33.4 C
Jakarta
20 November 2024, 14:34 PM WIB

Turis Mulai ke Bali, Optimis Ekonomi dan Pariwisata Segera Bangkit

Jawa Pos Radar Bali bersama Coca-Cola Amatil Indonesia menggelar webinar pada Rabu (26/8) kemarin. Mengusung tema Membangkitkan Perekonomian dan Pariwisata Bali di Era Kebiasaan Baru.

 

 

Sejumlah narasumber yang paten di bidangnya urun rembug dalam webinar yang dipandu oleh jurnalis Jawa Pos Radar Bali Rosihan Anwar.

Mulai dari Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa, Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Kabupaten Badung I Made Widiana, Panudiana Kuhn yang mewakili Kadin Bali,

Pengamat Ekonomi Universitas Udayana I Made Surya Negara Sudirman serta Sugma Anugrawan selaku General Manager Sales Coca-Cola Amatil Indonesia Balinusra Operation.

Diskusi via Zoom yang didukung Radarbali.id, Nirwana TV dan Jawa Pos Multimedia (JPM) ini berlangsung selama dua jam dan live di fanspage facebook RadarBali.

Kadispar Provinsi Bali I Putu Astawa dalam pemaparannya menuturkan, pandemi Covid-19 sangat menghantam kondisi perekonomian Bali yang lebih banyak disumbang dari sektor pariwisata.

Perekonomian Bali mengalami kontraksi hingga 10,98 persen pada triwulan 2. Namun, sejak pembukaan aktivitas masyarakat yang dimulai 9 Juli lalu,

saat ini Bali tengah fokus untuk membangkitkan perekonomian dengan membuka aktivitas pariwisata bagi wisatawan domestik.

“Sebelum dibuka aktivitas masyrakat itu, kedatangan wisatawan domestik ke Bali hanya berkisar 900 orang saja. Tapi setelah dibuka perlahan meningkat, antara dua sampai tiga ribu orang per hari.

Bahkan, saat long weekend tembus sampai empat ribu lebih. Itu baru kunjungan dari bandara Ngurah Rai, kalau darat kami belum hitung.

Tapi, dari laporanya banyak mobil-mobil pribadi yang sepertinya itu merupakan pengunjung dari luar Bali yang mulai berlibur ke Bali,” ucapnya.

Kondisi Covid-19 yang terjadi selama enam bulan belakangan ini membuat perekonomian Bali kocar kacir. Bali yang bergantung pada sektor pariwasata pun menyisakan berbagai persoalan.

Misalnya jumlah PHK yang mencapai 2.667 orang, dan karyawan yang dirumahkan berjumlah 73.613 orang.

Akibat aktivitas pariwisata yang tidak berjalan ini, mengakibatkan tingkat kemiskinan di Bali naik mencapai 3,78 persen.

“Bali tidak memiliki sumber daya alam selain pariwasata dan pertanian, makanya ketika terjadi bencana, ancaman keamanan akan sangat terasa.

Seperti Covid-19 ini. Meski demikian kami pemerintah bersama pihak lainnya komitmen untuk melakukan pemulihan-pemulihan.

Termasuk pengendalian kasus Covid-19. Persentase kesembuhan kita di Bali tinggi hingga 87 persen lebih. Kematian juga kecil.

Untuk itu dengan dibukanya kembali aktivitas pariwisata bagi wisdom diharapkan bisa meningkat perlahan. Dengan catatan tetap disiplin dengan protokol kesehatan,” tegasnya.

Dalam rangka pemulihan pariwisata Bali, pihaknya sangat selektif. Hal ini untuk menghindari adanya peningkatan kasus.

Makanya untuk kunjungan wisatawan asing masih belum dibuka karena masih menunggu petunjuk dari pusat.

Terlebih kata Astawa, sebagian besar negara juga masih melarang warganya bepergian di tengah ancaman Covid-19.

Dalam proses pemulihan pariwisata untuk wisatawan domestik, Provinsi Bali juga memberlakukan sistem verifikasi untuk seluruh tujuan destinasi wisata, hotel dan lainnya.

“Kami juga menempatkan tenaga kesehatan dengan dukungan fasilitas kesehatan. Jadi ketiga ada kasus baru, kita sudah siaga.

