28.6 C
Jakarta
10 Desember 2024, 18:50 PM WIB

Polri Tegas Berangus Judi, Dewan Gianyar Justru Minta Judi Tajen Dibuka!

GIANYAR – Semenjak kasus Ferdy Sambo mencuat, Polri menutup segala bentuk perjudian di darat maupun online. Judi tajen atau sabung ayam juga kena imbas. Namun yang menarik, Ketua Fraksi Indonesia Raya DPRD Gianyar, Ngakan Ketut Putra berpandangan berbeda mengenai tajen.

“Tajen berbeda dengan togel (toto gelap). Togel itu peredaran uangnya keluar. Apalagi judi online dikuasai satu pihak (penyedia kanal, Red),” ujarnya, Kamis (22/9).

Ketua Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) Gianyar itu mendukung kepolisian memberangus judi togel. “Kalau togel ditutup kami sangat setuju, kami apresiasi,” ujar politisi Dapil Kecamatan Gianyar itu.

Khusus tajen, kata Ngakan Putra, merupakan warisan Bali dari tabuh rah. “Tajen itu sudah ada dari dulu. Dulu tajen ada namanya terang (tajen berizin dari pemerintah), sepertinya masyarakat Bali masih ingat bagaimana dulu ada tajen Pemedilan, tajen Pangerebongan, Dalem Purwa, Musen, dan lain-lain,” ujarnya.

Selain itu, tidak ada kasus kriminal karena tajen. “Buktinya dulu saat tajen masih merebak di Bali di bawah tahun 2000-an, orang meninggalkan motor dalam kondisi kunci nyantol masih aman. Tidak seperti sekarang,” ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakan, tajen dinilai memiliki perputaran roda ekonomi daerah. Ia berharap tajen bisa dilegalkan di Bali. Sebab, dalam satu arena tajen, ada banyak yang hidup di dalamnya.

Di antaranya, penggalian dana adat untuk pembangunan infrastruktur adat, pedagang kuliner tradisional seperti nasi lawar, babi guling dan sebagainya. Bahkan, masyarakat kelas menengah ke bawah yang tidak memiliki skill di bidang industri juga bisa hidup dari tajen. Mereka bisa berjualan ayam aduan, menjadi tukang asah taji dan tukang pasang taji. “Tidak ada yang miskin karena tajen. Justru berputar roda ekonomi dari A sampai Z,” jelasnya.

Ada juga masyarakat menjadi tukang ojek di tajen. Sebab biasanya, kawasan diadakannya tajen keterbatasan tempat parkir. Pemain yang datang menggunakan mobil, biasanya parkir jauh dari arena. “Disinilah mereka bisa mencari rezeki, yang tidak punya skill di bidang industri juga bisa hidup, jadi tukang ojek. Perputaran ekonomi lokal sangat besar di sini,” ujarnya.

Selain perputaran ekonomi, Ngakan Putra juga melihat kegiatan ini bisa menjadi objek wisata. Beberapa kali ia kerap melihat turis mancanegara banyak yang menonton tajen. “Tajen bukan hanya hiburan orang lokal. Turis juga banyak datang, menonton tajen. Ini potensi lokal,” ungkapnya.

Sebagai anggota DPRD, Ngakan Putra akan membawa pendapatnya ini ke sidang resmi DPRD Gianyar. Pendapatnya akan diungkapkan dalam agenda Pandangan Umum Fraksi DPRD Gianyar. “Kami akan mencantumkan di pandangan umum untuk pembukaan arena tajen,” jelasnya.

Lewat suaranya di dewan, Gubernur Bali I Wayan Koster dan Bupati Gianyar Made Mahayastra diharapkan bisa mendengar dan mempertimbangkan pandangannya itu. “Mudah-mudahan ini dijadikan  perhatian oleh bapak Gubernur bersama Forkopimda Bali. Dan, saya yakin pak Gubernur juga memahami kondisi ini. Baik Gubernur maupun pak Bupati Gianyar,” terangnya.

