Di masa pandemi covid-19 ini, permintaaan madu Kele-Kele meningkat. Sebab, madu lebah hutan itu diyakini mengandung unsur yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melawan beragam penyakit. Benark?
MADE DWIJA PUTRA, Mangupura
WAKIL Bupati Badung I Ketut Suiasa mendadak mengunjungi Usaha Budidaya Kelompok Peternak Madu
Kele-Kele Tegal Sari di Gria Tegal Sari, Banjar Lebah Sari, Desa Mambal, Abiansemal, Badung, kemarin.
Bahkan Wabup Suiasa mengajak seluruh masyarakat untuk mencoba produksi kele-kele tersebut. Sebab, ini menjadi peluang di masa pandemi ini.
Proses dalam mengambil madu kele-kele tersebut harus melakukannya dengan hati-hati. Jika tidak, ratu lebah hutan yang ada didalam sarang bisa terluka dan bisa meninggalkan sarangnya serta tidak mau lagi memproduksi madu.
Budidaya madu kele-kele Kelompok Tegal Sari sudah terbentuk dari 2018. “Kelompok kami sekarang sudah beranggotakan 15 orang dan terdapat 31 kotak sarang lebah, ” jelas Ketua Kelompok Tegal Sari Ida Bagus Weda, kemarin.
Kata dia, hanya dengan modal awal Rp 1,5 juta per sarang lebah, rata- rata 1 sarang mendapatkan setengah liter seharga Rp. 400 ribu.
Di setiap sarangnya memiliki rasa yang berbeda- beda tergantung makanan atau sari bunga yang dikumpulkannya.
Kendala yang dihadapi pada budidaya kele-kele ini yakni sebagian koloni ada yang tidak menghasilkan madu sehingga tidak bisa dipanen.
Hal ini diakibatkan karena beberapa koloni diserang oleh hama (kumbang kecil) sehingga kotak/sarangnya ditinggalkan.
Selain itu terbatasnya produksi mengakibatkan banyak pesanan yang tidak dapat dilayani. “Untuk sekarang permintaan meningkat, namun terbatasnya produksi ada pesanan yang tidak terlayani,” terangnya.
Wakil Bupati Badung Ketut Suiasa mengatakan di masa pandemi Covid-19 ini, permintaan terhadap madu kele-kele cenderung meningkat.
Hal ini dikarenakan madu kele-kele diyakini mengandung unsur unsur yang dibutuhkan tubuh dalam meningkatkan imun atau kekebalan tubuh
serta untuk obat asam urat, asam lambung, rheumatic, diabetes, hepatitis dan anti radang tanpa menimbulkan efek samping.
Wabup Suiasa mengatakan, Madu Tegal Sari dengan merk “Klanceng” ini merupakan madu hasil usaha budidaya kelompok peternak madu
Tegal Sari dari lebah hutan (kele) dari serbuk sari bunga yang berfungsi membantu perbaikan sel yang mati dan meningkatkan hormone testosteron.
“Kepada masyarakat yang mau beternak atau mencari madu kele-kele, mari berkunjung dan belajar disini, karena dari sini sudah terbukti
bahwa lebah jenis ini bisa hidup di daerah ini dan ilmunya bisa diperoleh dari kelompok peternak madu Tegal Sari,” ujarnya.
Wabup Suiasa juga mengajak seluruh masyarakat untuk mencoba produksi Madu Klanceng Tegal Sari yang berproduksi langsung di Desa Mambal.
Bahkan, madu tersebut juga sudah dalam kemasan yang sangat praktis. Pihaknya juga menyampaikan apresiasi karena banyak warga yang sudah berinovasi dan membangun sebuah usaha dengan merangkul sejumlah warga.
Pihaknya juga berjanji akan berupaya membantu dalam pemasaran hingga bisa masuk ke toko modern.
Diharapkan para pelaku industri bisa lebih memiliki pengetahuan dibidang pemasaran sehingga produk yang dipasarkan akan lebih terkenal dan laku di pasaran.
“Kami juga akan membantu dan mengawal usaha madu kele-kele ini dalam pengurusan izin dan SNI, ” bebernya.
Pada kesempatan itu, Suiasa sempat memanen madu kele-kele tersebut. Wabup Suiasa didampingi Komisi I DPRD Badung Ponda Wirawan, Camat Abiansemal Ida Bagus Putu Mas Arimbawa,
Ketua Kelompok Budidaya Madu Tegal Sari Ida Bagus Weda, Ketua Pasikian Yowana Kecamatan Abiansemal I Made Darmawan, Perbekel Desa Adat Mambal, Kelian dan tokoh masyarakat setempat. (*)