Tentu pemerintah harus bekerjasama agar menjaga tidak ada kasus lalnjutan sehingga aman untuk wisatawan.

Dari hasil beberapa polling terdapat 76 persen ingin pergi ke Bali lagi, pada bulan Oktober dan Desember.

Kami juga akan memobilisasi masyarakat untuk ikut berkunjung ke sejumlah destinasi sebagai educational tourism.

Kami berharap program ini bisa didanai pusat, makanya kami sudah menyusun anggara untuk itu,” tambah Astawa.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Kabupaten Badung I Made Widiana menerangkan, Badung menjadi salah satu daerah yang paling terpukul.

Mengingat daerah ini merupakan jantung pariwisata Bali. Pemasukan dari sektor pariwisata selama pandemi kosong.

Lantaran tidak adanya setoran dari sektor pariwisata. Kondisi ini mengakibatkan daya beli masyarakat sangat rendah.

“Jadi, ketika pariwisata terguncang, ini juga berdampak pada sektor perdagangan di Badung. Sektor UMKM di Badung menyumbang pendapatan 10,68 persen,” ucapnya.

Untuk itu, saat ini Badung khususnya Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan tetap melanjutkan program-program yang sudah ada.

Seperti penguatan UMKM, dan ekonomi kreatif, mendorong penguatan dunia usaha dalam penanggulangan kemiskinan, dan pemerataan pendapatan.

“Dalam dua program ini kita mulai dari hulu, tengah dan hilir. Di hulu misalnya melakukan kegiatan seminar, inkubasi usaha, pendampingan pendirian koperasi dan UKM, stimulus dan mencarikan akses permodalan.

Kami Di Badung pertama memberikan stimulus yang ada di objek wisata masing-masing dua juta untuk 94 umkm. Untuk stimulus sektor koperasi diberikan Rp10 juta kepada 183 koperasi,” bebernya.

Dari sisi pelaku usaha, Panudiana Kuhn menjabarkan bagaimana pelaku usaha yang bergerak di sektor pariwista sangat terpukul.

Dia merinci, hampir 90 persen lebih, pinjaman hotel bersandar pada bank. Makanya ketika hotel-hotel baru saat ini yang baru selesai terbangun sangat berat untuk melakukan pembayaran.

Namun, dia bersyukur saat inu pemerintah mulai membuka kran pariwisata sehingga meski dampaknya belum dirasakan, paling tidak menambah rasa optimis pelaku usaha di Bali.

“Memang agak ribet karena adanya sejumlah persyaratan. Pemberlakuan protokol kesehatan juga mempengaruhi kunjungan ke Bali.

Ini juga mempengaruhi pendapatan, misalnya kapasitas hunian hanya bisa diisi setengahnya,” kata Panudiana Kuhn.

Namun, dalam situasi saat ini, meski harga kamar dijual murah, hunian kamar masih belum terisi. Mengingat jumlah kedatangan tidak sebanding dengan ketersediaan jumlah kamar hotel yang mencapai 135 ribu kamar.

Terlebih, wisatawan akan lebih memilih hotel-hotel berbintang dengan harga murah dan dengan fasilitas pemandangan yang bagus.

“Pariwisata kita terlihat sangat mewah tetapi keropos. Makanya kami berharap untuk wisatawan lokal yang akan berkunjung ke Bali harus dipermudah swab gratis, rapid gratis.

Terus kan tiket mahal saya dengar mau disbsidi pemerintah 50 persen. Selain itu kami berharap meski hunian kamar sudah terisi 10 sampai 20 persen, PHR jangan ditarik dulu karena kondisinya masih minus,” ucap Kuhn.

Pengamat ekonomi dari Universitas I Made Surya Negara Sudirman menuturkan, pandemi covid-19 ini membuat hampir semua negara di dunia mengalami dampak yang sama.

Hal ini lantaran sebagian besar negara-negara di dunia tidak siap dalam menghadapi bencana covid-19 ini.

“Kita tidak tahu kapan pandemi ini berakhir. Karena sampai saat ini belum ada vaksinya. Untuk itu harus ada strategi yang tepat menanagani ini.

