27.3 C
Jakarta
30 April 2024, 7:12 AM WIB

Pakai Baju Adat Nusantara, Nyanyi Dangdut dan Joget Bareng

Meski terkurung di balik jeruji besi, warga binaan Lapas Perempuan kelas IIA Denpasar sangat antusias mengikuti pemilu.

Untuk memeriahkan coblosan, mereka memakai baju adat Nusantara. Sambil menunggu giliran mencoblos, mereka juga nyanyi dan joget bareng.

 

MAULANA SANDIJAYA, Denpasar

SEPINTAS tempat pemungutan suara (TPS) di dalam Lapas Perempuan Kelas IIA Denpasar seperti orang punya hajatan.

Tepatnya mirip acara pesta pernikahan. TPS berukuran sekitar 8 x 6 meter itu dilengkapi dengan beragam pernak-pernik, salah satunya janur kuning yang dironce.

Suasananya benar-benar meriah. Saat Jawa Pos Radar Bali masuk, petugas Kelompok Penyelenggaran Pemungutan Suara (KPPS) yang semuanya “emak-emak” bernyanyi bersama.

Mereka diiringi tiga orang pemain musik yang kesemuanya juga kaum hawa. Group musik binaan lapas perempuan ini diberi nama MoreFame. Artinya menjadi manusia lebih baik.

Saat koran ini masuk mereka asyik membawakan lagu berjudul Ku Tak Bisa milik group musik Slank. Kemeriahan itu juga dirasakan warga binaan lainnya yang tidak ikut mencoblos.

Termasuk warga binaan dari mancanegara alias bule. Mereka semua kompak bergembira. “Lagi, lagi, lagi. Dangdut, dong,” teriak warga binaan yang ada di luar areal TPS usai lagu Slank berakhir.

Mereka meminta agar dimainkan lagu dangdut. Gayung bersambut, pemain musik meladeni request khusus itu.

Suasana semakin pecah setelah vokalis tiba-tiba melantunkan sepenggal lirik lagu milik Via Vallen.

“Sayang,…” ucap sang vokalis lantas disambut dengan warga binaan lain. “Opo kowe krungu jerite atiku, mengharap engkau kembali. Sayang, kanti memutih rambutku, rabakal luntur tresnaku.”

Tanpa di komando, mereka langsung angkat suara. Yang menarik, salah satu napi asing berambut pirang terlihat fasih dan lancar menirukan lagu dangdut yang populer pada 2017 itu.

Setelah menyanyikan lagu Sayang, salah satu anggota KPPS yang juga petugas lapas maju menyanyikan lagu berjudul Kopi Dangdut.

Nyanyi bareng ini sekaligus mengusir jenuh warga binaan yang belum kebagian surat suara. Ini karena surat suara yang didrop KPU kurang.

Hingga pukul 11.30, dari 108 warga binaan yang berhak memilih, baru 74 orang yang masuk ke bilik suara. Sisanya masih antre menunggu surat suara.

 “Sengaja acara coblosan ini kami buat meriah karena ini pesta. Pesta demokrasi semua warga binaan harus happy, harus senang tapi tetap sesuai aturan,” tutur Lili, Kalapas Perempuan Kelas IIA Denpasar.

Selain lagu-lagu hits milik para pesohor, juga dilantukan lagu berjudul Senandung Rindu ciptaan Sri Puguh Budi Utami, Dirjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI.

Lili menuturkan, pihaknya sengaja mengambil tema Pemilu Nusantara Damai. Karena itu, semua anggota KPPS dan warga binaan yang ikut mencoblos diminta memakai baju adat dari daerahnya masing-masing.

Ada yang memakai baju adat Aceh, Bali, Lampung, Makassar, Rote, Minang, Jawa, hingga Papua. Semua berbaur menjadi satu.

Yang unik yaitu salah satu peserta memakai kebaya Jawa sambil menggendong bakul. Di dalam bakul itu berisi botol jamu.

