25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:10 AM WIB

Waspada! Hujan Lebat Disertai Angin Kencang hingga Gelombang Tinggi

MANGUPURA –Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi beberapa wilayah di Indonesia termasuk Bali akan mengalami cuaca ekstrim selama sepekan ke depan. Cuaca ekstrim yang dimaksud tersebut adalah hujan sedang hingga lebat, bahkan di beberapa perairan juga berpotensi mengalami gelombang tinggi.

 

Sub Koordinator Subidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Tirtha Wijaya tak menampik hal tersebut.

 

Menurut Tirtha Wijaya, data tersebut dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer terkini.

 

“Dari analisa itu BMKG mengidentifikasi adanya potensi peningkatan curah hujan dalam periode sepekan ke depan dibeberapa wilayah Indonesia, termasuk Bali.

Kategori hujan lebat adalah hujan dengan jumlah curah hujan 50-100 mm/hari atau 10-20 mm/jam,” ujar Wijaya Kamis (17/2).

 

Tirtha Wijaya menambahkan, pemicu dari peningkatan curah hujan tersebut salah satunya yakni peningkatan aktivitas dinamika atmosfer seperti aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) yang saat ini berada pada fase 3 di sekitar Samudera Hindia. Sehingga menunjukkan kontribusi cukup signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

 

“MJO adalah osilasi yang merupakan gangguan tropis yang merambat ke arah timur sepanjang daerah tropis dengan siklus 30-60 hari. Kondisi MJO saat ini aktif di fase 3, yang artinya berkontribusi terhadap pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian barat,” jelasnya.

 

Fenomena cuaca ekstrim, kata Wijaya, juga diperkuat dengan gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial yang cukup aktif di atmosfer beberapa wilayah. Kemudian juga dipengaruhi oleh pola tekanan rendah yang memicu terbentuknya pumpunan dan belokan angin yang diperkuat dengan adanya pengaruh labilitas udara salam skala lokal.

 

“Gelombang Kelvin dan Rossby merupakan fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas untuk sekitar wilayah yang dilewatinya dan biasanya terjadi dalam kurun waktu beberapa hari,” terangnya.

 

Lebih lanjut dia menambahkan, terdapat potensi gelombang tinggi (Rough Sea) 2,5 sampai 4 meter di beberapa perairan di Indonesia. Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrim ini. Seperti hujan lebat hingga sangat lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, gelombang tinggi, dan lain sebagainya.

 

“Selain itu juga mewaspadai dampak terhadap bencana hidrometeorologi yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang, dan lain-lain,” tukasnya.

 

Seperti diketahui, BMKG telah memprediksi adanya cuaca ekstrim di 30 wilayah Indonesia.

MANGUPURA –Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi beberapa wilayah di Indonesia termasuk Bali akan mengalami cuaca ekstrim selama sepekan ke depan. Cuaca ekstrim yang dimaksud tersebut adalah hujan sedang hingga lebat, bahkan di beberapa perairan juga berpotensi mengalami gelombang tinggi.

 

Sub Koordinator Subidang Pelayanan Jasa Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Tirtha Wijaya tak menampik hal tersebut.

 

Menurut Tirtha Wijaya, data tersebut dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer terkini.

 

“Dari analisa itu BMKG mengidentifikasi adanya potensi peningkatan curah hujan dalam periode sepekan ke depan dibeberapa wilayah Indonesia, termasuk Bali.

Kategori hujan lebat adalah hujan dengan jumlah curah hujan 50-100 mm/hari atau 10-20 mm/jam,” ujar Wijaya Kamis (17/2).

 

Tirtha Wijaya menambahkan, pemicu dari peningkatan curah hujan tersebut salah satunya yakni peningkatan aktivitas dinamika atmosfer seperti aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) yang saat ini berada pada fase 3 di sekitar Samudera Hindia. Sehingga menunjukkan kontribusi cukup signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

 

“MJO adalah osilasi yang merupakan gangguan tropis yang merambat ke arah timur sepanjang daerah tropis dengan siklus 30-60 hari. Kondisi MJO saat ini aktif di fase 3, yang artinya berkontribusi terhadap pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian barat,” jelasnya.

 

Fenomena cuaca ekstrim, kata Wijaya, juga diperkuat dengan gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial yang cukup aktif di atmosfer beberapa wilayah. Kemudian juga dipengaruhi oleh pola tekanan rendah yang memicu terbentuknya pumpunan dan belokan angin yang diperkuat dengan adanya pengaruh labilitas udara salam skala lokal.

 

“Gelombang Kelvin dan Rossby merupakan fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas untuk sekitar wilayah yang dilewatinya dan biasanya terjadi dalam kurun waktu beberapa hari,” terangnya.

 

Lebih lanjut dia menambahkan, terdapat potensi gelombang tinggi (Rough Sea) 2,5 sampai 4 meter di beberapa perairan di Indonesia. Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrim ini. Seperti hujan lebat hingga sangat lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, gelombang tinggi, dan lain sebagainya.

 

“Selain itu juga mewaspadai dampak terhadap bencana hidrometeorologi yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang, dan lain-lain,” tukasnya.

 

Seperti diketahui, BMKG telah memprediksi adanya cuaca ekstrim di 30 wilayah Indonesia.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/