Di Bali sendiri aktivisas perekonomian saat ini sudah mulai ada pergerakan. Dari bulan ke bulan ada peningkatan dan semoga pereknomian kita cepat pulih kembali,” harapnya.

Ada beberapa rekomendasi yang dituturkan oleh Surya dalam pemulihan perekonomian Bali di masa kebiasaan baru ini.

Keberhasilan Provinsi Bali dalam penanganan Covid-19 harus ditingkatkan sehingga menjadi citra positif bagi wisatawan

mengingat citra positif daerah tujuan wisata merupakan salah satu faktor socio psychologis yang menentukan permintaan wisatawan.

Selanjutnya edukasi kepada masyarakat terus ditingkatkan untuk mentaati protokol kesehatan sehingga ada sinergi antar masyarakat pemerintah dan juga pelaku usaha sehingga dapat mewujudkan pariwisata yang aman, bersih dan sehat.

Selain itu penggunaan transaksi nontunai juga diberlakukan di semua objek wisata untuk mencegah penularan.

“Pandemi Covid-19 telah berdampak pada perubahan prioritas masyarakat secara umum. Perubahan keinginan dan sumber daya baik dari sisi rumah tangga konsumen dan rumah tangga

produsen harus menjadi dasar adaptasi untuk dapat bertahan bahkan turnbuh pada masa kebiasaan baru. Mau tidak mau, suka tidak suka perubahan harus kita lakukan untuk

bisa tetap bertahan dan tumbuh di rnasa kebiasaan baru. Semoga vaksin Covid-19 segera ditemukan sehingga akar masalah

ini dapat diselesaikan dan semoga perekonornian dan pariwisata Bali dapat segera kembali bangkit,” tukas dia.

Sedangkan Sugma Anugrawan selaku General Manager Sales Coca-Cola Amatil Indonesia Balinusra Operation, lebih banyak mengangkat isu seputar ekonomi mikro.

”Di situasi sekarang yang diperlukan dunia usaha  adalah optimisme, serta partnership yang baik. Sehingga tetap bisa menangkap peluang, meskipun kecil, sambil menunggu situasi benar-benar kembali normal,” ujar Sugma.(*)

Jawa Pos Radar Bali bersama Coca-Cola Amatil Indonesia menggelar webinar pada Rabu (26/8) kemarin. Mengusung tema Membangkitkan Perekonomian dan Pariwisata Bali di Era Kebiasaan Baru.

 

 

Sejumlah narasumber yang paten di bidangnya urun rembug dalam webinar yang dipandu oleh jurnalis Jawa Pos Radar Bali Rosihan Anwar.

Mulai dari Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa, Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Kabupaten Badung I Made Widiana, Panudiana Kuhn yang mewakili Kadin Bali,

Pengamat Ekonomi Universitas Udayana I Made Surya Negara Sudirman serta Sugma Anugrawan selaku General Manager Sales Coca-Cola Amatil Indonesia Balinusra Operation.

Diskusi via Zoom yang didukung Radarbali.id, Nirwana TV dan Jawa Pos Multimedia (JPM) ini berlangsung selama dua jam dan live di fanspage facebook RadarBali.

Kadispar Provinsi Bali I Putu Astawa dalam pemaparannya menuturkan, pandemi Covid-19 sangat menghantam kondisi perekonomian Bali yang lebih banyak disumbang dari sektor pariwisata.

Perekonomian Bali mengalami kontraksi hingga 10,98 persen pada triwulan 2. Namun, sejak pembukaan aktivitas masyarakat yang dimulai 9 Juli lalu,

saat ini Bali tengah fokus untuk membangkitkan perekonomian dengan membuka aktivitas pariwisata bagi wisatawan domestik.

“Sebelum dibuka aktivitas masyrakat itu, kedatangan wisatawan domestik ke Bali hanya berkisar 900 orang saja. Tapi setelah dibuka perlahan meningkat, antara dua sampai tiga ribu orang per hari.

Bahkan, saat long weekend tembus sampai empat ribu lebih. Itu baru kunjungan dari bandara Ngurah Rai, kalau darat kami belum hitung.

