Oleh Pak Oles
SETAHUN sekali, secara rutin, kami berkunjung ke Panti Werdha Jara Mara Pati yang berlokasi di Kaliasem, Buleleng dalam rangka ulang tahun PT. Karya Pak Oles Tokcer. Acara tersebut dikemas dengan menyanyi, menari. dan membagi sumbangan.
Selama pandemi acara berkunjung ke panti jompo tidak dilakukan. Untuk menjaga kesehatan orang tua di panti, hanya sumbangannya saja yang disampaikan. Pandemi mereda, kepala panti mempersilakan kami berkunjung. Kami menjadwalkan kunjungan ke panti dengan kemasan acara yang cukup sederhana.
Tidak terasa sudah 3 tahun berlalu, semenjak kunjungan kami yang terakhir ke sana pada 2019. Suasana panti masih teduh dan asri. Hanya umur penghuninya bertambah. Mereka semakin ringkih dan rapuh.
Penghuni panti berjumlah 80 orang. Yang bisa hadir ke aula pertemuan hanya 25 orang. Berarti 55 orang penghuni jompo lainnya, tinggal di kamar khusus, tidur atau duduk menunggu hari karena mereka tidak bisa berjalan.
Penghuni jompo duduk di kursi menghadap panitia tamu undangan, menunggu acara dimulai.
Dengan hati bertanya, siapakah tamu yang datang hari ini? Adakah oleh-oleh menyertai kedatangannya? Setelah acara dimulai mereka tampak lebih bersemangat.
Tatapan mata penghuni jompo yang sebelumnya tampak redup menjadi bersinar cerah saat mereka menerima bingkisan berupa baju kaos, Minyak Bokashi, dan makanan untuk camilan di kamarnya.
Sumbangan berupa beras, sarung tangan, tisu, dan pembersih lantai diberikan langsung ke pengurus yayasan.
Acara hiburan disumbangkan oleh penyanyi (artis radio Hexon, Romi dan Mia) dengan menyanyikan lagu sendu “Sayangin Seenu Meurip” (sayangilah semasih hidup) oleh Ari Kencana.
Tembang ini membuat seluruh hadirin meneteskan air mata karena teringat jasa-jasa orang tua yang belum sempat dibalas. Berubah sendu, Bungan sandat mencairkan suasana. Suasana kembali gembira dan seluruh jompo tersenyum teringat kenangan masa mudanya.
Dangdut pun didendangkan. Karyawan Pak Oles ikut bergoyang ke depan. Beberapa anggota jompo mencoba ikut bergoyang, walau kaku, tapi lucu.
Selanjutnya, acara dadakan berupa saweran lima puluh ribuan diberikan kepada anggota jompo yang berani menari ke depan. Maka 20 orang jompo maju tertatih-tatih ke depan melambaikan tangannya menari dengan goyangan patah-patah asli.
Tarian menjadi semakin meriah saat ada nenek yang tadinya duduk lesu di belakang, seperti ayam kehujanan, langsung bergegas ke depan berjoget dan tersenyum terus saat melihat temannya berjoget dan menyabet saweran.
Begitulah kekuatan saweran rupiah. Bisa menggerakkan persendian karatan yang sudah rapuh sekalipun, menjadi bergoyang lemas, seperti artis kawakan bergoyang patah-patah asli bergaya Anisa Bahar.
Kebersamaan karya Iwan Fals jadi sajian penutup. Kebersamaan selama 3 jam sangat berkesan, penuh haru dan lucu, dalam gurauan, canda dan motivasi, agar mereka menjadi lebih bersemangat menjalani sisa-sisa hidupnya di panti jompo.
Agar hidup menjadi lebih bermakna. Bukan sekedar menghitung hari, tapi mereka bisa lebih menikmati hari dan bersyukur masih bisa hidup dalam sehat menjalani hari tua bersama teman-teman seatap di panti jompo.
Tetaplah semangat untuk kakek dan nenek kami di panti jompo. Nikmatilah hidup hari ini dengan lebih banyak bersyukur dan tersenyum. (*/ken)