RadarBali.com – Kadek Ayu, 20, tampak, masih lemas ketika ditemui Jawa Pos Radar Bali di rumah berdinding tripleks di Banjar Kembang Merta, Desa Candikuning, Baturiti, Tabanan.
Maklum, perempuan asal Banjar Telung Buwana, Desa Sebudi ini baru saja melahirkan anaknya 21 hari lalu. “Lahir 31 Agustus lalu,” kata Ayu di mulut pintu sambil menggendong bayinya.
Menurut Ayu, sejak ikut mengungsi, bayi yang diberi nama Wayan Citra, itu sakit. Dia tak memberikan obat kepada si bayi.
Sejauh ini, katanya, sang bayi pun hanya diberikan ASI (air susu ibu) saja. “Batuk, pilek dan sedikit panas (demam),” terangnya.
Di rumah ini memang ada beberapa bayi. Selain bayi Citra, ada dua bayi lagi yang baru berusia dua bulanan.
Saat malam, mereka tidur di lantai yang dilapisi karpet dalam pelukan sang ibu. Syukur-syukur ada kasur yang digelar di lantai. “Mungkin masuk angin,” ujar Ayu.
Ayu ikut mengungsi bersama suami, Komang Wena, 28, dan keluarganya lain. Rombongan ini menumpang tiga truk sewaan.
Alasannya, sudah tidak nyaman dengan gempa yang terjadi berkali-kali. “Sampai nggak bisa tidur. Jadi takut,” timpal Kadek Nani, 30, sepupu Ayu.
Nani juga ikut mengungsi bersama suami dan tiga anaknya. Anak yang paling kecil baru usia dua tahunan.
Anak nomor dua, masih sekolah kelas 3 SD. Karena ikut mengungsi, anaknya belum bisa ikut bersekolah.
“Nanti yang masih sekolah harus ikut sekolah. Yang SD, nanti kita titipkan di SD 3 Candikuning,” kata Bendesa Desa Pekraman Kembangmerta, Nyoman Sukita.
Nani bercerita, hewan ternaknya masih tertinggal di rumah. Ada burung, ayam, sapi milik tetangga yang dia pelihara. “Ditinggal semua. Ndak ada yang ngasih makan,” ujarnya.
Lain lagi dengan Ni Kadek Saniwati. Warga Sebudi ini turut mengungsi dalam kondisi sedang hamil.
“Hamil 6,5 bulan,” ujarnya. Dia turut mengungsi karena resah dengan kondisi Gunung Agung yang sering menimbulkan gempa.