Tapi, dari laporanya banyak mobil-mobil pribadi yang sepertinya itu merupakan pengunjung dari luar Bali yang mulai berlibur ke Bali,” ucapnya.

Kondisi Covid-19 yang terjadi selama enam bulan belakangan ini membuat perekonomian Bali kocar kacir. Bali yang bergantung pada sektor pariwasata pun menyisakan berbagai persoalan.

Misalnya jumlah PHK yang mencapai 2.667 orang, dan karyawan yang dirumahkan berjumlah 73.613 orang.

Akibat aktivitas pariwisata yang tidak berjalan ini, mengakibatkan tingkat kemiskinan di Bali naik mencapai 3,78 persen.

“Bali tidak memiliki sumber daya alam selain pariwasata dan pertanian, makanya ketika terjadi bencana, ancaman keamanan akan sangat terasa.

Seperti Covid-19 ini. Meski demikian kami pemerintah bersama pihak lainnya komitmen untuk melakukan pemulihan-pemulihan.

Termasuk pengendalian kasus Covid-19. Persentase kesembuhan kita di Bali tinggi hingga 87 persen lebih. Kematian juga kecil.

Untuk itu dengan dibukanya kembali aktivitas pariwisata bagi wisdom diharapkan bisa meningkat perlahan. Dengan catatan tetap disiplin dengan protokol kesehatan,” tegasnya.

Dalam rangka pemulihan pariwisata Bali, pihaknya sangat selektif. Hal ini untuk menghindari adanya peningkatan kasus.

Makanya untuk kunjungan wisatawan asing masih belum dibuka karena masih menunggu petunjuk dari pusat.

Terlebih kata Astawa, sebagian besar negara juga masih melarang warganya bepergian di tengah ancaman Covid-19.

Dalam proses pemulihan pariwisata untuk wisatawan domestik, Provinsi Bali juga memberlakukan sistem verifikasi untuk seluruh tujuan destinasi wisata, hotel dan lainnya.

“Kami juga menempatkan tenaga kesehatan dengan dukungan fasilitas kesehatan. Jadi ketiga ada kasus baru, kita sudah siaga.

Tentu pemerintah harus bekerjasama agar menjaga tidak ada kasus lalnjutan sehingga aman untuk wisatawan.

Dari hasil beberapa polling terdapat 76 persen ingin pergi ke Bali lagi, pada bulan Oktober dan Desember.

Kami juga akan memobilisasi masyarakat untuk ikut berkunjung ke sejumlah destinasi sebagai educational tourism.

Kami berharap program ini bisa didanai pusat, makanya kami sudah menyusun anggara untuk itu,” tambah Astawa.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Kabupaten Badung I Made Widiana menerangkan, Badung menjadi salah satu daerah yang paling terpukul.

Mengingat daerah ini merupakan jantung pariwisata Bali. Pemasukan dari sektor pariwisata selama pandemi kosong.

Lantaran tidak adanya setoran dari sektor pariwisata. Kondisi ini mengakibatkan daya beli masyarakat sangat rendah.

“Jadi, ketika pariwisata terguncang, ini juga berdampak pada sektor perdagangan di Badung. Sektor UMKM di Badung menyumbang pendapatan 10,68 persen,” ucapnya.

Untuk itu, saat ini Badung khususnya Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan tetap melanjutkan program-program yang sudah ada.

Seperti penguatan UMKM, dan ekonomi kreatif, mendorong penguatan dunia usaha dalam penanggulangan kemiskinan, dan pemerataan pendapatan.

“Dalam dua program ini kita mulai dari hulu, tengah dan hilir. Di hulu misalnya melakukan kegiatan seminar, inkubasi usaha, pendampingan pendirian koperasi dan UKM, stimulus dan mencarikan akses permodalan.

Kami Di Badung pertama memberikan stimulus yang ada di objek wisata masing-masing dua juta untuk 94 umkm. Untuk stimulus sektor koperasi diberikan Rp10 juta kepada 183 koperasi,” bebernya.

Dari sisi pelaku usaha, Panudiana Kuhn menjabarkan bagaimana pelaku usaha yang bergerak di sektor pariwista sangat terpukul.

