31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 10:03 AM WIB

Warga Lega Akhirnya Dapat Bansos Minyak Goreng

SINGARAJA– Warga yang ekonominya terdampak gegara kenaikan harga minyak goreng, berbondong-bondong mendatangi Kantor Pos Singaraja, Senin siang (11/4). Mereka hendak mencairkan bantuan sosial (bansos) minyak goreng dari pemerintah pusat.

 

Bantuan itu mulai digulirkan sejak Senin (11/4). Tahap pertama, ada 50 keluarga penerima manfaat (KPM) di seputaran Kelurahan Banjar Bali yang mendapat bantuan. Masing-masing KPM akan menerima bansos minyak goreng senilai Rp 100 ribu sebulan. Bantuan itu akan dirapel untuk 3 bulan.

 

Di Kabupaten Buleleng sendiri, tercatat ada 47.958 KPM yang mendapatkan bansos minyak goreng itu. Keluarga-keluarga tersebut berasal dari penerima Program Keluarga Harapan (PKH) dan penerima Bantuan Sembako Tunai (BST) dari Kementerian Sosial.

 

Kepala Dinas Sosial Buleleng I Putu Kariaman Putra mengatakan, proses pendistribusian bansos minyak goreng kini tengah digenjot. Distribusi diharapkan tuntas pada Rabu (20/4) pekan depan. Ia telah berkoordinasi dengan kantor pos, agar bantuan dapat didistribusikan dengan cepat. Apalagi proses distribusi diharapkan sudah tuntas sebelum hari raya Idul Fitri.

 

“Data penerima sudah dikirim dari Kementerian Sosial langsung ke kantor pos. Sumber daya manusia (SDM) kami dengan kantor pos juga melakukan validasi. Supaya benar-benar disalurkan pada masyarakat yang berhak,” kata Kariaman.

 

Kepala Kantor Pos Singaraja, Lalu Arman Mahadi mengatakan, pihaknya telah menyusun strategi distribusi bantuan. Rencananya distribusi akan dilakukan di loket kantor pos terdekat, membuka loket pelayanan di tingkat desa, termasuk menyiapkan skema jemput bola.

 

“Khusus yang skema antar atau jemput bola itu kami lakukan bagi KPM yang kondisinya sakit, atau tidak mampu berjalan. Nanti kami yang akan datang ke rumahnya. Memastikan supaya bantuan itu diterima langsung oleh yang bersangkutan,” katanya.

 

Khusus distribusi kemarin, masing-masing KPM menerima bantuan tunai sebanyak Rp 500 ribu. Sebanyak Rp 200 ribu diantaranya berasal dari Bantuan Sembako Tunai (BST) Kemensos, dan Rp 300 ribu sisanya dari bansos minyak goreng.

 

Sementara itu, salah seorang penerima, Ketut Darmi, 42, mengaku lega mendapat bansos minyak goreng. Menurutnya uang tersebut setidaknya bisa menyokong kondisi keluarga. Terlebih selama ini ia memiliki usaha warung kecil-kecilan.

 

Darmi mengaku membuka usahanya pada 2019 lalu. Di warung itu ia menjual makanan tradisional. Seperti tipat cantok, rujak, makanan ringan, serta gorengan. Saat minyak goreng kemasan dijual seharga Rp 14 ribu, dia berusaha berburu di beberapa toko waralaba berjaringan. Terkadang dia harus pulang dengan tangan hampa. Solusinya dia membeli di pasar tradisional dengan harga Rp 15 ribu hingga Rp 16 ribu per liter.

 

Saat subsidi minyak goreng kemasan dicabut, ia pun goyah. Darmi mengaku sempat tak berjualan selama sepekan. “Karena saya yang utama kan jual gorengan. Namanya gorengan kan ya harus digoreng pakai minyak. Bukan direbus,” katanya.

 

Karena tak ada penghasilan, dia memberanikan diri kembali membuka warung. Biasanya dia membeli minyak goreng seharga Rp 15 ribu untuk kapasitas 600 mililiter. “Sempat juga kepikiran beli minyak curah. Katanya kan disubsidi. Tapi nggak tahu harus beli di mana, prosedurnya gimana juga nggak jelas,” ujarnya.

 

Ia berharap kondisi harga minyak goreng kembali stabil di angka Rp 14 ribu hingga Rp 16 ribu. “Sekarang dapat bansos, ya harus dicukup-cukupkan. Meskipun harganya tinggi. Mudah-mudahan segera normal. Karena kalau tambah mahal jual gorengan juga nggak mungkin ada yang beli,” demikian Darmi.

