Apa yang dilakukan Urai Dita Widyastuti, 40, benar-benar membuat heboh. Perempuan asal Balikpapan, Kaltim, ini nekat merantai dua darah dagingnya sendiri, DH, 6. Dan DS, 3, di rumah Jalan Walet Nomor 2, Linkungan Gerang Pasekan, Desa Dajan Peken, Tabanan.
ANDRE SULLA-JULIADI, Tabanan, Radar Bali
IRONIS. Di saat sang anak disekap, si ibu menikmati malming (malam minggu) menemai pria hidung belang, di salah satu kafe di Denpasar.
Dari penelusuran yang dilakukan Jawa Pos Radar Bali dari lingkungan Polres Tabanan mengatakan bahwa dengan adanya peristiwa ini, pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi yang merupakan warga setempat.
Di antaranya Sunardi Wahyu Putra, 60. Suwarno, 58. Nyoman Sarna, 43. Ni Ketut Tanti Indriana, 40, dan beberapa lain. “Dari saksi-saksi ini diketahui bahwa penghuni kontarakan tersebut adalah Dita bersama sang pacar Made Sulendra ke dua anaknya,” ungkap sumber petugas, Senin (24/10/2022)
Kepada Jawa Pos Radar Bali ketika dikonfirmasi via telepon Sunardi Wahyu Putra, 60, ini diketahui ketika keluar rumah Jalan Walet No 3, Linkungan Gerang, Desa Dajan Peken, hendak pergi ke Masjid, Sabtu (22/10), sekitar pukul 19.30.
Namun saat berada di di epan rumahnya, dua menoleh ke rumah Nomor 2 (TKP), diketahui lampu rumah dalam keadaan padam. “Ya saat bersamaan itu terdengar tangisan dua orang anak dari dalam rumah,” timpalnya via telepon, Senin (24/10).
Setelah mendengar tangisan anak, dirinya mempunyai niat untuk melakukan pengecekan. Saat bersamaan datang Nyoman Sarna, 43. Kemudian Sarna memutuskan untuk melompat ke dalam halaman rumah karena gerbang kontrakan itu dalam keadaan terkunci.
Ketika berada di dalam halaman, dan dari celah-celah jendela kamar, terlihat orang anak sekitar umur 6 tahun dalam kondisi telanjang, hanya menggunakan pampers.
Mirisnya lagi, dalam kondisi dirantai. Baik leher dan kaki ke tergembok besi yang diikatkan ke kusen jendela kamar. Sarna lalu memberitahukan ke Sunardi Wahyu.
Tetangga yang bernama sapaan Wahyu pun tak tega, lalu ikut masuk dengan cara memanjat gerbang. Wahyu menggunakan senter HP dan masuk ke dalam rumah. Dia menemukan seorang anak lagi deng kondisi yang sama, leher dan kaki terantai, diikatkan ke kayu kusen pintu kamar tamu.
Temuan dua anak terantai di ruangan gelap terkunci ini ke ketua lingkungan setempat dan dibantu oleh warga sekitar kembali mendatangi lokasi kejadian. Hingga pihak TNI dan Polisi pun berdatangan dan membebaskan dua anak ini dari penyekapan dengan cara dirantai. “Kami menghidupkan lampiran, melepas rantai, mengambil pakaian dan dipakai kepada dua anak ini,” timpalnya.
Sang ibu dan calon ayah tiri ditelepon oleh salah satu warga untuk segera pulang.
Akhirnya Dita bersama sang pacar Made Sulendra pulang. Setelah tiba di Tabanan, keduanya menjalani pemeriksaan di Mapolres.
Salah satu saksi yang sempat dimintai keterangan oleh penyidik, yakni Suwarno, 58, mengatakan saat acara perayaan Maulid di depan Masjid Pasekan didatangi oleh pak Sunardi agar menyampaikan ke Kelian Dinas Pasekan Blodan bahwa ada kejadian anak disekap dengan cara dirantai, lalu menangis di dalam kegelapan rumah.
Mengetahui informasi itu, dia bersama beberapa warga berangkat ke lokasi dan sampai lokasi melihat kondisi rumah nomor 2 dalam keadaan gelap.
“Saya ke sana masih mendapati dua orang anak dalam kondisi badan terantai di bagian leher dan kaki setelah itu saya carikan makan dan memperbaiki lampu supaya hidup dan setelah itu warga banyak berdatangan ke lokasi kejadian,” timpalnya.(bersambung)