Dia merinci, hampir 90 persen lebih, pinjaman hotel bersandar pada bank. Makanya ketika hotel-hotel baru saat ini yang baru selesai terbangun sangat berat untuk melakukan pembayaran.

Namun, dia bersyukur saat inu pemerintah mulai membuka kran pariwisata sehingga meski dampaknya belum dirasakan, paling tidak menambah rasa optimis pelaku usaha di Bali.

“Memang agak ribet karena adanya sejumlah persyaratan. Pemberlakuan protokol kesehatan juga mempengaruhi kunjungan ke Bali.

Ini juga mempengaruhi pendapatan, misalnya kapasitas hunian hanya bisa diisi setengahnya,” kata Panudiana Kuhn.

Namun, dalam situasi saat ini, meski harga kamar dijual murah, hunian kamar masih belum terisi. Mengingat jumlah kedatangan tidak sebanding dengan ketersediaan jumlah kamar hotel yang mencapai 135 ribu kamar.

Terlebih, wisatawan akan lebih memilih hotel-hotel berbintang dengan harga murah dan dengan fasilitas pemandangan yang bagus.

“Pariwisata kita terlihat sangat mewah tetapi keropos. Makanya kami berharap untuk wisatawan lokal yang akan berkunjung ke Bali harus dipermudah swab gratis, rapid gratis.

Terus kan tiket mahal saya dengar mau disbsidi pemerintah 50 persen. Selain itu kami berharap meski hunian kamar sudah terisi 10 sampai 20 persen, PHR jangan ditarik dulu karena kondisinya masih minus,” ucap Kuhn.

Pengamat ekonomi dari Universitas I Made Surya Negara Sudirman menuturkan, pandemi covid-19 ini membuat hampir semua negara di dunia mengalami dampak yang sama.

Hal ini lantaran sebagian besar negara-negara di dunia tidak siap dalam menghadapi bencana covid-19 ini.

“Kita tidak tahu kapan pandemi ini berakhir. Karena sampai saat ini belum ada vaksinya. Untuk itu harus ada strategi yang tepat menanagani ini.

Di Bali sendiri aktivisas perekonomian saat ini sudah mulai ada pergerakan. Dari bulan ke bulan ada peningkatan dan semoga pereknomian kita cepat pulih kembali,” harapnya.

Ada beberapa rekomendasi yang dituturkan oleh Surya dalam pemulihan perekonomian Bali di masa kebiasaan baru ini.

Keberhasilan Provinsi Bali dalam penanganan Covid-19 harus ditingkatkan sehingga menjadi citra positif bagi wisatawan

mengingat citra positif daerah tujuan wisata merupakan salah satu faktor socio psychologis yang menentukan permintaan wisatawan.

Selanjutnya edukasi kepada masyarakat terus ditingkatkan untuk mentaati protokol kesehatan sehingga ada sinergi antar masyarakat pemerintah dan juga pelaku usaha sehingga dapat mewujudkan pariwisata yang aman, bersih dan sehat.

Selain itu penggunaan transaksi nontunai juga diberlakukan di semua objek wisata untuk mencegah penularan.

“Pandemi Covid-19 telah berdampak pada perubahan prioritas masyarakat secara umum. Perubahan keinginan dan sumber daya baik dari sisi rumah tangga konsumen dan rumah tangga

produsen harus menjadi dasar adaptasi untuk dapat bertahan bahkan turnbuh pada masa kebiasaan baru. Mau tidak mau, suka tidak suka perubahan harus kita lakukan untuk

bisa tetap bertahan dan tumbuh di rnasa kebiasaan baru. Semoga vaksin Covid-19 segera ditemukan sehingga akar masalah

ini dapat diselesaikan dan semoga perekonornian dan pariwisata Bali dapat segera kembali bangkit,” tukas dia.

Sedangkan Sugma Anugrawan selaku General Manager Sales Coca-Cola Amatil Indonesia Balinusra Operation, lebih banyak mengangkat isu seputar ekonomi mikro.

”Di situasi sekarang yang diperlukan dunia usaha  adalah optimisme, serta partnership yang baik. Sehingga tetap bisa menangkap peluang, meskipun kecil, sambil menunggu situasi benar-benar kembali normal,” ujar Sugma.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/