29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:43 AM WIB

Sempat Kosong, Buleleng Kembali Suplai Abate Cegah DB ke Puskesmas

SINGARAJA – Pemerintah akhirnya kembali menyuplai bubuk abate ke puskesmas-puskesmas. Bubuk yang bisa membunuh jentik nyamuk ini, sempat kosong selama beberapa pekan.

Akibatnya, penanganan kasus demam berdarah di Buleleng tak berjalan dengan maksimal. Kasus demam berdarah di Buleleng sendiri cukup siginifikan.

Terjadi peningkatan kasus hingga empat kali lipat, dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dalam kurun waktu Januari-April saja, angkanya lebih dari 2.300 kasus, dengan lima kasus di antaranya menyebabkan korban jiwa.

Tingginya angka ini membuat Buleleng berada pada posisi dua nasional dalam hal kasus demam berdarah. Hanya terpaut dengan Kabupaten Sikka di Nusa Tenggara Timur.

Kemarin (6/5) Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG mengumpulkan para kepala puskesmas di wilayah Kecamatan Buleleng, Tejakula, dan Banjar.

Mereka dikumpulkan di Kantor Camat Buleleng. Kasus di tiga kecamatan ini berada pada posisi tiga besar kasus penularan di Kabupaten Buleleng.

Mereka diberikan pengarahan khusus untuk membasmi penyakit demam berdarah. Termasuk mengaktifkan kembali kelompok juru pemantau jentik (jumantik) yang sempat vakum selama beberapa bulan terakhir.

Selain itu mereka juga diberikan bubuk abate, hasil pengadaan Pemkab Buleleng. Usai pertemuan, Sutjidra mengatakan, tingginya kasus demam berdarah di Buleleng harus mendapat perhatian serius.

Kepala puskesmas, camat, perbekel, dan lurah diminta memberikan edukasi pada masyarakat. Selain itu pemerintah juga meminta

para relawan yang melakukan kegiatan sosial berupa fogging atau pengasapan, memperhatikan waktu pelaksanaan fogging.

Sebab fogging baru dinilai efektif, bila dilaksanakan pada pagi hari sebelum matahari terbit. “Hal yang terpenting itu pemberantasan sarang nyamuk.

Bak mandi dikuras berkala, bak penampungan air ditutup, barang bekas dikubur. Tebarkan bubuk abate kalau ada genangan,

bahkan lebih baik lagi kalau tidur menggunakan kelambu. Sekarang abate sudah tersedia, bisa diambil di puskesmas terdekat,” kata Sutjidra.

Sementara itu Camat Buleleng Nyoman Riang Pustaka mengatakan, kasus demam berdarah di wilayah Buleleng memang cukup tinggi.

Bahkan tertinggi di Kabupaten Buleleng. Riang mengatakan, saat ini kegiatan fogging memang dilakukan secara selektif.

“Kalau dilakukan dengan dosis dan waktu yang tidak tepat, nyamuk justru jadi resisten. Dia tidak mati, hanya pingsan.

Begitu sadar, dia jadi resisten dengan asap. Makanya kami himbau masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk,” katanya.

Rencananya dalam waktu dekat ini, pihak kecamatan akan melakukan pembersihan di tempat-tempat umum.

Riang Pustaka menyebut, kasus demam berdarah di Kecamatan Buleleng tercatat terjadi di Kelurahan Banyuasri, Kelurahan Kaliuntu, Kelurahan Kampung Anyar, Kelurahan Banyuning, Kelurahan Penarukan, Desa Tukadmungga, dan Desa Anturan. 

SINGARAJA – Pemerintah akhirnya kembali menyuplai bubuk abate ke puskesmas-puskesmas. Bubuk yang bisa membunuh jentik nyamuk ini, sempat kosong selama beberapa pekan.

Akibatnya, penanganan kasus demam berdarah di Buleleng tak berjalan dengan maksimal. Kasus demam berdarah di Buleleng sendiri cukup siginifikan.

Terjadi peningkatan kasus hingga empat kali lipat, dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dalam kurun waktu Januari-April saja, angkanya lebih dari 2.300 kasus, dengan lima kasus di antaranya menyebabkan korban jiwa.

Tingginya angka ini membuat Buleleng berada pada posisi dua nasional dalam hal kasus demam berdarah. Hanya terpaut dengan Kabupaten Sikka di Nusa Tenggara Timur.

Kemarin (6/5) Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG mengumpulkan para kepala puskesmas di wilayah Kecamatan Buleleng, Tejakula, dan Banjar.

Mereka dikumpulkan di Kantor Camat Buleleng. Kasus di tiga kecamatan ini berada pada posisi tiga besar kasus penularan di Kabupaten Buleleng.

Mereka diberikan pengarahan khusus untuk membasmi penyakit demam berdarah. Termasuk mengaktifkan kembali kelompok juru pemantau jentik (jumantik) yang sempat vakum selama beberapa bulan terakhir.

Selain itu mereka juga diberikan bubuk abate, hasil pengadaan Pemkab Buleleng. Usai pertemuan, Sutjidra mengatakan, tingginya kasus demam berdarah di Buleleng harus mendapat perhatian serius.

Kepala puskesmas, camat, perbekel, dan lurah diminta memberikan edukasi pada masyarakat. Selain itu pemerintah juga meminta

para relawan yang melakukan kegiatan sosial berupa fogging atau pengasapan, memperhatikan waktu pelaksanaan fogging.

Sebab fogging baru dinilai efektif, bila dilaksanakan pada pagi hari sebelum matahari terbit. “Hal yang terpenting itu pemberantasan sarang nyamuk.

Bak mandi dikuras berkala, bak penampungan air ditutup, barang bekas dikubur. Tebarkan bubuk abate kalau ada genangan,

bahkan lebih baik lagi kalau tidur menggunakan kelambu. Sekarang abate sudah tersedia, bisa diambil di puskesmas terdekat,” kata Sutjidra.

Sementara itu Camat Buleleng Nyoman Riang Pustaka mengatakan, kasus demam berdarah di wilayah Buleleng memang cukup tinggi.

Bahkan tertinggi di Kabupaten Buleleng. Riang mengatakan, saat ini kegiatan fogging memang dilakukan secara selektif.

“Kalau dilakukan dengan dosis dan waktu yang tidak tepat, nyamuk justru jadi resisten. Dia tidak mati, hanya pingsan.

Begitu sadar, dia jadi resisten dengan asap. Makanya kami himbau masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk,” katanya.

Rencananya dalam waktu dekat ini, pihak kecamatan akan melakukan pembersihan di tempat-tempat umum.

Riang Pustaka menyebut, kasus demam berdarah di Kecamatan Buleleng tercatat terjadi di Kelurahan Banyuasri, Kelurahan Kaliuntu, Kelurahan Kampung Anyar, Kelurahan Banyuning, Kelurahan Penarukan, Desa Tukadmungga, dan Desa Anturan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/