25.2 C
Jakarta
3 November 2024, 23:31 PM WIB

Januar Tidak Bisa Sekolah Lantaran Seragam Sekolah Tertimbun Puing Bangunan 

DENPASAR – Keluarga yang rumahnya ambruk akibat erosi kini tinggal sementara di rumah tetangga. Mereka harus tidur berdesak-desakan. Januar, anak 11 tahun juga tidak bisa sekolah karena tidak memiliki buku dan pakaian.

Januar tidak bisa sekolah seperti teman-temannya. seragam sekolahnya masih tertimbun reruntuhan bangunan. Meski begitu, bocah 11 tahun itu tidak ingin absen dalam menjalankan ibadah  salat jumat. Ketika koran ini datang ke tempat penungsian sementara, Januar pamit ke mbahnya, Hadijah  akan berangkat Salat Jumat  di  Masjid Raya Baiturrahmah. “Bagaimana sekolah seragamnya tidak ada,” jawab Januar dengan lugu . Anak kelas V SD ini bersekolah di SDN 4 Dauh Puri lokasinya di Dusun Wanasari, Kampung Jawa.

Alat-alat tulis, buku-buku dan seragam sekolah masih dirumahnya yang roboh. Sedangkan mereka dilarang masuk karena sudah digaris polisi. Januar tidak tahu sampai kapan harus libur sekolah. Kemungkinan menunggu reruntuhannya diangkat alat berat.

Januar adalah anak yatim piatu yang dirawat oleh Mbahnya, Hadijah serta pakdenya.  Kini, mereka ditampung oleh tetangganya   bernama Haji Nazar. Mereka harus rela sementara tinggal berdesak-desakan di kamar berukuran kurang lebih 3×3 meter.

Selama ini Hadijah dan adiknya jualan untuk menopang perekonomian keluarga. Hadijah jual gas elpiji dan adiknya jualan makanan. Ia tetap bersyukur masih sehat dan tidak ada korban jiwa. ” Saya tidak percaya akan roboh karena siteng bangunannya ini,” ucapnya.

Satu hari, pasca kejadian, bantuan terus mengalir bantuan dari berbagai kalangan. Dari, BPBD, Dinas Sosial Kota Denpasar, PMI dan ada juga dari organisasi sosial. Tampak Januar dan Hadijah berfoto bersama dengan donatur. Wali Kota Denpasar  IGN Jaya Negara datang meninjau dam  memberikan bantuan sembako. ” Tadi wali kota lihat -lihat saja bawa sembako juga,” ungkapnya.

Pantauan koran ini bantuan yang diterima berupa beras, mie, camilan, handuk dan pakaian layak pakai. Warga setempat juga banyak membantu Hadijah dan korban lainnya seperti memberikan makanan ” Mereka membuat donasi keliling dari warga Kampung Jawa,” ujarnya.

Wanita yang berusia 70 tahun ini tidak menyangka rumahnya yang ditempatkan sejak 60 tahun  lalu roboh, tinggal puing-puing saja . Rumah itu ia bangun sendiri dengan almarhum suaminya. Awal membangun rumah tidak besar, seiring jalannya waktu direnovasi dan menjadi bertingkat. ” Saya renovasi sedikit-sedikit jadi seperti ini,” ujarnya.

Rencana selanjutnya, Hadijah akan memperbaiki rumahnya yang ambruk ini. Ia tidak bisa pindah ke tempat lain, karena tidak memiliki tempat tinggal selain di Kampun Jawa. Ia juga mengaku tidak sanggup mencari rumah yang baru karena harganya yang mahal. ” Mau tinggal dimana lagi. Kos-kosan mahal. Saya cuma punya disini saja,” cetusnya. (ni kadek novi febriani/rid)

 

DENPASAR – Keluarga yang rumahnya ambruk akibat erosi kini tinggal sementara di rumah tetangga. Mereka harus tidur berdesak-desakan. Januar, anak 11 tahun juga tidak bisa sekolah karena tidak memiliki buku dan pakaian.

Januar tidak bisa sekolah seperti teman-temannya. seragam sekolahnya masih tertimbun reruntuhan bangunan. Meski begitu, bocah 11 tahun itu tidak ingin absen dalam menjalankan ibadah  salat jumat. Ketika koran ini datang ke tempat penungsian sementara, Januar pamit ke mbahnya, Hadijah  akan berangkat Salat Jumat  di  Masjid Raya Baiturrahmah. “Bagaimana sekolah seragamnya tidak ada,” jawab Januar dengan lugu . Anak kelas V SD ini bersekolah di SDN 4 Dauh Puri lokasinya di Dusun Wanasari, Kampung Jawa.

Alat-alat tulis, buku-buku dan seragam sekolah masih dirumahnya yang roboh. Sedangkan mereka dilarang masuk karena sudah digaris polisi. Januar tidak tahu sampai kapan harus libur sekolah. Kemungkinan menunggu reruntuhannya diangkat alat berat.

Januar adalah anak yatim piatu yang dirawat oleh Mbahnya, Hadijah serta pakdenya.  Kini, mereka ditampung oleh tetangganya   bernama Haji Nazar. Mereka harus rela sementara tinggal berdesak-desakan di kamar berukuran kurang lebih 3×3 meter.

Selama ini Hadijah dan adiknya jualan untuk menopang perekonomian keluarga. Hadijah jual gas elpiji dan adiknya jualan makanan. Ia tetap bersyukur masih sehat dan tidak ada korban jiwa. ” Saya tidak percaya akan roboh karena siteng bangunannya ini,” ucapnya.

Satu hari, pasca kejadian, bantuan terus mengalir bantuan dari berbagai kalangan. Dari, BPBD, Dinas Sosial Kota Denpasar, PMI dan ada juga dari organisasi sosial. Tampak Januar dan Hadijah berfoto bersama dengan donatur. Wali Kota Denpasar  IGN Jaya Negara datang meninjau dam  memberikan bantuan sembako. ” Tadi wali kota lihat -lihat saja bawa sembako juga,” ungkapnya.

Pantauan koran ini bantuan yang diterima berupa beras, mie, camilan, handuk dan pakaian layak pakai. Warga setempat juga banyak membantu Hadijah dan korban lainnya seperti memberikan makanan ” Mereka membuat donasi keliling dari warga Kampung Jawa,” ujarnya.

Wanita yang berusia 70 tahun ini tidak menyangka rumahnya yang ditempatkan sejak 60 tahun  lalu roboh, tinggal puing-puing saja . Rumah itu ia bangun sendiri dengan almarhum suaminya. Awal membangun rumah tidak besar, seiring jalannya waktu direnovasi dan menjadi bertingkat. ” Saya renovasi sedikit-sedikit jadi seperti ini,” ujarnya.

Rencana selanjutnya, Hadijah akan memperbaiki rumahnya yang ambruk ini. Ia tidak bisa pindah ke tempat lain, karena tidak memiliki tempat tinggal selain di Kampun Jawa. Ia juga mengaku tidak sanggup mencari rumah yang baru karena harganya yang mahal. ” Mau tinggal dimana lagi. Kos-kosan mahal. Saya cuma punya disini saja,” cetusnya. (ni kadek novi febriani/rid)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/