Sosok dr. I Gede Wiryana Patra Jaya telah mendirikan Klinik Pratama Sada Jiwa. Klinik tersebut diperuntukkan memberi pelayanan kesehatan kepada orang lanjut usia (lansia). Sebab, tujuan dari pada klinik tersebut untuk menjaga kualitas hidup orang tua. Seperti apa ?
Dwija Putra/Candra Gupta
LOKASI Klinik Sada Jiwa berlokasi di Banjar Pasekan, Desa Sembung, Mengwi. Klinik seluas sekitar 8.600 meter persegi. Klinik tersebut telah berdiri di tahun 2014 silam. Namun bangunannya itu mirip hotel, lengkap dan serbaguna. Kompleks tersebut memiliki kamar tidur, poliklinik, ruang spa, ogura (kolam berendam berair panas), aula, serta restoran. Tersedia pula fasilitas olahraga. Misalnya, jogging track, lapangan gateball, ruang gym, area meditasi, dan ruang fisioterapi. Ada pula zona refreshing, tempat para lansia menjalankan hobinya. Misalnya, lahan untuk bertani atau berkebun dan beternak serta ruang karaoke.
Klinik tersebut tidak hanya orang lokal Bali saja, melainkan ada orang luar Bali dan bahkan tamu wisatawan mancanegara yang menikmati hari tuanya di Bali. Klinik tersebut berbeda dengan Panti Jompo, sebab lebih fokus kepada kesehatan dan selalu menyiagakan dokter dan juga perawatan yang selalu siaga 24 jam merawat para pasien atau yang memanfaatkan layanan klinik tersebut.
Patra Jaya menjelaskan orang tua sejatinya kalau di dunia kesehatan termasuk orang yang rentan terhadap kesehatan. Mantan Direktur RSUD Tabanan ini semasih menjaga di rumah sakit tersebut sempat bekerja sama dengan rumah sakit di Jepang. Dia melihat di Jepang memiliki fasilitas kesehatan untuk orang tua. Sebab semakin bertambahnya usia, para lansia tentu mempengaruhi kemunduran terhadap fungsi-fungsi orang. Namun di Jepang, para lansia masih bisa beraktivitas.
“Sepanjang mereka hidup, kualitas hidup kita inginkan. Klinik yang saya bangun ini tujuannya menjaga kualitas hidup daripada orang tua,” terang dr Patra Jaya saat ditemui, Rabu (29/6) di Denpasar.
Lebih lanjut, ia mendirikan klinik tersebut. namun punya program fokus pada fisik seperti olahraga sesuai kondisi fisik mereka untuk memperlancar peredaran darah. Kemudian diet atau mengatur pola makan sesuai kebutuhan mereka dan istirahat yang cukup. Kemudian masalah psikologis, dia mencoba mencari kesenangan lansia. Seperti yang suka tanaman, binatang dan lainnya itu difasilitasi. “Ada interaksi sesama mereka. Mereka perlu tempat berbagai pengalaman,” beber anak dari pasangan I Ketut Wijana dan Ni Ketut Persi ini.
Kemudian untuk aspeks sosial, para lansia yang dirawat itu juga diajak interaksi ke masyarakat lokal. Misalnya, ketika di areal wilayah tersebut ada ritual upacara dan lain sebagainya, mereka langsung diajak berinteraksi dan melihat aktivitas masyarakat. Kemudian ada aspek spiritual, mereka diajak meditasi tetapi tidak menerapkan aliran agama tertentu. Namun lebih kepada penenangan diri. “Itu fokus saya di klinik untuk orang tua yakni kita coba konsep sehat yakni fisik, mental, sosial dan spiritual,” terang pria kelahiran Denpasar, 7 Juni 1964 ini.
Lebih lanjut, layanan pada klinik tersebut ada dari masyarakat lokal, masyarakat luar Bali dan juga luar Negeri. Layanan klinik tersebut untuk orang tua, rehabilitasi stroke, dan cancer spot centre. Sebab, pasien kanker yang selesai kemoterapi itu bisa mengikuti program di Klinik Sada Jiwa yang difokuskan kepada psikologis, nutrisi dan nyeri.
Selain itu, Bali telah ditetapkan menjadi provinsi Lansia dari 11 provinsi di Indonesia. Indikatornya lebih dari 11 persen Lansia dari jumlah penduduk satu provinsi itu umurnya di atas 60 tahun. Kalau 4,5 juta penduduk Bali jadi ada 450 ribu lansia di Bali. “Sebelum kami memberikan layanan, dilakukan pemeriksaan psikologi untuk mengetahui karakternya. Setelah mengetahui karakternya baru bisa perawat untuk memberikan pelayanan,” pungkasnya. (*)