26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 5:07 AM WIB

Sopir Material “Mesadu”, Berharap Bisa Ambil Material Langsung ke Kubu

RadarBali.com – Belasan sopir material yang tergabung dalam Persatuan Sopir Material (PSM) Buleleng, kemarin ngelurug Kantor Bupati Buleleng.

Mereka mesadu kepada pemerintah dan meminta agar mereka diizinkan kembali mengambil material langsung ke pertambangan pasir di wilayah Kubu.

Para sopir akhirnya diterima Asisten Administrasi Umum Setda Buleleng Ketut Asta Semadi dan Kepala Dinas Perhubungan Buleleng Gede Gunawan AP, di Ruang Rapat Kantor Bupatti Buleleng, Jumat (3/11) pagi.

Setelah status Gunung Agung diturunkan dari awas menjadi siaga, sopir-sopir material Buleleng kini dibuat gelisah.

Mereka berharap bisa masuk ke Karangasem dan langsung mengambil material di tambang. Mengingat status Gunung Agung telah diturunkan.

Sesuai berita acara kesepakatan yang diambil dua pekan lalu antara sopir Buleleng dengan sopir Karangasem, setelah status Gunung Agung turun, semestinya mereka bisa mengambil material langsung ke pertambangan di Kecamatan Kubu.

Tanpa harus melalui depo pasir di Desa Sambirenteng. Faktanya depo material di Desa Sambirenteng masih beroperasi.

Mereka pun ragu apakah sopir sudah bisa mengambil material ke tambang, atau masih harus mengambil di depo.

Mereka memilih mengadu ke pemerintah agar dapat difasilitasi. Apabila diselesaikan di kalangan sopir, dikhawatirkan akan terjadi gesekan.

Ketua PSM Buleleng, Gede Tirta mengatakan, ketika Gunung Agung berstatus awas, PSM Buleleng dan asosiasi penambang di Karangasem, sepakat membentuk depo pasir di Desa Sambirenteng.

Upaya itu dilakukan guna mengatasi kelangkaan material di Kabupaten Buleleng, khususnya selama status awas diberlakukan.

Baru sepekan depo berjalan, ternyata status Gunung Agung diturunkan dari awas menjadi siaga. Para sopir pun berharap mereka kembali diizinkan masuk ke galian.

Sehingga harga material pun bisa ditekan. Sayang hingga kini sopir material belum menerima kejelasan, apakah larangan masuk wilayah Karangasem masih berlaku atau tidak.

“Kami berkaca dari sopir-sopir Denpasar. Begitu status diturunkan, mereka sudah boleh masuk lagi ke galian. Nah sekarang kami ini bagaimana. Karena sudah ada depo di Sambirenteng. Boleh tidak kami masuk ke Karangasem,” kata Tirta.

Kalau toh mereka diwajibkan mengambil material ke depo, sopir meminta agar harga pasir diturunkan. Sehingga mereka bisa menjual pasir dengan harga relatif murah di Buleleng.

Meski material kini telah tersedia, jumlah pembeli sangat minim. Penjualan material galian di Buleleng pun menjadi lesu, karena harga jual terlampau mahal.

Selain itu para sopir juga meminta sopir-sopir asal Karangasem tidak masuk ke Buleleng, sesuai dengan kesepakatan yang diambil dua pekan lalu.

Pasalnya, beberapa kali para sopir menemukan truk dengan plat nomor Karangasem, yang mengangkut muatan di wilayah Buleleng.

Oknum tersebut membawa pasir dari tambang, dan menjual harga pasir sama dengan harga jual di depo Sambirenteng.

“Kalau truk Karangasem mau bawa pasir ke Buleleng, silahkan. Tapi biar mereka ambil di depo juga. Sehingga harganya sama. Kami juga bisa bersaing.

Kalau sekarang kan harganya jomplang. Ada oknum supir truk Karangasem yang kami temukan menjual pasir dengan harga sama dengan harga jual di depo. Kalau dibiarkan ini kan bisa jadi gesekan di bawah,” imbuh Tirta.

Kini dalam masa peralihan, para sopir material sepakat menghentikan sementara pengambilan pasir ke depo. Mereka memilih mengambil pasir ke Desa Songan.

Sementara suplai koral dan batu kali didapat dari Banyuwangi. Harganya pun relatif bersaing, ketimbang mereka harus mengambil di depo.

Asisten Administrasi Umum Setda Buleleng Ketut Asta Semadi mengatakan, pemerintah akan segera berkoordinasi dengan Pemkab Karangasem. Sehingga ada kepastian terkait aktifitas tambang galian C, khususnya di sekitar Kecamatan Kubu.

“Kami akan jembatani apa yang sudah disampaikan para sopir tadi. Segera kami koordinasikan dengan Pemkab Karangasem, sehingga ada kejelasan. Karena ini bisa berdampak pada proyek-proyek fisik milik pemerintah,” kata Asta Semadi.

Asal tahu saja, para sopir material mengambil pasir di depo dengan harga cukup mahal. Harganya mencapai Rp 1,3 juta untuk pasir cor, dan Rp 1,4 juta untuk pasir super.