Jalannya perempuan berkebaya Jawa itu pun lenggak-lenggok centil saat mengambil surat suara. Tak ayal, tingkah warga binaan itu membuat warga binaan lain dan petugas KPPS ger-geran.

Tampak juga Ni Luh Ratna Dewi, 37, istri pertama dari almarhum Jero Jangol. Ratna tampak segar dengan balutan kebaya Bali berwarna merah marun.

Ide warga binaan memakai pakaian adat Nusantara ini karena warga binaan tidak hanya berasal dari Denpasar.

Dari 236 warga binaan yang ada, mereka berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia. “Kami ini Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua,” imbuh Lili.

Dengan tema yang diusung, Lili berharap bisa menghibur warga binaan. Maklum, selama ini warga binaan hidup terkekang dan jauh dari hiburan.

Lili juga mengaku kaget karena persiapan yang dilakukan terbilang singkat. “Tadi malam (Selasa malam) saya minta diusahakan memakai

baju adat Nusantara. Eh, tiba-tiba ternyata semua punya pakaiannya. Ini luar biasa,” imbuh perempuan berkerudung itu.

Lili juga mengapresiasi band MoreFame. Group musik binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Denpasar MoreFame itu mampu tampil apik mengiringi semua vokalis dadakan yang tampil.

Sebelumnya, MoreFame pernah menyabet juara dua Bali Priscon Music Festival yang diikuti grup musik napi lapas se-Bali.

“Harapan kami, siapapun presidennya yang penting tetap aman, terjaga perdamaian dan perstauan,” tukas Lili.

Yang tak kalah unik adalah bentuk bilik suara yang didesain warna-warni. Ruangan yang digunakan sebagai bilik suara sehari-hari digunakan untuk klinik dan ruang konsultasi.

Sementara area TPS kesehariannya adalah ruang kunjungan keluarga warga binaan. “Lapas kami ini sangat sederhana.

Karena itu kami ingin memaksimalkan yang ada dengan membuat suasana di dalam (lapas) seperti di luar (lapas),” pungkasnya. (*)

 

 

Meski terkurung di balik jeruji besi, warga binaan Lapas Perempuan kelas IIA Denpasar sangat antusias mengikuti pemilu.

Untuk memeriahkan coblosan, mereka memakai baju adat Nusantara. Sambil menunggu giliran mencoblos, mereka juga nyanyi dan joget bareng.

 

MAULANA SANDIJAYA, Denpasar

SEPINTAS tempat pemungutan suara (TPS) di dalam Lapas Perempuan Kelas IIA Denpasar seperti orang punya hajatan.

Tepatnya mirip acara pesta pernikahan. TPS berukuran sekitar 8 x 6 meter itu dilengkapi dengan beragam pernak-pernik, salah satunya janur kuning yang dironce.

Suasananya benar-benar meriah. Saat Jawa Pos Radar Bali masuk, petugas Kelompok Penyelenggaran Pemungutan Suara (KPPS) yang semuanya “emak-emak” bernyanyi bersama.

Mereka diiringi tiga orang pemain musik yang kesemuanya juga kaum hawa. Group musik binaan lapas perempuan ini diberi nama MoreFame. Artinya menjadi manusia lebih baik.

Saat koran ini masuk mereka asyik membawakan lagu berjudul Ku Tak Bisa milik group musik Slank. Kemeriahan itu juga dirasakan warga binaan lainnya yang tidak ikut mencoblos.

Termasuk warga binaan dari mancanegara alias bule. Mereka semua kompak bergembira. “Lagi, lagi, lagi. Dangdut, dong,” teriak warga binaan yang ada di luar areal TPS usai lagu Slank berakhir.

Mereka meminta agar dimainkan lagu dangdut. Gayung bersambut, pemain musik meladeni request khusus itu.

Suasana semakin pecah setelah vokalis tiba-tiba melantunkan sepenggal lirik lagu milik Via Vallen.

