Jangkrik sebagai pakan burung dan sejumlah jenis ikan, membuat permintaannya cukup tinggi di pasaran. Kondisi itu dilihat warga Klungkung sebagai peluang usaha. Tidak hanya masyarakat sipil, budidaya jangkrik pun dilakoni anggota Polri.
JENIS usaha peternakan yang satu ini dulu masih dipandang sebelah mata, di Klungkung. Masih dinilai sebagai usaha yang remeh. Padahal, begitu ditekuni dengan serius, hasilnya cukup memuaskan.
Made Sari Arta asalah salah satunya. Dia seorang anggota Polri yang bertugas di Polres Klungkung sudah dua tahun terakhir ini menekuni budidaya jangkrik.
Bermula dari coba-coba memenuhi kebutuhan jangkrik kenalannya yang berjualan burung, budidayanya terus berkembang hingga saat ini memiliki 14 kotak budidaya jangkrik.
“Awalnya saya mendengar teman yang jualan burung kesulitan membeli jangkrik. Ya, akhirnya saya coba-coba budidaya jangkrik. Ternyata cukup potensial. Yang mulanya saya budidaya dua kotak jangkrik ukuran 2 meter kali 4 meter, sekarang sudah ada sekitar 14 kotak,” ungkap Arta saat ditemui di tempat budidaya jangkriknya, Banjar Lepang, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Selasa (1/11).
Tekun menggali ilmu di dunia maya, dia bisa menghasilkan sekitar 40-50 kilogram jangkrik berusia 30 hari atau siap panen per kotak budidaya dari 500 gram telur jangkrik yang dibelinya dari luar Bali. Bila dia membeli per kilogram telur jangkrik seharga Rp 250 ribu – Rp 300 ribu, dia bisa menjual jangkrik siap panen dengan harga Rp 40 ribu – 70 ribu per kilogram.
“Dan dengan bantuan teman-teman di dunia maya, budidaya jangkrik saya bisa diketahui oleh pengepul di Gianyar, Denpasar, Klungkung dan lainnya,” bebernya.
Meski omzet budidaya jangkrik cukup lumayan, dia mengaku kegiatan tersebut hanyalah sambilan sebelum dan sepulang bertugas sebagai abdi negara. Sebab budidaya jangkrik tidaklah rumit dengan risiko yang rendah.
Tidak heran bila tidak hanya dirinya yang membudidayakan jangkrik, namun banyak warga lainnya di sekitar lingkungan kediamannya.
“Saya kasih makan dua kali sehari, yakni pagi sebelum berangkat kerja dan setelah pulang kerja. Walau terpengaruh cuaca, dampaknya tidak terlalu signifikan. Kalau musim hujan, telur yang berhasil berkembang tidak sebanyak saat musim panas,” tandasnya. (dewa ayu pitri arisanti/radar bali)