Harga itu nyaris dua kali lipat, ketimbang mereka harus mengambil di galian. Di galian, harga yang dipatok berkisar Rp 600 ribu untuk pasir cor, dan Rp 700 ribu untuk pasir super

RadarBali.com – Belasan sopir material yang tergabung dalam Persatuan Sopir Material (PSM) Buleleng, kemarin ngelurug Kantor Bupati Buleleng.

Mereka mesadu kepada pemerintah dan meminta agar mereka diizinkan kembali mengambil material langsung ke pertambangan pasir di wilayah Kubu.

Para sopir akhirnya diterima Asisten Administrasi Umum Setda Buleleng Ketut Asta Semadi dan Kepala Dinas Perhubungan Buleleng Gede Gunawan AP, di Ruang Rapat Kantor Bupatti Buleleng, Jumat (3/11) pagi.

Setelah status Gunung Agung diturunkan dari awas menjadi siaga, sopir-sopir material Buleleng kini dibuat gelisah.

Mereka berharap bisa masuk ke Karangasem dan langsung mengambil material di tambang. Mengingat status Gunung Agung telah diturunkan.

Sesuai berita acara kesepakatan yang diambil dua pekan lalu antara sopir Buleleng dengan sopir Karangasem, setelah status Gunung Agung turun, semestinya mereka bisa mengambil material langsung ke pertambangan di Kecamatan Kubu.

Tanpa harus melalui depo pasir di Desa Sambirenteng. Faktanya depo material di Desa Sambirenteng masih beroperasi.

Mereka pun ragu apakah sopir sudah bisa mengambil material ke tambang, atau masih harus mengambil di depo.

Mereka memilih mengadu ke pemerintah agar dapat difasilitasi. Apabila diselesaikan di kalangan sopir, dikhawatirkan akan terjadi gesekan.

Ketua PSM Buleleng, Gede Tirta mengatakan, ketika Gunung Agung berstatus awas, PSM Buleleng dan asosiasi penambang di Karangasem, sepakat membentuk depo pasir di Desa Sambirenteng.

Upaya itu dilakukan guna mengatasi kelangkaan material di Kabupaten Buleleng, khususnya selama status awas diberlakukan.

Baru sepekan depo berjalan, ternyata status Gunung Agung diturunkan dari awas menjadi siaga. Para sopir pun berharap mereka kembali diizinkan masuk ke galian.

Sehingga harga material pun bisa ditekan. Sayang hingga kini sopir material belum menerima kejelasan, apakah larangan masuk wilayah Karangasem masih berlaku atau tidak.

“Kami berkaca dari sopir-sopir Denpasar. Begitu status diturunkan, mereka sudah boleh masuk lagi ke galian. Nah sekarang kami ini bagaimana. Karena sudah ada depo di Sambirenteng. Boleh tidak kami masuk ke Karangasem,” kata Tirta.

Kalau toh mereka diwajibkan mengambil material ke depo, sopir meminta agar harga pasir diturunkan. Sehingga mereka bisa menjual pasir dengan harga relatif murah di Buleleng.

Meski material kini telah tersedia, jumlah pembeli sangat minim. Penjualan material galian di Buleleng pun menjadi lesu, karena harga jual terlampau mahal.

Selain itu para sopir juga meminta sopir-sopir asal Karangasem tidak masuk ke Buleleng, sesuai dengan kesepakatan yang diambil dua pekan lalu.

Pasalnya, beberapa kali para sopir menemukan truk dengan plat nomor Karangasem, yang mengangkut muatan di wilayah Buleleng.

Oknum tersebut membawa pasir dari tambang, dan menjual harga pasir sama dengan harga jual di depo Sambirenteng.

“Kalau truk Karangasem mau bawa pasir ke Buleleng, silahkan. Tapi biar mereka ambil di depo juga. Sehingga harganya sama. Kami juga bisa bersaing.

Kalau sekarang kan harganya jomplang. Ada oknum supir truk Karangasem yang kami temukan menjual pasir dengan harga sama dengan harga jual di depo. Kalau dibiarkan ini kan bisa jadi gesekan di bawah,” imbuh Tirta.

Kini dalam masa peralihan, para sopir material sepakat menghentikan sementara pengambilan pasir ke depo. Mereka memilih mengambil pasir ke Desa Songan.

Sementara suplai koral dan batu kali didapat dari Banyuwangi. Harganya pun relatif bersaing, ketimbang mereka harus mengambil di depo.

Asisten Administrasi Umum Setda Buleleng Ketut Asta Semadi mengatakan, pemerintah akan segera berkoordinasi dengan Pemkab Karangasem. Sehingga ada kepastian terkait aktifitas tambang galian C, khususnya di sekitar Kecamatan Kubu.

“Kami akan jembatani apa yang sudah disampaikan para sopir tadi. Segera kami koordinasikan dengan Pemkab Karangasem, sehingga ada kejelasan. Karena ini bisa berdampak pada proyek-proyek fisik milik pemerintah,” kata Asta Semadi.

Asal tahu saja, para sopir material mengambil pasir di depo dengan harga cukup mahal. Harganya mencapai Rp 1,3 juta untuk pasir cor, dan Rp 1,4 juta untuk pasir super.

Harga itu nyaris dua kali lipat, ketimbang mereka harus mengambil di galian. Di galian, harga yang dipatok berkisar Rp 600 ribu untuk pasir cor, dan Rp 700 ribu untuk pasir super

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/