Pandangan yang disampaikan Ngakan Putra bukan semata-mata untuk mencari panggung politik para bebotoh dan masyarakat. “Saya sampaikan ini riil apa yang saya temui di lapangan,” pungkasnya. (dra)

GIANYAR – Semenjak kasus Ferdy Sambo mencuat, Polri menutup segala bentuk perjudian di darat maupun online. Judi tajen atau sabung ayam juga kena imbas. Namun yang menarik, Ketua Fraksi Indonesia Raya DPRD Gianyar, Ngakan Ketut Putra berpandangan berbeda mengenai tajen.

“Tajen berbeda dengan togel (toto gelap). Togel itu peredaran uangnya keluar. Apalagi judi online dikuasai satu pihak (penyedia kanal, Red),” ujarnya, Kamis (22/9).

Ketua Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) Gianyar itu mendukung kepolisian memberangus judi togel. “Kalau togel ditutup kami sangat setuju, kami apresiasi,” ujar politisi Dapil Kecamatan Gianyar itu.

Khusus tajen, kata Ngakan Putra, merupakan warisan Bali dari tabuh rah. “Tajen itu sudah ada dari dulu. Dulu tajen ada namanya terang (tajen berizin dari pemerintah), sepertinya masyarakat Bali masih ingat bagaimana dulu ada tajen Pemedilan, tajen Pangerebongan, Dalem Purwa, Musen, dan lain-lain,” ujarnya.

Selain itu, tidak ada kasus kriminal karena tajen. “Buktinya dulu saat tajen masih merebak di Bali di bawah tahun 2000-an, orang meninggalkan motor dalam kondisi kunci nyantol masih aman. Tidak seperti sekarang,” ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakan, tajen dinilai memiliki perputaran roda ekonomi daerah. Ia berharap tajen bisa dilegalkan di Bali. Sebab, dalam satu arena tajen, ada banyak yang hidup di dalamnya.

Di antaranya, penggalian dana adat untuk pembangunan infrastruktur adat, pedagang kuliner tradisional seperti nasi lawar, babi guling dan sebagainya. Bahkan, masyarakat kelas menengah ke bawah yang tidak memiliki skill di bidang industri juga bisa hidup dari tajen. Mereka bisa berjualan ayam aduan, menjadi tukang asah taji dan tukang pasang taji. “Tidak ada yang miskin karena tajen. Justru berputar roda ekonomi dari A sampai Z,” jelasnya.

Ada juga masyarakat menjadi tukang ojek di tajen. Sebab biasanya, kawasan diadakannya tajen keterbatasan tempat parkir. Pemain yang datang menggunakan mobil, biasanya parkir jauh dari arena. “Disinilah mereka bisa mencari rezeki, yang tidak punya skill di bidang industri juga bisa hidup, jadi tukang ojek. Perputaran ekonomi lokal sangat besar di sini,” ujarnya.

Selain perputaran ekonomi, Ngakan Putra juga melihat kegiatan ini bisa menjadi objek wisata. Beberapa kali ia kerap melihat turis mancanegara banyak yang menonton tajen. “Tajen bukan hanya hiburan orang lokal. Turis juga banyak datang, menonton tajen. Ini potensi lokal,” ungkapnya.

Sebagai anggota DPRD, Ngakan Putra akan membawa pendapatnya ini ke sidang resmi DPRD Gianyar. Pendapatnya akan diungkapkan dalam agenda Pandangan Umum Fraksi DPRD Gianyar. “Kami akan mencantumkan di pandangan umum untuk pembukaan arena tajen,” jelasnya.

Lewat suaranya di dewan, Gubernur Bali I Wayan Koster dan Bupati Gianyar Made Mahayastra diharapkan bisa mendengar dan mempertimbangkan pandangannya itu. “Mudah-mudahan ini dijadikan  perhatian oleh bapak Gubernur bersama Forkopimda Bali. Dan, saya yakin pak Gubernur juga memahami kondisi ini. Baik Gubernur maupun pak Bupati Gianyar,” terangnya.

Pandangan yang disampaikan Ngakan Putra bukan semata-mata untuk mencari panggung politik para bebotoh dan masyarakat. “Saya sampaikan ini riil apa yang saya temui di lapangan,” pungkasnya. (dra)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/