanya terjadi perubahan desain rancangan awal shortcut.

Akibatnya pemerintah harus menunggu kepastian desain sebelum melakukan pengadaan lahan. Apalagi titik-titik tiang pancang kemungkinan bergeser dari posisi awal.

Sebenarnya Pemkab Buleleng telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 10 miliar untuk pengadaan lahan shortcut pada titik 5 dan titik 6.

Anggaran itu telah dipasang di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng.

Pemerintah pun disebut sudah merayu para pemilik lahan, dan mereka menyatakan siap melepas lahan itu untuk proyek shortcut.

Kepala Dinas PUPR Buleleng Ketut Suparta Wijaya tak menampik bahwa rencana pengadaan lahan shortcut sedikit tertunda.

Menurut Suparta, pihaknya sampai saat ini masih menunggu hasil kerja tim ahli Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII.

Pada dasarnya, tim itu tengah bekerja untuk melakukan desain ulang shortcut yang ada. Menurut Suparta, dari informasi yang didapat di Balai Jalan, desain shortcut saat ini dianggap terlalu boros.

Baik dari sisi anggaran, maupun dari sisi asas manfaat. Dari sisi anggaran, pembangunan dua titik shortcut di wilayah Buleleng, akan menelan dana Rp 350 miliar.

Sementara dari asas manfaat, kendaraan yang melintas relatif sedikit. Meski sedikit, potensi terjadinya kecelakaan justru cukup besar.

“Karena memang ruas jalan nasional, itu kewenangan pemerintah pusat, dalam hal ini balai jalan. Kami juga sedang kejar terus,

supaya ada kepastian desain dan kami bisa segera melakukan pengadaan lahan. Pak Bupati juga sudah gencar bolak-balik ke kementerian,” kata Suparta.

Lebih lanjut Suparta mengatakan, dari keterangan lisan Dirjen Bina Marga Arie Setiadi Moerwanto, proyek shortcut Singaraja-Denpasar akan dimulai pada tahun 2018.

Sehingga Pemkab Buleleng juga harus bergerak cepat menyiapkan anggaran pengadaan lahan. Namun karena ada perubahan desain, kini Pemkab Buleleng pun terpaksa menunggu.

Mengingat lahan yang dibebaskan, harus sesuai dengan rancangan desain yang ditetapkan. “Kami menunggu desain. Tanpa itu, kami tidak tahu mana lahan yang harus dibebaskan.

Sebenarnya kami sudah bergerak berdasarkan desain awal, sudah siap eksekusi. Tapi karena ada perubahan desain, ya terpaksa rehat dulu, menunggu desain baru,” tandas Suparta.

Asal tahu saja, shortcut Singaraja-Denpasar akan dibangun pada dua titik di wilayah Banjar Dinas Wirabhuana, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada.

Dari rancangan desain awal yang diterima Jawa Pos Radar Bali, titik 5 akan memotong dari KM 58+098 dan membentang sepanjang 378 meter hingga KM 57+472.

Sedangkan titik 6 akan memotong dari KM 58+962 hingga KM 58+098 dengan shortcut sepanjang 330 meter. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/