SINGARAJA – Sebuah wadah berukuran 2×1 meter disiapkan di dekat Sekretariat Pengempon Pura Agung Pulaki. Wadah-wadah tersebut berbentuk persegi panjang, namun terdapat ceruk. Wadah itu dililit kain berwana putih dan kuning.
Sesaat kemudian beberapa orang pengempon pura datang membawa berkarung-karung buah. Ada beberapa jenis buah yang dibawa. Kebanyakan adalah pisang dan jeruk. Ada pula ketela, bunga gemitir, serta telur ayam mentah.
Buah, ketela, bunga, dan telur, ditata sedemikian rupa di wadah tersebut. Tepat pukul 12.00 siang, wadah itu dibawa ke depan Pura Agung Pulaki. Setelah dilakukan persembahyangan dan dipercikkan tirta, para monyet dan kera yang ada di kawasan pura langsung menyerbu.
Wadah-wadah itu memang khusus diperuntukkan bagi para hewan yang ada di Pura Agung Pulaki serta pura-pura yang ada di sekitarnya. Mereka diberi makanan istimewa. Karena kemarin (10/10) merupakan hari dilaksanakannya tradisi wanara laba.
Tradisi ini rutin dilaksanakan setiap pujawali di Pura Agung Pulaki. Biasanya tradisi berlangsung tepat pada purnama kapat. Tahun ini, peringatan itu jatuh pada rahina soma wage dukut.
Kelian Pengempon Pura Agung Pulaki, Jro Nyoman Bagiarta mengungkapkan, tradisi itu rutin dilaksanakan setiap pujawali. Menurutnya monyet dan kera di Pura Agung Pulaki bermula dari kisah yang panjang.
Kisah itu bermula dari kedatangan Dang Hyang Nirarta ke Tanah Bali. Konon Dang Hyang Nirarta sempat kehilangan arah saat menjejakkan kaki di kawasan Pulaki. Saat itu, sosok sakti mandraguna itu bertemu dengan seekor monyet. Berkat kesaktiannya ia mampu berkomunikasi dengan monyet tersebut dan ditunjukkan arah timur.
“Sejak saat itu ada perjanjian bahwa wanara (monyet dan kera) di kawasan Pulaki ini adalah pengiring Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh, tidak seorang pun umat Beliau boleh menyakiti wanara di sini,” jelas Bagiarta.
Lebih lanjut Bagiarta menuturkan, momen pujawali menjadi momen yang istimewa bagi monyet-monyet di sana. Karena selama pujawali mereka mendapat limpahan makanan. Dimulai dari kemarin, hingga berakhirnya pujawali. Mereka akan mendapat persembahan makanan.
Biasanya sepanjang proses upacara, umat akan berdatangan membawa buah, umbi-umbian, maupun telur yang diserahkan pada pengempon pura. Seluruh instansi di Pemkab Buleleng juga memberikan donasi yang sama.
Menurutnya pengempon pura bukan hanya memberikan makanan pada kera pada momen-momen tertentu saja. Setiap hari pengempon juga menyiapkan anggaran untuk pembelian buah-buahan. Nominalnya mencapai Rp 2 juta per hari. Dengan harapan hewan di sana menjadi lebih jinak, tak lagi menyerang pemedek yang datang melakukan persembahyangan.
Saat ini populasi kera dan monyet di Pura Agung Pulaki lan pesanakan diperkirakan mencapai 4 ribu ekor. Populasi itu tersebar di sejumlah titik. Yakni di Pura Agung Pulaki, Pura Mekele Gede Gamang, Pura Pabean, dan Pura Petirtaan. (eps/rid)