 

 

SINGARAJA– Warga yang ekonominya terdampak gegara kenaikan harga minyak goreng, berbondong-bondong mendatangi Kantor Pos Singaraja, Senin siang (11/4). Mereka hendak mencairkan bantuan sosial (bansos) minyak goreng dari pemerintah pusat.

 

Bantuan itu mulai digulirkan sejak Senin (11/4). Tahap pertama, ada 50 keluarga penerima manfaat (KPM) di seputaran Kelurahan Banjar Bali yang mendapat bantuan. Masing-masing KPM akan menerima bansos minyak goreng senilai Rp 100 ribu sebulan. Bantuan itu akan dirapel untuk 3 bulan.

 

Di Kabupaten Buleleng sendiri, tercatat ada 47.958 KPM yang mendapatkan bansos minyak goreng itu. Keluarga-keluarga tersebut berasal dari penerima Program Keluarga Harapan (PKH) dan penerima Bantuan Sembako Tunai (BST) dari Kementerian Sosial.

 

Kepala Dinas Sosial Buleleng I Putu Kariaman Putra mengatakan, proses pendistribusian bansos minyak goreng kini tengah digenjot. Distribusi diharapkan tuntas pada Rabu (20/4) pekan depan. Ia telah berkoordinasi dengan kantor pos, agar bantuan dapat didistribusikan dengan cepat. Apalagi proses distribusi diharapkan sudah tuntas sebelum hari raya Idul Fitri.

 

“Data penerima sudah dikirim dari Kementerian Sosial langsung ke kantor pos. Sumber daya manusia (SDM) kami dengan kantor pos juga melakukan validasi. Supaya benar-benar disalurkan pada masyarakat yang berhak,” kata Kariaman.

 

Kepala Kantor Pos Singaraja, Lalu Arman Mahadi mengatakan, pihaknya telah menyusun strategi distribusi bantuan. Rencananya distribusi akan dilakukan di loket kantor pos terdekat, membuka loket pelayanan di tingkat desa, termasuk menyiapkan skema jemput bola.

 

“Khusus yang skema antar atau jemput bola itu kami lakukan bagi KPM yang kondisinya sakit, atau tidak mampu berjalan. Nanti kami yang akan datang ke rumahnya. Memastikan supaya bantuan itu diterima langsung oleh yang bersangkutan,” katanya.

 

Khusus distribusi kemarin, masing-masing KPM menerima bantuan tunai sebanyak Rp 500 ribu. Sebanyak Rp 200 ribu diantaranya berasal dari Bantuan Sembako Tunai (BST) Kemensos, dan Rp 300 ribu sisanya dari bansos minyak goreng.

 

Sementara itu, salah seorang penerima, Ketut Darmi, 42, mengaku lega mendapat bansos minyak goreng. Menurutnya uang tersebut setidaknya bisa menyokong kondisi keluarga. Terlebih selama ini ia memiliki usaha warung kecil-kecilan.

 

Darmi mengaku membuka usahanya pada 2019 lalu. Di warung itu ia menjual makanan tradisional. Seperti tipat cantok, rujak, makanan ringan, serta gorengan. Saat minyak goreng kemasan dijual seharga Rp 14 ribu, dia berusaha berburu di beberapa toko waralaba berjaringan. Terkadang dia harus pulang dengan tangan hampa. Solusinya dia membeli di pasar tradisional dengan harga Rp 15 ribu hingga Rp 16 ribu per liter.

 

Saat subsidi minyak goreng kemasan dicabut, ia pun goyah. Darmi mengaku sempat tak berjualan selama sepekan. “Karena saya yang utama kan jual gorengan. Namanya gorengan kan ya harus digoreng pakai minyak. Bukan direbus,” katanya.

 

Karena tak ada penghasilan, dia memberanikan diri kembali membuka warung. Biasanya dia membeli minyak goreng seharga Rp 15 ribu untuk kapasitas 600 mililiter. “Sempat juga kepikiran beli minyak curah. Katanya kan disubsidi. Tapi nggak tahu harus beli di mana, prosedurnya gimana juga nggak jelas,” ujarnya.

 

Ia berharap kondisi harga minyak goreng kembali stabil di angka Rp 14 ribu hingga Rp 16 ribu. “Sekarang dapat bansos, ya harus dicukup-cukupkan. Meskipun harganya tinggi. Mudah-mudahan segera normal. Karena kalau tambah mahal jual gorengan juga nggak mungkin ada yang beli,” demikian Darmi.

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/