26.7 C
Jakarta
22 September 2024, 4:21 AM WIB

Anggap Tato Itu Seni Bukan Trend, Evie Rajah Tubuh Sejak Kelas III SMA

Bagi artis Bali bernama Putu Evie Marheni alias Evie Marheni, dunia tato sudah tidak asing lagi. Sejak duduk dibangku SMA, Evie sudah mulai mengenal tato.

Beberapa tahun belakangan ini, dia bahkan kembali menambah tatonya. Dia full memasang tato di lengan kiri dan di punggung.

 

 

MADE DWIJA PUTRA, Denpasar

EVIE Marheni begitu menikmati aktivitasnya di dunia musik. Selain aktif ngeband, kini ia juga kerap tampil di panggung Disck Jocke (DJ) di sejumlah tempat.

Selain itu, kerap menjalankan usaha talent management untuk musik ke hotel-hotel serta bisnis kuliner. Nah, lewat gaya penuh tato di lengan kiri dan punggung  menjadi ciri khas Evie.

Tato di lengan bergambar burung  phoenix yang memiliki arti kekal abadi. Di punggung ada gambar geisha dan punggung satunya, ada gambar kupu kupu barong yang artinya kebebasan.

Evie mengatakan, bertato sejatinya sudah dari lama. Bahkan tato pertama ditubuhnya itu sudah sejak kelas 3 SMA.

Hanya saja kala itu ia bertato di areal tubuh yang tertutup sehingga tidak terlalu kelihatan. Namun, kini ia sudah memiliki tatto di lengan dan punggungnya.

“Tato buat saya itu seni, bukan trend atau ajang gaya gayaan. Selain ke arah seni, buat aku tato itu sendiri juga merupakan wujud konsistensi dalam kehidupanku.

Contoh, sekali bertato tidak mungkin aku hapus karena sudah diniatkan dan keputusan yang aku bawa seumur hidup,” beber Evie belum lama ini.

Diawal bertato ia juga kerap diberi pandangan yang negatif. Evie sendiri orangnya cuek terhadap penilaian orang, jadi tidak ambil pusing.

Sebab,hidupnya itu bukan diatur orang lainnya. “Stigma negatif pasti ada lah, tapi bodo amat. Biarkan saja yang punya standard pemikiran apa soal wanita bertato.

Yang pasti buat saya selama saya tidak merugikan orang lain dengan tindak tanduk dan penampilan saya, saya abaikan daripada stres,” terang perempuan kelahiran Maret 1985 ini.

Stigma negatif tersebut ia juga telah buktikan dari tanggung jawabnya. Sebab, ia bisa bertanggung jawab terhadap keluarga dan etika perilaku dalam kehiduapn sehari-hari.

“Sudah aku buktikan aku bertato dan aku bisa bekerja sesuai hobby aku. Menghasilkan uang buat anak-anaku. Sekarang, orang-orang sudah terbiasa melihatku bertato dan mereka baik-baik saja.

Tidak seperti dulu. Mungkin mereka sudah paham ini karakter seorang ibu Evie, sangar tampangnya tapi hatinya selembut sutra, hehehe,” katanya.

Menurutnya, untuk para wanita yang ingin bertato, lakukan jika  sudah siap sepenuh hati untuk menghadapi penilaian publik. “Jadi pikirkan sepenuh hati, karena tato itu keputusan seumur hidup, ” pungkasnya. (*)

Bagi artis Bali bernama Putu Evie Marheni alias Evie Marheni, dunia tato sudah tidak asing lagi. Sejak duduk dibangku SMA, Evie sudah mulai mengenal tato.

Beberapa tahun belakangan ini, dia bahkan kembali menambah tatonya. Dia full memasang tato di lengan kiri dan di punggung.

 

 

MADE DWIJA PUTRA, Denpasar

EVIE Marheni begitu menikmati aktivitasnya di dunia musik. Selain aktif ngeband, kini ia juga kerap tampil di panggung Disck Jocke (DJ) di sejumlah tempat.

Selain itu, kerap menjalankan usaha talent management untuk musik ke hotel-hotel serta bisnis kuliner. Nah, lewat gaya penuh tato di lengan kiri dan punggung  menjadi ciri khas Evie.

Tato di lengan bergambar burung  phoenix yang memiliki arti kekal abadi. Di punggung ada gambar geisha dan punggung satunya, ada gambar kupu kupu barong yang artinya kebebasan.

Evie mengatakan, bertato sejatinya sudah dari lama. Bahkan tato pertama ditubuhnya itu sudah sejak kelas 3 SMA.

Hanya saja kala itu ia bertato di areal tubuh yang tertutup sehingga tidak terlalu kelihatan. Namun, kini ia sudah memiliki tatto di lengan dan punggungnya.

“Tato buat saya itu seni, bukan trend atau ajang gaya gayaan. Selain ke arah seni, buat aku tato itu sendiri juga merupakan wujud konsistensi dalam kehidupanku.

Contoh, sekali bertato tidak mungkin aku hapus karena sudah diniatkan dan keputusan yang aku bawa seumur hidup,” beber Evie belum lama ini.

Diawal bertato ia juga kerap diberi pandangan yang negatif. Evie sendiri orangnya cuek terhadap penilaian orang, jadi tidak ambil pusing.

Sebab,hidupnya itu bukan diatur orang lainnya. “Stigma negatif pasti ada lah, tapi bodo amat. Biarkan saja yang punya standard pemikiran apa soal wanita bertato.

Yang pasti buat saya selama saya tidak merugikan orang lain dengan tindak tanduk dan penampilan saya, saya abaikan daripada stres,” terang perempuan kelahiran Maret 1985 ini.

Stigma negatif tersebut ia juga telah buktikan dari tanggung jawabnya. Sebab, ia bisa bertanggung jawab terhadap keluarga dan etika perilaku dalam kehiduapn sehari-hari.

“Sudah aku buktikan aku bertato dan aku bisa bekerja sesuai hobby aku. Menghasilkan uang buat anak-anaku. Sekarang, orang-orang sudah terbiasa melihatku bertato dan mereka baik-baik saja.

Tidak seperti dulu. Mungkin mereka sudah paham ini karakter seorang ibu Evie, sangar tampangnya tapi hatinya selembut sutra, hehehe,” katanya.

Menurutnya, untuk para wanita yang ingin bertato, lakukan jika  sudah siap sepenuh hati untuk menghadapi penilaian publik. “Jadi pikirkan sepenuh hati, karena tato itu keputusan seumur hidup, ” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/