“Sayang,…” ucap sang vokalis lantas disambut dengan warga binaan lain. “Opo kowe krungu jerite atiku, mengharap engkau kembali. Sayang, kanti memutih rambutku, rabakal luntur tresnaku.”

Tanpa di komando, mereka langsung angkat suara. Yang menarik, salah satu napi asing berambut pirang terlihat fasih dan lancar menirukan lagu dangdut yang populer pada 2017 itu.

Setelah menyanyikan lagu Sayang, salah satu anggota KPPS yang juga petugas lapas maju menyanyikan lagu berjudul Kopi Dangdut.

Nyanyi bareng ini sekaligus mengusir jenuh warga binaan yang belum kebagian surat suara. Ini karena surat suara yang didrop KPU kurang.

Hingga pukul 11.30, dari 108 warga binaan yang berhak memilih, baru 74 orang yang masuk ke bilik suara. Sisanya masih antre menunggu surat suara.

 “Sengaja acara coblosan ini kami buat meriah karena ini pesta. Pesta demokrasi semua warga binaan harus happy, harus senang tapi tetap sesuai aturan,” tutur Lili, Kalapas Perempuan Kelas IIA Denpasar.

Selain lagu-lagu hits milik para pesohor, juga dilantukan lagu berjudul Senandung Rindu ciptaan Sri Puguh Budi Utami, Dirjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM RI.

Lili menuturkan, pihaknya sengaja mengambil tema Pemilu Nusantara Damai. Karena itu, semua anggota KPPS dan warga binaan yang ikut mencoblos diminta memakai baju adat dari daerahnya masing-masing.

Ada yang memakai baju adat Aceh, Bali, Lampung, Makassar, Rote, Minang, Jawa, hingga Papua. Semua berbaur menjadi satu.

Yang unik yaitu salah satu peserta memakai kebaya Jawa sambil menggendong bakul. Di dalam bakul itu berisi botol jamu.

Jalannya perempuan berkebaya Jawa itu pun lenggak-lenggok centil saat mengambil surat suara. Tak ayal, tingkah warga binaan itu membuat warga binaan lain dan petugas KPPS ger-geran.

Tampak juga Ni Luh Ratna Dewi, 37, istri pertama dari almarhum Jero Jangol. Ratna tampak segar dengan balutan kebaya Bali berwarna merah marun.

Ide warga binaan memakai pakaian adat Nusantara ini karena warga binaan tidak hanya berasal dari Denpasar.

Dari 236 warga binaan yang ada, mereka berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia. “Kami ini Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua,” imbuh Lili.

Dengan tema yang diusung, Lili berharap bisa menghibur warga binaan. Maklum, selama ini warga binaan hidup terkekang dan jauh dari hiburan.

Lili juga mengaku kaget karena persiapan yang dilakukan terbilang singkat. “Tadi malam (Selasa malam) saya minta diusahakan memakai

baju adat Nusantara. Eh, tiba-tiba ternyata semua punya pakaiannya. Ini luar biasa,” imbuh perempuan berkerudung itu.

Lili juga mengapresiasi band MoreFame. Group musik binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Denpasar MoreFame itu mampu tampil apik mengiringi semua vokalis dadakan yang tampil.

Sebelumnya, MoreFame pernah menyabet juara dua Bali Priscon Music Festival yang diikuti grup musik napi lapas se-Bali.

“Harapan kami, siapapun presidennya yang penting tetap aman, terjaga perdamaian dan perstauan,” tukas Lili.

Yang tak kalah unik adalah bentuk bilik suara yang didesain warna-warni. Ruangan yang digunakan sebagai bilik suara sehari-hari digunakan untuk klinik dan ruang konsultasi.

Sementara area TPS kesehariannya adalah ruang kunjungan keluarga warga binaan. “Lapas kami ini sangat sederhana.

Karena itu kami ingin memaksimalkan yang ada dengan membuat suasana di dalam (lapas) seperti di luar (lapas),” pungkasnya. (*)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/